Minggu, 07 November 2021

MENGHINDARI STRES DENGAN KERJA NYAMAN

 Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Nama : Ridhwan Fajar K

NIM : 20310410028

Dosen Pengampu : Dr., Arundati Shinta, M.A



Memasuki usia dewasa artinya seseorang dianggap mampu bertanggung jawab atas tindakannya, memenuhi kebutuhan hidupnya, dan berkontribusi bagi masyarakat. Sebagian besar manusia dapat dikatakan sebagai dewasa saat mereka terjun ke dunia kerja secara aktif. Namun, dunia kerja yang kompetitif dan demanding seringkali memangkas habis gairah hidup seseorang, terutama mereka yang baru saja bertransisi dari masa remaja yang menyenangkan dan dipaksa untuk memasuki periode "dewasa". Periode transisi ini seringkali disertai oleh krisis emosional yang biasa disebut dengan quarter life crisis.

Quarter life crisis adalah periode dimana seseorang selalu merasa cemas dan tidak pasti dalam menentukan arah serta kualitas hidup. Mereka yang mengalami hal ini kerap merasakan hal hal seperti:

Kesulitan mengidentifikasi kebutuhan dan membuat keputusan

Merasa terjebak dengan pilihan yang sudah terlanjur dibuat

Bingung antara terus mengejar mimpi atau memilih jalan hidup yang biasa saja tapi aman

Takut merasa ketinggalan dibanding orang lain, terutama dengan yang seumuran

Kurang motivasi, selalu merasa lelah, stress, cemas, dan depresi. 

Perasaan campur aduk yang dialami dalam quarter life crisis dapat terjadi di berbagai bidang kehidupan, namun yang paling kentara adalah di dalam kehidupan kerja. Mengapa demikian?

Seperti yang dijabarkan diatas, banyak orang yang mengalami quarter life crisis merasa bingung menentukan apa tujuan hidup mereka atau apa yang sebenarnya mereka ingin lakukan dalam hidup. Kebanyakan orang-orang yang bingung ini melampiaskan segalanya dalam pekerjaan mereka dengan harapan mereka dapat menemukan makna atau tujuan hidup dari pekerjaan mereka, dan saat hal yang diharapkan tersebut tidak tercapai maka lahirlah berbagai macam kekecewaan

Yang namanya bekerja pasti sudah sepaket dengan berbagai hal yang tidak menyenangkan, seperti lembur, gaji kecil, boss atau rekan kerja yang tidak menyenangkan dan lain sebagainya, berbagai hal ini menumpuk berbagai poin-poin negatif yang membuat seseorang kecewa akan pekerjaannya. Disaat poin kekecewaan lebih banyak dibanding kepuasan, maka disitu akan timbul perasaan pahit yang bila terakumulasi bisa menjadi kebencian atas pekerjaan.


Ada 4 aspek penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengevaluasi sebuah pekerjaan, jika seseorang membenci pekerjaan mereka, dapat dipastikan akarnya adalah karena tidak terpenuhinya salah satu atau bahkan semua aspek dibawah ini: 

Jenis pekerjaan (apakah sesuai passion/tujuan hidup?

Gaji dan penghargaan lainnya (apakah memenuhi kebutuhan?

Kesempatan jenjang karir (apakah ada kesempatan berkembang?

Hubungan dengan atasan dan rekan kerja (apakah positif atau negatif?

 Dilema mengenai hidup v.s kerja ini adalah permasalahan klasik umat manusia sehingga bahkan di dunia anime dan manga pun tema ini seringkali diangkat. Banyak karakter-karakter yang digambarkan bentrok atau membenci pekerjaan mereka namun mereka tidak bisa lepas dari profesi itu karena alasan masing-masing.


Berikut adalah 3 karakter paling ikonik pilihan penulis. Mari kita analisa bersama kondisi mereka menggunakan 4 poin yang telah kita bahas diatas. Dengan bercermin dari mereka mungkin Anda yang merasakan hal yang sama mungkin dapat sedikit banyak menemukan perspektif baru atau menemukan cara coping yang bisa diterapkan di kehidupan nyata.


Reverensi :

https://zenmarket.jp/id/blog/post/10573/karakter-anime-manga-dengan-quarter-life-crisis-yang-benci-pekerjaan-mereka 


0 komentar:

Posting Komentar