Rabu, 10 November 2021

Kenali Strategi Simpel Menjaga Kesehatan Mental

 

Kenali Strategi Simpel Menjaga Kesehatan Mental

Tulisan untuk Ujian Tengah Semester

Psikologi Manajemen dan Organisasi

(Semester Ganjil 2021/2022)

 

Rifa Rufianti (20310410053)

Kelas Regular (A)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A

 

Gambar 1. Poster

 

Kesehatan mental merupakan indikator penting dalam mewujudkan kondisi psikis yang normal. Di sebagian besar negara berkembang, masalah kesehatan mental belum begitu diperhatikan. Ayuningtyas (dalam Ridlo, 2020), mengatakan bahwa regulasi, kebijakan kesehatan mental dan implementasinya di Indonesia masih sering dijumpai kesenjangan yang luas terkait dengan masalah akses pada pelayanannya. Dengan demikian, masyarakat kurang peduli dengan kesehatan mental dirinya. Ditambah lagi situasi pandemi COVID-19 yang mendorong isu lebih serius mengenai kesehatan mental, sebagai salah satu isu penting di dunia. Gangguan kesehatan mental yang sering tersembunyi dari pandangan sesungguhnya memiliki dampak yang ekstrim, Mawarpury, dkk (dalam Ridlo, 2020). Oleh karena itu, sangat penting memberi edukasi ke sesama mengenai kepedulian menjaga kesehatan mental.

Dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19 yang belum juga berakhir yang bisa dilakukan yaitu menjaga kesehatan fisik dan mental diri sendiri. Adapun cara simpel menjaga kesehatan mental yaitu sebagai berikut:

1. Bersyukur atas apa yang kita miliki

Petrocchi & Couyoumdjian (dalam Hardianti, Erika, & Nauli, 2021), mengatakan bahwa rasa syukur merupakan proses pada diri seseorang yang berorientasi pada perilaku prososial. Rasa syukur juga dikaitkan dengan hubungan yang damai dengan diri, dalam bentuk cara perawatan yang lebih positif dan berbelas kasih terhadap diri sendiri ketika ada yang salah dalam hidup, sehingga menjadikan orang yang memiliki rasa syukur tinggi cenderung kurang tertekan dan cemas. Dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki rasa syukur yang tinggi dapat menjadikan seorang tersebut memilikipelindung terhadap rasa depresi dan cemas karena rasa syukur terhubung dengan perasaan yang baik dan rendah hati. Rasa syukur merupakan mediator yang jauh lebih kuat dalam meningkatkan kepercayan diri, dengan demikian, orang yang memiliki rasa syukur yang tinggi cenderung mengalami lebih sedikit kecemasan terutama karena mereka mampu mendorong diri, berbelas kasih dan meyakinkan diri mereka sendiri ketika ada yang salah dalam hidup.

2. Mencintai diri sendiri

Belajar mencintai diri sendiri dengan penuh kesadaran itu perlu. Hal ini untuk menjaga kesehatan mental diri sendiri. Sejenak bisa meredamkan kemurungan, kesedihan, dan hilangnya semangat hidup. Dengan menyadari bahwa diri sendiri tidak selamanya selalu salah. Diri sendiri perlu dicintai atas segala hal yang telah dilalui selama ini (Nurmala, Sofiyanti, & Haryanti, 2020)

3. Menerima Kekurangan diri

Menurut Frankl (dalam Satyaningtyas & Abdullah, 2005), menyatakan bahwa seseorang yang memeiliki rasa kebermaknaan hidup akan maksimal dalam mengupayakan tercapainya tujuan. Seseorang yang mampu menerima kekurangan diri dan mampu menganggap hidupnya bermakna akan melihat segala kesempatan dengan optimis untuk mewujudkan impiannya. Maka, dengan menerima kekurangan diri dan tersalurkan secara positif kondisi kesehatan mental bisa terjaga dengan baik.

Dengan tiga cara simpel menjaga kesehatan mental tersebut, diharapkan mampu dijadikan dasar sederhana untuk bisa menikmati hidup di tengah pandemi ini. Cara tersebut memang sederhana, tetapi jika konsisten diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan membawa pengaruh positif pada diri sendiri

 

Daftar Pustaka

Hardianti, R., Erika, & Nauli, F., A. (2021). Hubungan Antara Rasa Syukur Terhadap Kesehatan Mental Remaja di SMAN 8 Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia, 11(2), 215-227.

Nurmala, M. D., Sofiyanti, M., & Haryanti, T., . (2020). Webinar Bersama Penyintas Depresi Dalam Mata Kuliah Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikam FKIP , 3(1), 376-383.

Ridlo, I. A. (2020). Pandemi COVID-19 dan Tantangan Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia. INSAN: Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 5(2), 155-164.

Satyaningtyas, R., & Abdullah, S. M. (2005). Penerimaan Diri dan Kebermaknaan Hidup Penyandang Cacat Fisik. Jurnal Psiko-Buana, 3(2), 1-13.

 

Tulisan ini adalah narasi untuk Lomba Poster dengan tema “Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Mental” yang diselenggarakan oleh Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI). Periode lomba berlangsung tanggal 4-23 Oktober 2021.





0 komentar:

Posting Komentar