Kamis, 11 November 2021

MENGENAL PERSIAPAN PELATIHAN UNTUK MENJADI SEORANG PSIKOLOG

 

PERSIAPAN PELATIHAN UNTUK MENJADI PSIKOLOGI

Disusun oleh   : Viana Bintang Amanda Putri

NIM                : 20310410051

Persyaratan MID Psikologi Manajemen & Organisasi

 

Kata “lulus dan bergelar sarjana” merupakan suatu keinginan terdalam dari setiap insan yang sedang menempuh pendidikan tinggi. Kelulusan tersebut sangat dinanti untuk mengobati setiap pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan. Demkian juga untuk mengukir senyum di wajah orang terdekat dan tersayang, yaitu kedua orang tua. Lebih dari itu, kelulusan merupakan langkah awal untuk meniti karir di dunia nyata. Namun permasalahannya, setelah lulus dari perguruan tinggi dan menyandang gelar sarjana, mau ngapain nih? Apakah setelah menyandang gelar sarjana bekal yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja sudah cukup? Bersaing untuk mendapatkan pekerjaan dan bertahan dalam dunia kerja bukan hal yang mudah. Ketika lulusan perguruan tinggi menghadapi persaingan ini, ia memerlukan persiapan yang matang dalam memasuki dunia kerja.

Kesiapan (readiness) menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu. Sugihartono (1991) berpendapat bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah laku tertentu dalam hubungan dengan pekerjaan. Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2000) kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu: (a) keadaan siap siaga untuk mereaksi atau menanggapi, (b) tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mepraktekkan sesuatu.

Sulitnya persaingan untuk masuk ke dalam dunia kerja di Indonesia telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan kementerian riset, teknologi, dan pendidikan tinggi (2019) yang mencatat sekitar 8,8% dari total 7 juta pengangguran di Indonesia adalah sarjana. Pada tahun 2017, diketahui bahwa hanya ada 17,5% jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi. Angka presentase ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tenaga kerja lulusan SMA/SMK sebesar 82% dan tenaga kerja lulusan SD sebesar 60% (Seftiawan, 2018). Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa tingkat pengangguran sarjana masih tinggi sedangkan jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi masih tergolong sedikit.

Mengetahui apa yang dimiliki dalam diri sendiri, apa yang kurang dan apa yang harus ditingkatkan menjadi kunci untuk menentukan arah kemana diri ini akan melangkah. Mahamahasiswa harus memiliki keyakinan tentang kemampuan yang ia miliki (self-efficacy). Keyakinan ini bisa didapat dengan lebih sering mengikuti pelatihan atau training, workshop maupun seminar yang disesuaikan dengan skill yang diperlukan dalam dunia kerja. Mahamahasiswa juga dapat mengikuti kegiatan seperti volunteer, magang, dan mengikuti berbagai macam organisasi di dalam dan luar kampus. Kegiatan di luar kampus tersebut mampu meningkatkan ketahanan diri mahamahasiswa untuk menghadapi dunia kerja yang fluktuatif dan kompetitif.

Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih kompetitif karena banyaknya pengangguran berstatus sarjana di Indonesia. Dengan memiliki ketiga modal psikologi, yaitu self-efficacy, ketahanan dan refleksi tentang kapasitas akan memudahkan individu untuk bersaing dan memiliki nilai lebih dimata pengguna (user) atau organisasi. Hal ini akan berdampak baik apabila dilakukan sedini mungkin sehingga ketika waktu kelulusan tiba, mahamahasiswa sudah lebih siap dalam memasuki dunia kerja.

Hersey dan Blanchard (dalam Robbins, 2007) menyebutkan bahwa ada dua aspek dari kesiapan kerja, yaitu:

a. Kemampuan

Kemampuan adalah kadar sejauhmana seseorang memiliki keterampilan, mampu, bisa, serta dapat menyelesaikan suatu tugas pekerjaan yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya sehingga memberikan hasil dan mencapai tujuan kerjanya.

b. Kemauan

Kemauan adalah kematangan psikologis atau kematangan soft skill, yang dikaitkan dengan tanggung jawab, komitmen, integritas, dan motivasi, untuk melakukan suatu tugas pekerjaan (Hersey & Blanchard, 1982). Artinya, seseorang yang sangat matang secara psikologis di suatu bidang tugas pekerjannya, adalah seseorang yang bertanggung jawab, memiliki komitmen, integritas, motivasi, dan memiliki keyakinan terhadap diri sendiri bahwa seseorang tersebut merasa mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu, dan tidak membutuhkan dorongan untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Menurut Ketut (dalam Zakaria, 2015) salah satu faktor yang mempengaruhi individu siap memasuki dunia kerja ialah minat kerja. Seorang mahamahasiswa yang memiliki minat kerja tinggi dilihat dari perhatian terhadap pekerjaan tertentu, senang terhadap suatu pekerjaan, keterlibatan langsung untuk melakukan hal yang berhubungan dengan pekerjaan, dan ketertarikan dalam melakukan pekerjaan tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Sedangkan seseorang yang memiliki minat kerja rendah cenderung tidak menyukai pekrjaannya, tidak mau terlibat dan tidak memperhatikan hal yang berhubungan dengan pekerjaannya serta tidak tertarik dengan pekerjaan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang dalam kesiapan kerjanya menjadi rendah. Karakteristik individu yang memiliki minat kerja yang tinggi adalah ketika individu tersebut memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pekerjaan, mempelajari ilmu yang disenanginya yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang pekerjaan tersebut, merasa terdorong oleh kegiatan yang terkait dengan suatu pekerjaan tersebut, akan memperhatikan dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut (Safari dalam Wartini, 2012). Sedangkan mahasiswa yang mempunyai minat kerja rendah, memiliki ciri-ciri kurang mempersiapkan diri untuk dapat bekerja berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki minat kerja rendah tidak menginginkan pekerjaan sebagai faktor kebutuhan, sehingga terlihat dari tingkah lakunya yang menunjukkan kurang menyukai terhadap pekerjaan tersebut (Maryani, 2011).

Dibutuhkan ketekunan untuk dapat menjadi psikolog. Kejarlah mimpimu supaya makin banyak lagi penduduk negeri ini yang bisa mengakses bantuan gangguan kejiwaan. Maka dari itulah, mari ikuti langkah-langkah di bawah ini : Ambil kuliah S1 jurusan psikologi, lanjut ke S2 psikologi profesi, ikuti ujian dan terdaftar sebagai anggota dari Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI), Setelah lulus ujian kamu akan dapat izin praktik dengan masa berlaku 2 tahun (diperpanjang berkala).

0 komentar:

Posting Komentar