Jumat, 12 November 2021

Mengontrol Emosi Dalam Persahabatan

Mengontrol Emosi Dalam Persahabatan

Tulisan untuk Ujian MID Psikologi Sosial II, Psikologi UP45

(Semester Ganjil 2021/2022)

Astin Lestari (20310410071)/A

Fakultas Psikologi Universitas 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Tentu saja dalam dunia persahabatan pasti juga ada yang saling bertengkah tidak seterusnya mereka selalu dalam keadaan baik, tetapi kalau dalam persahabatan pun kita pasti pernah bertengkar dan saling emosidengan sahabat kita. Dalam dunia persahabatan tentu tidak asing lagi dengan kata saling bertengkar dengan sahabat entah itu masalah kecil atau besar kadang menimbulkan perdebatkan sehingga menimbulkan sikap emosi dalam diri, tetapi kita cepat membaik lagi bahkan dalam hanya hitungan menit saja kita sudah akur lagi dengan sahabat.

 

Secara teori, terdapat tiga model pengendalian emosi yang dilakukan oleh seseorang ketika menghadapi situasi emosi (Hube, 2006), yaitu pengalihan, penyesuaian kognitif, dan strategi koping. Pertama: Pengalihan/Displacement. Pengalihan merupakan suatu cara mengalihkan atau menyalurkan ketegangan emosi pada obyek lain. Di antara cara yang sering digunakan yakni katarsis, rasionaliasi dan dzikrullah. Katarsis ialah suatu istilah yang mengacu pada penyaluran emosi keluar dari keadaannya. Sebutan lain untuk katarsis ini juga dikenal istilah „ventilasi‟. Sebagai contoh, orang yang sedang jatuh cinta namun tak kuasa menyatakan cintanya karena berbagai sebab, akhirnya dia menulis novel atau kumpulan puisi cinta yang tak lain merupakan penyaluran emosi dari apa yang sedang dialaminya.

Pengendalian emosi sangatlah penting dalam kehidupan manusia, khususnya untuk mereduksi ketegangan yang timbul akibat konflik batin yang memuncak. Dalam konteks ini, AlQur‟an memberi petunjuk pada manusia agar mengendalikan emosinya guna mengurangi ketegangan-ketegangan fisik dan psikis serta efek negatifnya.Begitupula pula dalam hadits Nabi SAW banyak yang mengingatkan pengikutnya untuk selalu mengontrol emosi agar terciptanya kehidupan yang selaras dan seimbang.

 Dalam perspektif psikologi Islam, ada tiga kondisi saat terjadi konflik antara kalbu, akal, dan nafsu. Pertama adalah diri yang tenang (al-nafs al-mutmainnah), di mana kalbu mengendalikan akal dan nafsu. Kedua adalah diri yang terombang-ambing (al-nafs allawwamah), yang ditandai oleh dominasi akal atas kalbu dan nafsu. Ketiga adalah diri yang tergadaikan (al-nafs al-ammarah), yaitu ketika nafsu menguasai kalbu dan akal (Nashori, 2008). Ajaran Islam mengajarkan pada umatnya untuk melakukan langkah spiritual di samping menggunakan kalbu (hati nurani) dan akal pikiran dalam menentukan pilihan yang tepat maupun menghadapi dilema kehidupan. Salah satu yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam memilih keputusan terbaik adalah dengan melaksanakan sholat istikharah untuk memohon petunjuk dari Dzat Yang Maha Tahu, Allah SWT.

 



Tulisan ini berkaitan dengan puisi yang dikarang oleh penulis dalam event lomba cipta puisi yang diselenggarakan oleh Mayra Pustaka dengan tema "Persahabatan" yang tenggat pengumpulannya pada 24 Oktober 2021. Puisi tersebut berjudul “Hari Demi Hari” disini pengarang menceritakan tentang hari hari yang sudah ia lalui dengan sahabatnya. Tak bisa dijelaskan tentang moment dan waktu waktu yang sudah mereka lalu tentu sungguh sangat berkesan sehingga susah untuk dijelaskan dengan beberapa kata.  Puisi yang berjudul “Hari Demi Hari” ini berhasil terpilih sebagai puisi yang nantinya akan dibukukan. 

 

 

Referensi:

Hube, M. Darwis. 2006.Penjelajahan Religio-Spiritual tentang Emosi Manusia di dalam Al Quran, Jakarta: Erlangga. 

Atkinson, Rita L. Atkinson, R.B., & Hilgard. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. 

Feist, Jest & G.J. Feist. 2008. Theories of Personality. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

Fincham, Frank D., Steven R. Beach, & Joanne Davilla. 2004. Forgiveness and Conflict 

Resolution in Marriage. Journal of Family Psychology, 18, 72-81.

0 komentar:

Posting Komentar