Selasa, 29 Juni 2021

Anarkisme remaja tugas bersama!

 

ANARKISME REMAJA TUGAS BERSAMA



 

NAMA: Jhuan Riswanda Anasay

Matkul: Psikologi Sosial

Dosen Pengampu : Dr.Arundati Shinta,M. A

 

Generasi milenial, terlebih pelajar sekolah tingkat menengah dan atas dianggap rentan terhadap aksi anarkis. Paling ringan, aksi tersebut memicu perusakan yang dilakukan spontan karena ketidakpahaman pelajar saat ikut serta dalam aksi demonstrasi. Paling ringan itu pengerusakan, kalau paham anarkisme ini terus berkembang pada seseorang bisa jadi dia menjadi radikal dan pemahaman ideologinya berubah.

Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan (Baron & Richardson, 1994). Karena melibatkan persepsi niat, apa yang tampak seperti agresi dari satu sudut pandang mungkin tidak terlihat seperti itu dari sudut pandang lain, dan perilaku berbahaya yang sama mungkin atau mungkin tidak dianggap agresif tergantung pada niatnya. Namun, kerugian yang disengaja dianggap lebih buruk daripada kerugian yang tidak disengaja, bahkan ketika kerugiannya sama (Ames & Fiske, 2013). Menurut Dr.Preysi S.Siby, S.Pd, M.Si (Manado post,2020) secara singkat perilaku agresif adalah Tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak orang lain.


                anarkisme sangat berbahaya terutama pada kalangan milenial dengan usia remaja. Sebab, anak remaja usia tersebut didominasi rasa emosional. kalangan milenial lebih mudah dipengaruhi dan dia lebih sering menggunakan rasa emosionalnya. Dan ini rentan dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Ini bisa dilihat keberutalan mereka saat demo-demo. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan, mereka melakukan sewenang-wenang tapi akhirnya menyesal.

Perilaku agresif pada remaja terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan, mempengaruhi, atau memperbesar peluang munculnya, seperti faktor biologis, tempe‐ ramen yang sulit, pengaruh pergaulan yang negatif, penggunaan narkoba, penga‐ ruh tayangan kekerasan, dan lain sebagai‐ nya. Dalam penelitian longitudinal terha‐ dap remaja, Elliott (dalam Tremblay & Cairns, 2000) menemukan bahwa terdapat peningkatan tindakan kekerasan pada anak laki‐laki maupun perempuan pada usia 12 tahun sampai 17 tahun (Laela Siddiqah 2010).

Pemahaman di sekolah sifatnya tidak memberi penegasan, secara makna sudah dipahami. Tapi wujud ril keadaanya itu mungkin belum tersampaikan di Sekolah. Bahayanya, jika pemahaman anarkis telah mengakar pada kalangan milenial, maka tidak mustahil pemahaman radikal terhadap suatu ideologi juga terdoktrin di kalangan tersebut.

semua pihak, baik lingkungan keluarga, rumah tangga, sekolah dan aparat penegak hukum bisa sama-sama menangkal peredaran luas paham anarkis tersebut. Ini tidak bisa hanya dilakukan polisi saja, tapi semua elemen masyarakat harus bergerak menangkal pemahaman ini. Karena sangat jelas dampak terkecil pengerusakan di sana-sini dan fatalnya lagi perubahan ideologi.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA:

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/ .

 

Laela Siddiqah (2010). Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui Pengelolaan Amarah   (Anger Management).

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar