Selasa, 29 Juni 2021

Dampak Kesehatan Mental Bagi Remaja Korban Bullying di Sekolah & Cara Mengatasinya

 

Dampak Kesehatan Mental  Bagi Remaja Korban Bullying

di Sekolah & Cara Mengatasinya


Tulisan ini untuk memenuhi Ujian Akhir Psikologi Sosial I

Semester Genap 2020/2021

Winne Herwina (20310410018)

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta





(Illustrasi Bullying, from : Freepik)


            Banyak sekali permasalahan kesehatan mental yang muncul pada remaja akhir-akhir ini. Permasalahan kesehatan mental remaja dipicu oleh banyak, hal salah satunya merupakan dampak dari perilaku bullying yang diterima di dalam kehidupan sosialnya. Tidak hanya itu, bullying sekarang banyak terjadi di lingkungan pendidikan atau sekolah. Sekolah yang seharusnya sebagai tempat untuk belajar dan bersenang-senang dengan teman akan terlihat suram dan menakutkan bagi korban bullying. Bullying dilakukan oleh pelaku bullying yang dengan sengaja melakukan tindakan agresi terhadap korban. Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan (Baron & Richardson, 1994). Karena melibatkan persepsi niat, apa yang tampak seperti agresi dari satu sudut pandang mungkin tidak terlihat seperti itu dari sudut pandang lain, dan perilaku berbahaya yang sama mungkin atau mungkin tidak dianggap agresif tergantung pada niatnya. Namun, kerugian yang disengaja dianggap lebih buruk daripada kerugian yang tidak disengaja, bahkan ketika kerugiannya sama (Ames & Fiske, 2013).

 

Permasalahan kesehatan mental yang sering terjadi salah satunya stress dan depresi. Perilaku yang ditimbulkan akibat depresi pun beragam antara lain self harm yaitu perilaku menyakiti diri sendiri guna melampiaskan emosi yang menumpuk dan bahkan depresi dengan tingkat lebih tinggi bisa membuat korban berpikir untuk bunuh diri. Bagi korban bullying yang mendapatkan tindakan agresi dari pelaku pastinya sangat tertekan dan hal itu membuat korban merasa dia tidak dianggap dilingkungan sekolahnya. Bullying sebagai tindakan agresi yang didapat korban berupa tindakan fisik dan verbal. Contoh perilaku agresif verbal yang sering dilakukan antaara lain penghinaan dan juga ujaran kebencian. Sedangkan perilaku fisik/ non verbal contohnya adalah penganiayaan, pemerkosaan, dan tindakan kekerasan lainnya yang merugikan korban. Sehingga, dari perlakuan yang didapat korban dapat menyebabkan korban menjadi stress dan depresi karena korban merasa dirinya sendiri dan dilingkungannya yang negatif  ia dirundung & tidak ada yang mendukungnya sedangkan si korban merasa ia adalah individu yang lemah sehingga tidak memiliki daya untuk melakukan sesuatu.

 

Jika tindakan agresi atau bullying terus dilakukan akan sangat berdampak buruk bagi korban. Korban yang seharusnya dapat dengan nyaman belajar di sekolah akhirnya tidak bisa fokus dalam belajar dan tertekan, hal ini juga mempengaruhi akademis korban sehingga bisa saja korban juga mengalami depresi. Selain korban akan depresi, korban juga bisa mengalami trauma, yang mana trauma tersebut juga akan berpengaruh di masa depan (trauma berkepanjangan) yang mempengaaruhi mental dan kepribadiannya. Tak hanya itu, korban pun juga bisa menjadi pelaku agresi itu sendiri di masa mendatang atau korban bisa saja memiliki perilaku yang menyimpang karena faktor pengalaman yang selama ini ia terima. Unsur pengalaman hidup juga mempengaruhi perilaku menyimpang terjadi melalui pengalaman hidup yang tidak nyaman. Misalnya, momen sedih di masa remaja yang tidak didukung secara memadai akan memprediksi perilaku marah dan menyimpang (Myers, 2000). Hereditas (gen turun temurun) dan elemen pengalaman hidup adalah akar dari kepribadian (Wood, 1998).

 

Adanya dampak kesehatan mental (stress & depresi) yang timbul akibat pengalaman yang tidak mengenakkan bagi korban yang mendapatkan perilaku tidak sesuai seperti perilaku agresi karena pembullyan diatas sebenarnya dapat kita ditangani. Seperti contohnya ketika kita memiliki teman atau bahkan saudara kita yang mengalami hal yang permasalahan yang sama seperti diatas, yang pertama yang perlu kita ketahui adalah lihat bagaimana kepribadiannya dan amati setiap gerak geriknya. Hal ini guna untuk mengevaluasi keadaan korban. Selain itu, kita juga perlu mendekati korban dan membangun kepercayaan korban untuk kita agar ia dapat menceritakan apa yang dirasakannya. Biasanya korban bullying akan kehilangan kepercayaan orang lain bahkan bisa sampai kehilangan kepercayaan orang-orang terdekatnya termasuk keluarga. Terlalu sering disakiti dan hati lelah menjadi alasan utama kehilangan kepercayaan. Maka dari itu sangat penting membangun kepercayaan terlebih dahulu kepada korban. Setelah membangun kepercayaan kepada korban dan mengetahui bagaimana perasaan korban, berilah semangat dan solusi-solusi terhadap apa yang menjadi permasalahan. Dalam permasalahan bullying di sekolah, kita harus meyakinkan korban untuk berani melawan para pelaku meskipun tidak mudah. Selain itu, kita juga bisa membantu dan meyakinkan korban untuk bercerita ke orangtua sebagai pendamping korban. Karena oraangtua pun juga tidak akan berdiam diri melihat anaknya diperlakukan dengan tidak semestinya. Harus pula hal ini dilaporkan kepada pihak sekolah/instansi terkait terhadap pembullyan yang dilakukan oleh siswanya agar dapat ditindak tegas. Atau jika pembullyan terjadi sudah lewat batas dan sangat membuat korban stress & depresi, maka orang tua perlu memindahkan anak/korban ke sekolah yang lingkungannya lebih positif sehingga anak akan merasa lebih aman dan juga nyaman dalam belajar. Dan perlu juga untuk tetap terus mendukung serta membangun kepercaayan diri korban yang hilang.

 

Sumber :

 

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from:

https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf

 

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/


Salis Annisa. Memahami Self Harm, Menyakiti Diri Sendiri yang Berbahaya. SehatQ, 11 May 2020. Retrieved on June 29, 2021 from https://www.sehatq.com/artikel/memahami-self-harm-perilaku-menyakiti-diri-sendiri-yang-berbahaya

 

Ktut Dianovinia, 2018. Depression in Adolecent: Symptoms and the Problem. Junal Psikogenesis, Vol. 6, No.1. Retrieved on June 29, 2021 from: file:///C:/Users/Smart/Downloads/634-1295-1-SM.pdf

 

 

 

 

 

 

           

 

 

0 komentar:

Posting Komentar