Senin, 07 Juni 2021

Tayangan Kekerasan di Televisi Berdampak Terhadap Munculnya Perilaku Agresif Anak

 Essay Persyaratan Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial I

(Semester Genap 2020/2021) 

Nur Alfiyah (20310410062) 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A


Menurut Effendi dalam Kholifah (2017), kata televisi merupakan gabungan dari bahasa Yunani "tele" yang berarti jarak dan "visi" dari bahasa Latin yang berarti citra atau gambar. Televisi lahir karena perkembangan teknologi. Cikal bakal lahirnya televisi bermula dari ditemukannya electrishce teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain menggunakan kepingan logam atau disebut dengan teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis. 

Sejak kehadirannya, televisi telah menjadi faktor pendorong berkembangnya media massa. Kehadiran televisi membuat dunia menjadi "desa global" yaitu suatu masyarakat dunia yang batasnya diterobos media televisi. Pemberitaan televisi sangat beragam termasuk didalamnya tayangan yang bertema kekerasan. Pemberitaannya terkait "kekerasan" bukanlah fenomena baru, karena sudah banyak kajian penelitiannya. Seperti penelitian yang berdasarkan content spesific menunjukkan bahwa responden yang sering menonton tayangan kekerasan di televisi cenderung berperilaku agresif (Mahmudah, 2013). Smack Down menjadi salah satu program televisi swasta yang isinya sangat sarat dengan kekerasan dan ditayangkan secara rutin tanpa sensor pada masanya dan sangat digemari khususnya oleh anak-anak. 

Herbert (dalam Kholifah, 2017) berpendapat bahwa tingkah laku agresif merupakan suatu bentuk tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial, yang dapat menyebabkan luka fisik, psikis pada orang lain atau berupa merusak suatu benda. Menurut pendapat Bandura (dalam kholifah, 2017), perilaku agresif diperoleh dari hasil observasi perilaku agresif orang lain melalui modeling, selanjutnya perilaku agresif ditiru oleh anak atau individu. Anak-anak yang diterpa kekerasan dalam media pada usia 8-10 tahun akan meningkatkan agresif secara signifikan selama 15 tahun kedepan (Huesmann, dkk. dalam Mahmudah, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut, persoalan yang harus dijawab pada tulisan ini yaitu bagaimana cara penanganan terhadap perilaku agresif? Hal ini penting karena apabila perilaku agresif sudah terjadi pada anak, maka harus segera ditangani supaya tidak mencelakakan dirinya sendiri maupun orang lain. Penanganan perilaku harus dilakukan secara kompak oleh semua pihak seperti orang tua, guru, dan lingkungan sekitar untuk mendapatkan hasil yang diharapkan (Hildayani dalam Kholifah, 2017). Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menangani perilaku agresif, yaitu:

1. Menampilkan perilaku positif sebagai model dalam merespon perilaku agresif dan membantu anak untuk berlatih menampilkan perilaku non agresif. 

2. Orang tua harus ada komunikasi dengan pihak sekolah atau guru, sehingga ada kesinambungan dalam banyak hal. 

3. Mengajarkan penguasaan keterampilan sosial seperti menanggapi perasaan orang lain dan latihan mengungkapkan perasaan. 

4. Memberi hukuman yang tepat dan konsisten. 

Tayangan kekerasan di televisi memang tidak bisa dihindari karena pada hakikatnya kehadiran televisi membuat dunia menjadi desa global. Hal itu bisa menyebabkan perilaku agresif pada anak. Untuk mengatasinya bisa dengan cara orang tua dan guru menampilkan perilaku positif, komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah harus terjalin, memberi penguasaan keterampilan sosial, dan memberi hukuman yang tepat serta konsisten. 





Daftar Pustaka

Kholifah. (2017). Dampak Tayangan Televisi Terhadap Terjadinya Perilaku Agresif Anak Usia Dini. Vol. 2, hal. 146-147 & 152-154

Mahmudah, Dede. (2013). Tayangan Kekerasan di Televisi dan Terpaannya Pada Khalayak Masyarakat. Jurnal Masyarakat Telamatika dan Informasi. Vol. 4, No. 1, hal 54-56


0 komentar:

Posting Komentar