Minggu, 06 Juni 2021

Hubungan Antara Tayangan Televisi Dengan Perilaku Agresivitas Anak

Hubungan Antara Tayangan Televisi Dengan Perilaku Agresivitas Anak

Syarat Mengikuti Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial Semester 2

Dosen Pengampu : Dr. Arundhati Shinta, M. A 

Oleh :

Nama         : Sofi Anggraini

NIM        : 20310410065

 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Pendahuluan

Perilaku agresivitas adalah bentuk ekspresi marah yang diwujudkan melalui perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti orang lain dan menimbulkan konsekuensi yang serius. Perilaku agresif tidak hanya disebabkan dari dalam diri tapi juga dipengaruhi oleh kognisi serta faktor lingkungan dimana anak mempelajari perilaku agresif melalui pengamatan dan pengalaman (Arriani Farah, 2014)

Seperti yang diketahui bahwa masyarakat memilih media massa untuk memperoleh informasi dan hiburan. Salah satunya televisi, hampir setiap berita dari berbagai media menginformasikan tentang banyaknya perilaku yang mengandung unsur agresi seperti, pembunuhan, cacian maki, perampokan, dan banyak kasus lainnya. Perilaku tersebut banyak kita jumpai di sekitar kita. Bahkan dalam tayangan televisi yang bertujuan menghibur. Misal dalam sinetron, kartun, dan komedian. Tinjau Comstock dan Scharrer (Dalam Krahe, 2005) menjelaskan bahwa terdapat kandungan agresif dan kekerasan di televisi serta saluran televisi berlangganan.

Persoalan yang terjadi dalam hal ini, anak gampang terpengaruhi dan menirukan adegan yang disiarkan di televisi. Menurut Komisi Penyiaran mencatat ada beberapa tayangan televisi anak yang mengandung kekerasan baik secara fisik maupun verbal. Beberapa tayangan yang tidak layak ditonton oleh anak dibawah umur yaitu Crayon Shincan, Tom & Jerry, Naruto. Ada tayangan yang memberikan edukasi seperti Laptop Si Unyil. Tayangan anak pada umumnya baik namun, masih memuat adegan kekerasan, mistis, dan seks sehingga dipandang memerlukan pengawasan dari orang tua.

Ini bisa berdampak serius untuk anak apabila orang tua tidak mengelola anak dalam melihat tayangan di televisi. Kasusnya seperti anak yang berantem, berkata kotor, dan sering menjahili teman sendiri. Terjadi di Pekanbaru, seorang anak meninggal akibat cedera serius setelah bermain dengan temanya yang meniru adegan kekerasan di sinetron 7 Manusia Harimau yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi (Kusuma, 2015).

Media massa secara langsung memberi dampak yang kuat pada khalayak yang secara khusus bersifat seragam dan dimotivasi oleh faktor biologis. Lingkungan serta mempunyai sedikit kontrol, pesan yang sederhana akan sangat jelas dan sederhana juga direspon, media masa sangat aktif dan kuat sedangkan khalayak berada dipihak yang pasif  (Nurudin, 2009).

Strategi  yang harus dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut

Memisahkan anak dengan televisi bukan hal yang mudah, televisi dapat mempengaruhi  masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam tumbuh kembang anak. Televisi dapat menjadi agen sosial yang dapat tercermin dari cara berpikir, berbicara, berperilaku. Dalam mengatasi perilaku agresif dapat dilakukan melalui berbagai cara. Orang tua atau orang dewasa dapat mengawasi anak saat anak sedang menonton tayangan televisi dan membatasi anak menonton tayangan televisi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi perilaku agresif dengan menasehati secara lisan, bila cara menasehati dengan lisan tidak berhasil maka menasehatinya dengan cara hukuman

DAFTAR PUSTAKA


Farah, Arriani. (2014). Perilaku Agresif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 8 Edisi 2:                hal. 272

Krahe, Barbara. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Kusuma, D. (2015). Pak Aku Ingin Dekat Adek. Permintaan Korban sinetron 7 Manusia Harimau -                 Tribun Pekanbaru. Retrieved December 17, 2016 from 

http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/04/30/pak-aku-ingin-dekat-adek-permintaan-korbanpengeroyokan-lima-murid-sd

Nurudin. (2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers


1 komentar: