Selasa, 29 Juni 2021

Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat terhadap Perilaku Agresi Remaja


Ujian Akhir Psikologi Sosial I

Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, M.A 

Gideon Petra Malia( 20310410066 )

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta





Terdapat banyak sekali macam bentuk perilaku agresi yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya mengejek, membuat kerusuhan, tawuran remaja dan masih banyak lagi jenis perilaku yang mengarah pada tindak kekerasan. Lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab perilaku agresi di masyarakat. Baik lingkungan fisik maupun sosial. Hal ini dimaknakan bahwa lingkungan tempat dimana individu tinggal memiliki kontribusi yang relatif signifikan dalam mempengaruhi dan membentuk perilaku individu, termasuk perilaku agresif. Perilaku remaja yang cukup meresahkan masyarakat dari kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan. Memang itu sudah biasa terjadi tapi kebiasaan para remaja ini masih menjadi masalah yang harus diperhatikan.


Menurut (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2011 dalam Siby, 2020) perilaku agresif merupakan perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan, yang dapat diarahkan kepada orang atau benda, perbuatan bermusuhan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda, sifat atau nafsu menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2011 dalam Siby, 2020). Faktor penyebab perilaku agresif pada remaja salah satunya yaitu pengalaman hidup mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang melalui pengalaman hidup yang tidak nyaman. Sebagai contoh, Momen sedih pada masa remaja yang tidak didukung secara memadai akan memprediksi perilaku marah dan menyimpang (Myers, dalam Shinta. A, dkk. 2016 ).  Unsur-unsur keturunan dan pengalaman hidup adalah akar dari kepribadian (Wood, dalam Shinta. A, dkk. 2016).


Dalam mengatasi perilaku agresif remaja sangat dibutuhkan peran aktif dari semua pihak. Selain orang tua, keluarga, pemerintah, masyarakat pun menjadi komponen penting yang turut dilibatkan dalam gerakan pencegahan dan penanganan masalah kekerasan anak. Peran aktif masyarakat maupun sekolah harus sadar akan pentingnya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak dengan melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap para remaja, sehingga mereka memiliki pemahaman bahwa dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan cara yang baik tidak dengan kekerasan. Masyarakat jaman sekarang juga harus menyadari bahwa peran psikologis bukan hanya sebagai tempat untuk orang gangguan jiwa melainkan bisa menjadi solusi yang tepat untuk mereka para remaja untuk mengatasi perilaku agresif mereka.


Keluarga adalah role-model yang pertama untuk anak yang mengajarkan mana perilaku baik dan buruk sebelum mereka remaja. Orang tua harus mengambil peran dalam kehidupan anaknya, remaja agar menjadi terkendali sehingga tidak berteman dengan orang yang salah. Dalam membatasi mereka  dalam bermain media sosial juga harus diperhatikan karena kekerasan di media dapat memengaruhi remaja dan dapat membuat mereka bertindak agresif.


Prinsip pollyanna menggambarkan kecenderungan orang untuk setuju dengan pernyataan positif mengenai diri mereka. Pollyanna berprinsip bahwa orang lebih suka memandang hidup secara positif daripada negatif (Leech, dalam Armawati, 2011). Oleh sebab itu, setiap dari kita memerlukan kepekaan terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita terutama pada anak, sehingga menciptakan rasa empati dan kepedulian terhadap kondisi dan perasaan mereka. Memiliki sikap positif terhadap kehidupan dapat membantu anak remaja mengatasi segala masalah dalam hidup.



Daftar Pustaka

Atmawati, D. (2011). Prinsip pollyanna dalam wacana dakwah (Kajian pragmatik). Kajian Lingusitik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-65. 

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from: https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/

Wood, H. (1998). Supervising difficult employees. Studio Drive, Virginia Beach, VA: Coastal Training Technologies Corp.

Myers, J. (2000). The impact of unresolved loss on adolescent anger and defiant behavior. Dissertation Prepared for the Degree of Doctor of Philosophy. University of North Texas.

Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatics. London: Longman.

Referensi gambar

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fdoktergenz.hipwee.com%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2FDOKTERGENZ-COVER-1-baju-bebas-640x427.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fdoktergenz.hipwee.com%2Fpanduan-dalam-melewati-masa-remaja-tanpa-galau-dan-takut%2F&tbnid=9NtuigarNoircM&vet=1&docid=MbGzhnltsLFK6M&w=640&h=427&source=sh%2Fx%2Fim 


0 komentar:

Posting Komentar