Senin, 14 Juni 2021

 DAMPAK PUTUS CINTA PADA KONDISI PSIKOLOGIS ANAK MUDA



Stenberg (1988) mengatakan cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Manusia mungkin akan berbohong, menipu, mencuri dan bahkan membunuh atas nama cinta dan lebih baik mati daripada kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan usia.

Menurut Master dkk (1992) mendefinisikan cinta sebagai tugas yang sulit. Disamping mencintai pasangannya yaitu baik lelaki maupun wanita. Manusia dapat mencintai anak maupun orang tua, saudara, hewan kesayangan, negara atau Tuhan sama seperti mereka mencintai makanan kesukaan, pelangi dan olahraga favoritnya. Sedangkan menurut Hendrick dan Hendrick (1992), tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan bagaimana itu cinta, pada akhirnya cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Pada dasarnya tipe-tipe cinta yang dialami masing-masing individu berbeda-beda bentuknya dan berbeda-beda pula kualitasnya.

Di dalam cinta tersebut, konsep cinta menurut Stenberg ternyata memiliki 3 komponen yang dianggap paling kuat yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Intimacy meliputi rasa ingin selalu dekat, berhubungan, membentuk ikatan, keinginan memberi perhatian kepada yang dicintai. Passion meliputi ekspresi dari hasrat dan kebutuhan seperti harga diri, kasih sayang, dominansi, pengasuhan, dan kebutuhan seksual. Kemudian untuk commitment merupakan suatu keputusan yang diambil seseorang bahwa dia mencintai orang lain dan secara berkesinambungan akan tetap mempertahankan cinta tersebut. Hal ini adalah komponen kognitif utama dari cinta.

Lalu, melihat banyak kasus percintaan yang dialami oleh anak muda saat ini banyak yang memaknainya terlalu berlebihan. Dalam artian, mereka menempatkan sebuah porsi yang tidak seharusnya diberikan kepada satu sama lain dalam keadaan mereka yang juga sebenarnya belum mampu untuk melakukan itu semua. Hal ini sering ditemukan kepada mereka yang sedang dalam menjalin hubungan pacaran.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paramitha dan Vania pada tahun 2019 menunjukkan dampak psikologis yang dialami dibagi menjadi dua yaitu dampak psikologis positif dan dampak psikologis negatif. Dampak psikologis negatif yang muncul meliputi ketidakstabilaan emosi, stres, kesedihan, perasaan kacau (labil). Dampak negatif temuan baru yaitu perasaan kebencian. Sedangkan pada dampak psikologis positf yang muncul meliputi subjek lebih meningkatkan tingkah laku beragama.

Sangat banyak kasus yang dapat kita temukan di sekitar kita dalam konteks terserangnya psikologis seseorang karena putus cinta. Salah satunya yang belum lama terjadi, di daerah saya sekitar satu bulan lalu terdapat seorang anak muda yang memutuskan untuk melakukan bunuh diri dikarenakan ditinggal menikah oleh pacarnya padahal ia tidak lama lagi akan menjalani wisuda kelulusan. Hal ini menandakan bahwa mereka yang telah menjalani komitmen, ikatan, serta unsur-unsur cinta dalam suatu hubungan justru dapat menjadikan pukulan terhadap individu ketika apa yang telah mereka usahakan dan harapkan tidak dapat terwujud sesuai dengan apa yang mereka atau salah satu inginkan. Maka sesungguhnya, makna putus cinta sebenarnya adalah bentuk pembelajaran agar mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain dan untuk lebih memperbaiki diri sendiri.





Daftar Pustaka

http://repository.uin-suska.ac.id/6989/3/BAB%20II.pdf

http://repository.unika.ac.id/20978/

https://gaya.tempo.co/read/1111419/pria-lebih-rentan-bunuh-diri-paska-putus-cinta-cek-sebabnya

0 komentar:

Posting Komentar