Selasa, 29 Juni 2021

 

AGRESIFITAS, PERMASALAHAN YANG MERUPAKAN CARA KOMUNIKASI LAIN

 

Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan (Baron & Richardson, 1994). Mac Neil dan Stewart menjelaskan bahwa perilaku agresif adalah suatu perilaku atau suatu tindakan yang diniatkan untuk mendominasi atau berperilaku secara destruktif, melalui kekuatan verbal maupun kekuatan fisik, yang diarahkan kepada objek sasaran perilaku agresif. Objek sasaran perilaku meliputi lingkungan fisik, orang lain dan diri sendiri.

Selain bentuk-bentuk agresi yang nyata seperti perkelahian, tawuran, melukai fisik, menyakiti perasaan, atau pun hanya sekedar menuliskan kalimat-kalimat bernada sinis ada juga bentuk agresi yang tidak ditampakkan yaitu disebut passive-aggressive. Pasif-agresif adalah semacam mekanisme pertahanan diri, terutama ketika individu harus menghadapi figur superior yaitu pemimpinnya, pasangannya, atau rekan kerjanya. Di angkatan kerja, angka tersebut dianggap negative dan bermusuhan oleh karyawan pasif-agresif. Namun, mereka berperilaku tidak tegas di depan pemimpin. Pada awalnya mereka pasif (selalu setuju untuk menyelesaikan tugas), tetapi mereka menolak secara agresif untuk melaksanakannya tugas ketika pemimpin pergi (Gaines, 1996).

Di sisi lain, perilaku agresi tersebut merupakan suatu bentuk respon jiwa dan pikiran dalam kita menghadapi sesuatu. Sebuah teori besar yang mendasari pemikiran mengenai agresi, antara lain teori instinct oleh Sigmund Frued, teori survival oleh Charles Darwin dan teori social learning oleh Neil Miller dan John Dollard, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Albert Bandura. Teori Freud memandang perilaku agresif sebagai hal yang intrinsik dan merupakan instinct yang melekat pada diri manusia. Selanjutnya Darwin dengan teori survival-nya memandang bahwa secara historis, perilaku agresif ini dianggap sebagai suatu tindakan manusia untuk kebutuhan survival agar tetap dapat menjaga dan mengembangkan kemanusiawiannya ataupun membangun dan mengembangkan komunitas.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut agar menjadi sebuah bentuk komunikasi yang baik, maka diperlukan cara-cara yang harus dijadikan prinsip. Yang pertama adalah dengan pengelolaan amarah. Cornell, Peterson, & Richards (1999) menyatakan bahwa amarah merupakan faktor predisposisi dari perilaku agresif dan amarah itu paralel dengan dorongan agresi (Berkowitz, 2003), sehingga inter‐vensi terhadap amarah perlu dilakukan sebagai sarana mengurangi perilaku agresif seseorang. Program yang dinilai efektif untuk mengurangi agresivitas, baik sebagai pencegahan maupun penanganan, adalah yang menggunakan pendekatan kognitif‐ perilakuan (Goldstein & Glick, 1994; Kellner & Tutin, 1995; Kellner & Bry, 1999; Whitfield, 1999; Deffenbacher, Oetting, & DiGiuseppe, 2002; Knorth et al., 2007; Blake & Hamrin, 2007) karena tidak hanya fokus pada aspek kognitif saja, namun juga memperhitungkan fungsi individu pada aspek afektif dan perilaku. Perubahan pada salah satu aspek akan diikuti oleh peru‐ bahan pada aspek yang lainnya (Martin & Sandra, 2005), yang seringkali disebut sebagai penanganan multikomponen atau multimodal (Sukholdosky et al., dalam Blake & Hamrin, 2007).

Penanganan kedua adalah dengan menerapkan prinsip Pollyana. Matlin dan Stang (1978) memberikan bukti bahwa orang lebih senang dengan rangsangan positif dan menghindari rangsangan negatif; orang memerlukan waktu lebih lama untuk mengenali apa yang tidak menyenangkan/mengancam daripada apa yang menyenangkan dan aman. Menurut prinsip pollyanna otak memproses informasi yang menyenangkan dengan cara lebih cepat dan tepat daripada informasi yang tidak menyenangkan.

 

 

Daftar Pustaka:

 

Atmawati, D. (2011). Prinsip pollyanna dalam wacana dakwah (Kajian pragmatik). Kajian Lingusitik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-65.

Laela Siddiqah (2010). Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui Pengelolaan Amarah   (Anger Management). JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 37, NO. 1, JUNI 2010: 50 – 64

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from:

https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/

0 komentar:

Posting Komentar