Selasa, 29 Juni 2021

 

HABIT OF PASSIVE AGGRESSIVE AND AGGRESSIVE 

Tulisan ini untuk memenuhi Ujian Akhir Psikologi Sosial I

Semester Genap 2020/2021

Qho’issul Saufus Salfwa  (20310410057)

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Çocuk ve Gençlerde Travma

(Ilustrasi Emosi)

Proses interaksi sosial antara indivu satu dengan yang lainnya  merupakan tahap dimana kesalahan akan hal komunikasi maaupun antar interaksi dimana hal ini dapat menimbulkan terbentuknya konflik secara intrapersonal maupun interpersonalnya. Menurut McCullough dan Worthington(1995) bahwa dalam masyarakat modern ini peningkatan akan presentasi stress, kekerasan, kemarahan, dan perselihan merupakan faktor utama pemicu terjadinya banyak kesalahpahaman terlebih yang dialami oleh kaum remaja.  Dimana remaja- remaja tersebut dituntut untuk mampu mengontrol atau mengendalika nperasaan mereka untuk melwati fase perkembangan kematangan emosi pada dirinya. Burney (2001) mengungkapkan bahwa ekspresi emosional yang sehat yaitu mampu mengontrol kemarahan dengan menunjukkan adanya strategi manajemen  kemarahan dengan mencari solusi yang positif salah satunya dengan perilakku memaafkan. Ketika seseorng sudang sudah menerapkan perilaku memaafkan maka individu yang bersangkutan tersebut dapat melapaskan semua beban yanng tersimpan sehingga tidak menyimpan adanya beban.

Salah satu dari kejadian yang banyak terjadi pada perkembangan remaja dalam menghadapi kelola emosinya yaitu mulai munculnya perilaku pasif agresif dan agresif, perilaku pasif agresif ini merupakan cara sesorang dalam menyampaikan perasaan kecewa atau rasa marah secara tersirat yang biasanya biasanya didorong oleh perasaan takut atau enggan mengungkapkan emosi yang disimpannya secara langsung kepada individu lainnya (Gaines, 1996) sedangkan perilaku agresif merupakan cara atau tindakan yanng dilakukan oleh seseorang untuk mengungkapkan kekecewaan mereka secara langsung terhadap sebuah masalah (Sari, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Rolof (2015) mengungkapkan bahwa sejumlah 23,3% dari 395 mahasiswa melaporkan adanya kebiasaan dari berperilaku pasif agresif  yang berkaitan dengan kondisi emosional seseorang. Kebiasaan pasif agresif  muncul dikarenakan adanya perbedaan antara lingkup luar dan dalam dari individu terkait dalam menghadapi masalah yang ada yang membuat individu terkait tidak berani untuk mengekspos diri mereka di lingkup sosialnya. Hal ini dapat membawa beberapa dampak buruk diantaranya yang paling signifikan adalah tertimbunnya amarah yang lama kelmaan akan memunculkan stress yang amat sangat sehingga individu hanya mampu memendam semuanya sendiri.  Sedangkan kebiasaan seorang individu tentang sifat agresifnya yaitu mereka mampu mengungkapkan apa yangn sekiranya memicu kemarahan mereka sehingga dapat menyalurkan rasa stress dan perasana tertekannya tersebut kepada sekitar. Dengan penganturan olah emosi yang lebih bijak, diharapkan para individu tersebut baik yang memiliki kebiasaan pasif agresif maupun agresif dapat secara bijak menyalurkan dan mengelola rasa tertekan dan amarah yang timbul baik dari diri mereka sendiri maupun lingkunngan sosialnya.

Daftar Pustaka

Sari, D. 2016. profil perilaku agresif siswa dan implikasinya bagi bimbingan konseling. jurnal konseling dan pendidikan. Vol. 4 (2)

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021

https://www.dbe.com.tr/tr/cocuk-ve-genc/8/cocuk-ve-genclerde-travma/. diakses pada 29 Juni 2021 pukul 15.43

 

 

0 komentar:

Posting Komentar