Senin, 14 Juni 2021

Perilaku Tolong-Menolong pada Situasi Pandemi Covid-19

 

Perilaku Tolong-Menolong pada Situasi Pandemi Covid-19

Widia Fitriani  (20310410020)

Mata Kuliah: Psikologi Sosial I

Fakultas Psikologi Universitas 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, M.A


 


Dunia sedang diguncang oleh pandemi hebat bernama Covid-19 (Corona Virus Disease). Peningkatan dari hari kehari jumlah pasien terinfeksi virus Covid-19 sudah sulit dikendalikan diperlukannya suatu perencanaan yang jelas dan lugas dari pemerintah untuk menangulangi permasalahan ini. Di saat situasi sulit seperti ini, dokter dan tenaga medis dikatakan garda terdepan dalam pandemi ini. Namun, sesungguhnya, kita, masyarakat-lah garda terdepan dalam menghadapi pandemi ini. Dengan jumlah yang terbatas, dokter dan tenaga medis perlu kita tempatkan sebagai garis pertahanan terakhir. Tugas masyarakat adalah untuk melakukan seluruh upaya dalam mengurangi penyebaran virus COVID-19. Maka, diperlukan kerjasama yang baik pada masyarakat dalam menghadapi pandemi ini.  Virus COVID-19 yang sangat mudah berpindah dari satu orang ke orang lain sehingga langkah tepat untuk mengantisipasi eskalasi penyebaran virus ini adalah dengan gerakan #dirumahaja. Dengan tetap berada di rumah, orang yang terkena virus COVID-19 tidak dapat menulari orang lain dan di sisi lain orang lain juga terlindung dari virus COVID-19. 

Di tengah suasana sendu dan cemas karena pandemi Covid-19, banyak kisah menginspirasi yang menggetarkan hati. Tak jarang aksi kebaikan yang dilakukan satu orang menular ke yang lain dan menjadi gerakan bersama untuk saling menolong. Gotong royong dan tolong-menolong tak terpisahkan dari perjalanan bangsa indonesia. Di timeline berbagai media sosial (medsos), berseliweran cerita bagaimana donasi dikumpulkan untuk para tenaga medis, ada juga yang berniat membantu ekonomi kalangan bawah yang terdampak, apresiasi untuk para tukang ojek dan mereka yang tidak punya pilihan bekerja dari rumah, bantuan untuk usaha-usaha kecil, dan masih banyak lagi. Mulai dari organisasi, para influencer dan selebriti, hingga orang biasa, bahu membahu melakukan apa yang mereka bisa untuk menolong yang membutuhkan. Para selebriti misalnya, menghibur masyarakat agar betah #dirumahaja dengan manggung online dan mengumpulkan donasi, ada juga para relawan yang bergerak menyalurkan berbagai kebutuhan. Kemudian para dokter yang menyediakan konsultasi kesehatan online gratis agar orang tidak berdesakan di rumah sakit, tukang sayur yang menawarkan jasa antar pesanan, hingga para pekerja lapangan yang melakukan penyemprotan disinfektan.

Selain itu, merebaknya tren tindakan menolong yang terjadi di tengah pandemi virus COVID-19 ini juga dapat dijelaskan melalui teori pembelajaran observasional oleh Albert Bandura. Melalui teori ini, Bandura menegaskan bahwa proses pembelajaran manusia dapat dilakukan dengan melalui observasi. Jika kita kaitkan dengan fenomena tren tindakan prososial yang sedang terjadi, maka pemberitaan dan informasi yang tersebar luas di media sosial mengenai orang yang melakukan tindakan prososial, dapat mengajarkan dan membuat orang lain ikut melakukan tindakan prososial seperti itu juga.  Pada akhirnya, pandemi virus COVID-19 ini merupakan perjuangan bersama, bukan hanya perjuangan tenaga medis dan dokter saja. Dengan kita melakukan gerakan #dirumahaja, tanpa kita sadari kita juga telah membantu mengurangi peningkatan kasus positif virus COVID-19 ini.

 

 

Referensi:

Wahidah, Idah. Muhammad Andi Septiadi. M. Choerul Adlie Rafqie. (2020). Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO).

Dirgantara, R. A. (2020, March 30). Regional. Retrieved from Liputan6: https://www.liputan6.com/regional/read/4214287/ribuan-masker-gratis-dari-penjahit-rembang-demi-menangkal-covid-19

0 komentar:

Posting Komentar