Minggu, 13 Juni 2021

Perilaku tolong-menolong di tengah pandemi Covid-19


Perilaku tolong - menolong di tengah pandemi Covid-19


Essay Persyaratan  Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial I

(Semester Genap 2020/20021)

Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, M.A

Elsa kusumandari (20310410041) 

Fakulttas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Seperti yang kita tahu, saat ini Indonesia dan dunia sedang menghadapi situasi sulit akibat pandemi virus COVID-19 yang sedang terjadi. Hingga saat ini, hari Minggu tanggal 19 April 2020, tercatat sebanyak 6.248 kasus positif COVID-19 di Indonesia dan 2.164.111 kasus di seluruh dunia. Pandemi COVID-19 yang terjadi banyak menimbulkan perubahan di berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah bidang sosial pada masyarakat.


Virus COVID-19 yang sangat mudah berpindah dari satu orang ke orang lain sehingga langkah tepat untuk mengantisipasi eskalasi penyebaran virus ini adalah dengan gerakan #dirumahaja. Dengan tetap berada di rumah, orang yang terkena virus COVID-19 tidak dapat menulari orang lain dan di sisi lain orang lain juga terlindung dari virus COVID-19.  Memang, gerakan #dirumahaja dapat menekan laju pertumbuhan kasus positif virus COVID-19. Namun di sisi lain, gerakan ini menimbulkan dampak negatif bagi beberapa kalangan masyarakat. Seperti penjual kaki lima, ojek online dan para penjual yang mengandalkan kehidupannya melalui penghasilan sehari-harinya dan masih banyak lagi. Beberapa dari orang tersebut harus tetap berjuang mencari nafkah untuk keluarganya meski penghasilan mereka semakin berkurang. Sayangnya, masih banyak dari mereka yang tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai teknologi dan internet sehingga kondisi ini membuat mereka semakin sulit.

Di saat situasi sulit seperti ini, dokter dan tenaga medis dikatakan garda terdepan dalam pandemi ini. Namun, sesungguhnya, kita, masyarakat-lah garda terdepan dalam menghadapi pandemi ini. Dengan jumlah yang terbatas, dokter dan tenaga medis perlu kita tempatkan sebagai garis pertahanan terakhir. Tugas masyarakat adalah untuk melakukan seluruh upaya dalam mengurangi penyebaran virus COVID-19. Maka, diperlukan kerjasama yang baik pada masyarakat dalam menghadapi pandemi ini. Salah satunya dengan saling tolong-menolong. Untungnya, saat ini muncul tren “berbuat baik”. Tren berbuat baik ini sebutan saya untuk banyaknya video viral yang berisi tentang seseorang yang berbuat baik dengan memberikan sesuatu kepada orang lain di tengah pandemi COVID-19 ini. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Rachel Vennya dengan cara menggalang dana melalui kitabisa.com dan terkumpul dana sebanyak 7 miliar. Selanjutnya, dana tersebut ia salurkan kepada PMI dan telah diterima langsung oleh Jusuf Kalla sebagai ketua PMI pada 23 Maret 2020 lalu. Selain itu, terdapat juga seorang anak laki-laki berumur 9 tahun asal Kabupaten Bandung yang bernama Mochammad Hafidh Al-Bukhori. Ia rela menyumbangkan tabungannya untuk membantu petugas yang menangani virus COVID-19. Di daerah lain, terdapat seorang inisiator yang menggagas aksi menjahit masker gratis bernama Ina Farida. Niatnya yang ia bagikan di media sosial tersebut ternyata selanjutnya membuahkan hasil yang baik. Banyak dari warga lain yang tertarik dan ikut serta dalam membantu niat baiknya tersebut. Diantara warganya ada yang menyumbang dana, kain tali masker hingga menyumbang tenaga untuk menjahit masker gratis tersebut. Tiga kasus tadi hanyalah sedikit dari banyaknya perbuatan baik yang dilakukan orang kepada sesama di tengah pandemi COVID-19 ini. Masih banyak sekali perbuatan baik yang dilakukan orang, baik itu yang di publikasi maupun tidak. Bagaimanapun itu, saling berbuat baik dan menolong merupakan hal yang penting di tengah situasi sulit akibat pandemic virus COVID-19 ini.

Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan tersebut dapat disebut sebagai prosocial behavior. Prosocial behavior atau tindakan prososial adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk membantu orang lain atau memberi kemanfaatan bagi orang lain meskipun pemberi bantuan tidak mendapat keuntungan dari tindakannya tersebut. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindakan prososial dan jika dikaitkan dengan konteks di atas maka kita bisa menggunakan teori empathy-altruism. Hipotesis ini mengatakan bahwa beberapa tindakan prososial hanya dimotivasi oleh keinginan untuk membantu sesama, membantu seseorang yang membutuhkan (Batson & Oleson, 1991; Baron & Branscombe, 2012). Individu yang melakukan tindakan menolong orang lain dengan tidak mengharapkan imbalan dapat disebut termotivasi oleh altruism. Altruism ini memiliki kaitan erat dengan empati.

Orang-orang yang telah melakukan tindakan menolong, lalu tersebar di berita maupun media sosial dapat disebut sebagai model atau contoh bagi orang lain yang mendapat informasi tersebut. Selanjutnya, ketika orang yang mendapat informasi tersebut juga ikut melakukan tindakan menolong lalu ia menyebarkannya melalui media sosial, maka ia juga menjadi model dan begitu seterusnya. Dengan masyarakat yang saat ini melakukan gerakan #dirumahaja, internet merupakan salah satu sarana penting untuk mendapatkan informasi.  Dengan semakin banyak orang yang menggunakan internet, maka semakin cepat dan semakin luas jugalah informasi yang tersebar. Sehingga itu juga menjelaskan alasan meluasnya tren berbuat baik yang terjadi di tengah pandemi virus COVID-19 ini.

Dengan saling membantu satu sama lain dan mengikuti imbauan pemerintah, semoga kita dapat segera melewati pandemi virus mematikan ini bersama-sama.


Refrensi :

https://m.liputan6.com/global/read/4220491/ketika-virus-corona-covid-19-lahirkan-rasa-saling-bantu-sesama

https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/teori-menolong-dalam-psikologi-sosial/amp


0 komentar:

Posting Komentar