Rabu, 09 Juni 2021

 

Dampak Psikologis Siswa Terhadap Pembelajaran Online Selama Pandemi COVID-19

Nama : Agung Saprianto

NIM : 20310410040

Mata Kuliah : Psikologi Sosial I

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.

Fakultas Psikologi pada Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Wabah virus corona 2019 (COVID-19) menjadi perhatian internasional sejak kasus pertama terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada akhir Desember 2019. Jumlah tersebut melampaui kasus SARS pada 2003. Jumlah kasus kemudian meningkat secara eksponensial. , untuk menyebar ke seluruh dunia (Lai, Shih, Ko, Tang, & Hsueh, 2020). Indonesia diproyeksikan memiliki jumlah penduduk 319 juta pada tahun 2020. China, pada tahun 2018, penduduknya akan mencapai 1,393 miliar, Wuhan adalah wilayah dengan populasi 11,08 juta (Du et al., 2020). Jumlah itu jauh melebihi jumlah penduduk Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat perjumpaan fisik yang intens akan meningkatkan potensi penyebaran virus yang semakin masif.

Pada awal April, pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan ketat melalui aturan pembatasan sosial berskala besar untuk menekan penyebaran COVID-19. Langkah progresif diambil untuk membatasi penyebaran virus melalui pembatasan gerak manusia. Di bidang pendidikan, pembelajaran dari rumah dilaksanakan, dilakukan secara online, dan melalui Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang menayangkan siaran pendidikan secara serentak, setiap hari, di setiap jenjang pendidikan. Namun, tidak bisa dipungkiri. Terlepas dari berbagai langkah progresif yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi penularan COVID-19, ketakutan masyarakat akan selalu ada sehingga menimbulkan perilaku yang tidak menentu. Satu studi menemukan bahwa 16,5% melaporkan gejala depresi sedang hingga berat; 28,8% mengatakan gejala kecemasan sedang hingga berat, dan 8,1% melaporkan tingkat stres sedang hingga kritis. Lebih lanjut, Wang menemukan bahwa dalam dua minggu pertama setelah wabah, wanita dilaporkan mengalami stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan pria (Wang et al., 2020). Sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa virus corona mempengaruhi beberapa individu secara emosional, mereka mengalami ketakutan tertular virus, merasa tidak berdaya dan stigma negatif yang tinggi (Kumar & Somani, 2020).

Dalam penelitian lain ditemukan bahwa saat terjadi wabah, pada saat meneliti tentang virus H1NI, sekitar 10% hingga 30% masyarakat umum cukup khawatir akan kemungkinan tertular virus tersebut (Han, Michie, Potts, & Rubin, 2016). ). Jika dibandingkan dengan kasus SARS yang terjadi pada tahun 2003, kepanikan yang lebih besar terjadi pada COVID-19 karena konektivitas global melalui media sosial dan penyebaran informasi yang semakin masif. Mengatasi masalah kesehatan mental, Pemerintah China mengeluarkan pedoman intervensi darurat krisis psikologis bagi pasien COVID-19 dan tenaga kesehatan melalui kolaborasi multi disiplin untuk pembentukan tim kesehatan mental. China sebagai negara yang berhasil menekan laju penyebaran virus corona di tanah airnya, perlu dijadikan acuan sebagai langkah mitigasi. Poin penting dari kebijakan Pemerintah China adalah kolaborasi multi-disiplin. Artinya tidak hanya sains yang erat kaitannya dengan virus (eksak), sehingga kajian perspektif sosial-psikologis tentang COVID-19 masih relevan untuk diteliti.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memperkirakan 34,5 persen siswa tidak dapat mengakses pendidikan online. Upaya signifikan sedang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan di semua tingkatan untuk menemukan solusi praktis dalam pembelajaran online di tengah wabah COVID-19. Tindakan ini membantu orang tua untuk mendampingi pendidikan anaknya di rumah dan setidaknya mengurangi kekhawatiran orang tua terhadap kualitas pembelajaran online. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika siswa tidak berada di sekolah, misalnya liburan atau belajar di rumah, mereka secara fisik kurang aktif dan memiliki waktu yang lebih lama untuk menggunakan ponsel, sehingga penggunaannya juga akan terasa jenuh, bahkan dengan stres berat dan ringan. (Brazendale et al., 2017).

Keadaan akan bertambah buruk jika mereka dilarang keluar rumah tanpa aktivitas di luar ruangan dan kurangnya interaksi dengan teman sebayanya. Bosan, stres, takut terkena virus, penyebaran informasi palsu (hoax), dan memburuknya kondisi keuangan keluarga bisa terjadi. Beban tugas kuliah online menjadi salah satu faktor penyebab tingkat stres mahasiswa, yang mengharuskan mereka menggunakan media online yang baru dipelajari dan harus segera dipahami. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang menemukan bahwa kedaruratan kesehatan masyarakat dapat memberikan banyak efek psikologis pada siswa, yang dapat diekspresikan dalam bentuk kecemasan, ketakutan, dan kecemasan (Sharp & Theiler, 2018).

Berdasarkan kebijakan Universitas Mulawarman pada tanggal 18 Maret 2020 yang menghimbau agar seluruh kegiatan perkuliahan dilakukan secara online, maka diperlukan penelitian tentang dampak pembelajaran online dan upaya solutif dalam mengatasi efek sebagai bagian dari rekomendasi penelitian. Penelitian ini penting dilakukan karena dalam situasi yang tidak pasti dan tidak pasti kapan wabah ini akan berakhir, diperlukan penelitian ilmiah sosial-psikologis untuk membantu menemukan langkah progresif dalam memberikan kesejahteraan psikologis bagi masyarakat terdampak, tidak hanya korban positif COVID-19 tetapi masyarakat pada umumnya, dalam hal ini. belajar, khususnya mahasiswa.

Pandemi ini tidak hanya membawa risiko kematian akibat infeksi virus tetapi juga tekanan psikologis bagi orang-orang di seluruh dunia (Xiao, 2020). Sosialisasi yang terus menerus, tindakan isolasi yang ketat, dan masalah pembelajaran online di semua jenjang pendidikan diperkirakan akan mempengaruhi kesehatan mental, termasuk siswa. Sebuah penelitian dilakukan terhadap efek psikologis dari epidemi COVID-19 pada siswa di Cina, dilakukan secara kuantitatif, dengan 7.143 responden mengisi kuesioner (Cao et al., 2020). Sejauh ini, belum ada penelitian mendetail mengenai dampak psikologis mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran online di masa wabah pandemi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek psikologis siswa terhadap pembelajaran online selama pandemi COVID-19.

DAFTAR PUSTAKA

Masi, La, et al. "Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi dalam Pencegahan Meluasnya Wabah COVID-19 di Kalangan Pelajar." Humanism: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1.3 (2020).

Masi, L., Sudia, M., Salim, S., Prajono, R., & Sarina, S. (2020). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi dalam Pencegahan Meluasnya Wabah COVID-19 di Kalangan Pelajar. Humanism: Jurnal Pengabdian Masyarakat1(3).

MASI, La, et al. Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi dalam Pencegahan Meluasnya Wabah COVID-19 di Kalangan Pelajar. Humanism: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2020, 1.3.

0 komentar:

Posting Komentar