Senin, 28 Juni 2021

Pentingnya Fasilitator Sebagai Model untuk Pelatihan Kemampuan Mengelola Perilaku Agresif di Masyarakat (Penangangan Tawuran Remaja Antar Sekolah)

Pentingnya Fasilitator Sebagai Model untuk Pelatihan Kemampuan Mengelola Perilaku Agresif di Masyarakat  (Penangangan Tawuran Remaja Antar Sekolah)

Tulisan ini Guna Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial 1

(Semester Genap 2020/2021)

Dosen Pengampu : Dr. Arundhati Shinta, M. A 

(Foto Ilustrasi. Tidak untuk ditiru. Sumber: Radarbogor.com

Oleh :

Nama : Sofi Anggraini

NIM : 20310410065

Fakultas Psikologi Universitas Prokamasi 45 Yogyakarta

Perilaku agresif adalah suatu perasaan marah, emosi atau tindakan kasar akibat kegagalan atau kekecewaan dalam mencapai pemuasan. Perilaku agresif dapat dilakukan pada orang lain, benda, yang mana bisa dengan bermusuhan, dan sifat atau nafsu menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan dan meghalangi. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2011) dalam (Siby, 2020). Alasan perilaku agresif di masyarakat atau organisasi, memiliki dua dimensi yaitu organisasi vs interpersonal dan memiliki dampak serius vs dampak kecil. Perilaku menyimpang di masyarakat maupun organisasi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan internal (Shinta et al., 2016)

Dikalangan remaja fenomena maraknya kejadian tawuran di kota-kota besar sangat memprihatinkan. Tindakkan tersebut dapat berupa fisik maupun verbal, yang dapat menimbulkan kerusakan fasilitas umum, menimbulkan luka pada pelaku maupun yang tidak sengaja melewati remaja yang sedang tawuran, bahkan mengakibatkan korban tawuran hingga meninggal dunia. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku agresi, yang pertama remaja memiliki tipe kepribadian orang yang sulit mengorganisir kecemasan, sulit kontrol emosi, memiliki suasana hati yang berubah-ubah, dan cenderung negatif thinking. Kedua, provokasi fisik misalnya seseorang yang mendapatkan provokasi fisik seperti dengan pukulan, ditendang.

Pencegahan perilaku agresif merupakan upaya besar dalam membina bangsa dan negara. Kemampuan mengelola agresivitas, emosi bisa dilatih. Pentingnya fasilitator yang perilakunya terpuji dan tutur katanya yang baik sangat berperan sebagai model penting dalam pelatihan ini untuk membangkitkan semangat. Fasilitator tersebut dapat berupa,

a.      Orang tua, fasilitator utama dalam hal ini. Dengan mengawasi dan melakukan pembinaan terhadap anaknya terutama anak yang menginjak masa remajanya. Sehingga mereka dapat memahami bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah dapat diselesaikan dengan cara berdiskusi dan bermusyawarah. Keluarga juga harus memberi perhatian terhadap anaknya terlebih pada dunia pendidikan.

b.     Guru, dalam hal ini dapat mengarahkan remaja untuk ikut aktif dalam kegiatan sekolah misalnya dengan ekstrakulikuler, pramuka, rohis, dan yang sesuai dengan potensinya. Agar tidak terfokus pada perilaku negatif seperti agresivitas.

c.     Pemimpin Formal, contohnya Polri, Polres atau Polsek sebagai garda depan keamanan dan ketertiban masyarakat perlu menyusun rencana penanggulangan tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh pelaku, seperti menghubungi dan berkonsultasi dengan masyarakat untuk bersama mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan perbuatan kejahatan. Dalam artian, polisi memiliki beban tugas yang berat karena selalu harus menghadapi dampak dari berbagai gejolak ekonomi dan politik serta masalah sosial . Dalam menghadapi situasi tersebut, Polri bertindak dalam mekanisme kontrol dan berpedoman pada SOP (Siby, 2020)

d.     Tokoh agama. Dai yang memberikan dakwah, ini dapat dijadikan model untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat atau keutuhan negara dengan  memanfaaatkan bahasa yang baik yang memiliki daya pikat luas misalnya dengan prinsip Pollyana (Cara memandang hidup secara positif, menyampaikan hal-hal yang menyenangkan) (Atmawati, 2011)

Daftar Pustaka


Atmawati, D. (2011). Prinsip Pollyana dalam Wacana Dakwah (Kajian Pragmatik). Kajian Linguistik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-56

Shinta, A., Eny Rohyati, Dewi Handayani, & Wahyu Widiantoro. (2016). Maximizing the Passive-aggresive Employess’ Performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from: https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf

SSiby, P.S. (2020). Perilaku Agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/



 


0 komentar:

Posting Komentar