Selasa, 29 Juni 2021

Pencegahan Dan Penanganan Perilaku Agresif Terhadap Remaja

 Tugas ini disusun untuk memenuhi Ujian Psikologi Sosial I

Semester Genap 2020/2021

Ade Rei Enggi Wijaya (20310410034)

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Perilaku agresif di kalangan remaja, khususnya pelajar sekolah menengah atas, dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari jumlahnya maupun variasi bentuk perilaku agresif yang dimunculkan. Perilaku agresif seperti pelanggaran berupa penggunaan senjata tajam, penganiayaan, pengeroyokan, pencabulan, pemerkosaan, termasuk pencurian dan penggelapan. Rentang usia pelaku berkisar 12 hingga 18 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah siswa yang memiliki agresivitas yang tinggi dan mereka tidak ragu‐ragu untuk menyerang atau menyakiti orang lain, yang juga menggambarkan bahwa para siswa memiliki kontrol diri yang lemah sebagaimana hasil penelitian Elfida (1995) yang menyatakan bahwa kemampuan mengontrol diri berhubungan negatif dengan kecenderungan berperilaku delinkuen, termasuk didalamnya adalah perilaku agresif.

Perilaku agresif pada remaja terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan, mempengaruhi, atau memperbesar peluang munculnya, seperti faktor biologis, temperamen yang sulit, pengaruh pergaulan yang negatif, penggunaan narkoba, pengaruh tayangan kekerasan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian longitudinal terhadap remaja, Elliott Tremblay & Cairns , menemukan bahwa terdapat peningkatan tindakan kekerasan pada anak laki‐laki maupun perempuan pada usia 12 tahun sampai 17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap perkembangannya, remaja tergolong rentan berperilaku agresif, terutama jika terdapat faktor risiko yang menyertainya. Remaja yang agresif memiliki toleransi yang rendah terhadap frustasi dan kurang mampu menunda kesenangan, cenderung bereaksi dengan cepat terhadap dorongan agresinya, kurang dapat melakukan refleksi diri dan kurang dapat bertanggung jawab atas akibat perbuatannya .

Perilaku agresif diartikan sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti orang lain, baik fisik maupun psikis, yang menimbulkan kerugian atau bahaya bagi orang lain atau merusak milik orang lain . Menurut teori cognitive neoassociationist model (Berkowitz, 1995) dan teori general affective aggression model (GAAM) dari Anderson (dalam Lindsay & Anderson, 2000) penyebab munculnya perilaku agresif adalah situasi yang tidak menyenangkan atau mengganggu, dan adanya faktor individual dan situasional yang dapat saling berinteraksi mempengaruhi kondisi internal seseorang. Terdapat keterkaitan antara aspek afektif, kognitif, dan arousal yang bereaksi dan berproses terhadap stimulus yang ada dan memunculkan perasaan negatif, serta adanya peran proses kognitif dalam menentukan perilaku yang dimunculkan oleh remaja .

Solusi yang tepat untuk mengatasi perilaku agresif pada anak berdasarkan fakta , maka remaja yang memiliki tingkat amarah yang tinggi dan berisiko berperilaku agresif, perlu mendapatkan perhatian dengan memberi‐kan penanganan yang tepat dalam menge‐lola amarah dan mengendalikan dorongan agresinya. Wilkowski & Robinson (2008) menya‐takan bahwa amarah merupakan kondisi perasaan internal yang secara khusus berkaitan dengan meningkatnya dorongan untuk menyakiti orang lain, sedangkan agresi terkait langsung dengan Tindakan nyata menyakiti orang lain. Menurut teori integrasi kognitif tentang trait‐anger yang diajukan, individu yang memiliki trait‐anger yang tinggi lebih cenderung mengalami bias dalam menginterpretasi suatu situasi provokatif yang selanjutnya memicu proses yang secara spontan me‐ningkatkan amarah dan dorongan agresi‐nya.

Berdasar teori ini pula, program pengelolaan amarah dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan remaja mengendalikan diri melalui proses kognitif sehingga diharapkan kecenderungan ama‐rah dan perilaku agresifnya dapat dikurangi . Program yang dinilai efektif untuk mengurangi agresivitas, baik sebagai pencegahan maupun penanganan, adalah yang menggunakan pendekatan kognitif‐ perilakuan karena tidak hanya focus pada aspek kognitif saja, namun juga memperhitungkan fungsi individu pada aspek afektif dan perilaku. Perubahan pada salah satu aspek akan diikuti oleh peru‐bahan pada aspek yang lainnya .



DAFTAR PUSTAKA

Siddiqah, L. (2010). Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui Pengelolaan Amarah (Anger Management). JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 37, NO. 1, JUNI 2010: 50 – 64. ( https://media.neliti.com/media/publications/127368-ID-pencegahan-dan-penanganan-perilaku-agres.pdf )

Atmawati, D. (2011). Prinsip pollyanna dalam wacana dakwah (Kajian pragmatik). Kajian Lingusitik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-65. ( http://journals.ums.ac.id/index.php/KLS/article/view/4321 )

 

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021. ( https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/ )

0 komentar:

Posting Komentar