Selasa, 29 Juni 2021

SEORANG PEMIMPIM TIDAK BOLEH DI KUASAI OLEH EMOSI TETAPI EMOSI DIKUASAI OLEH SEORANG PEMIMPIN

 Seorang Pemimpin Tidak Boleh Dikuasai Oleh Emosi 

Tetapi Emosi Dikuasai Oleh Seorang Pemimpin



    Seorang Pemimpin Tidak Boleh Dikuasai Oleh Emosi 

Tetapi Emosi Dikuasai Oleh Seorang Pemimpin


 UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI SOSIAL I

(Semester Genap 2020-2021)


Siti Harnisa Taonu/20310410016

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengmpu : Dr. Arundati Shinta, M.A




Gambar Ilustrasi Pemimpin
 
Sumber
https://www.google.com/imgres?imgurl=https://sukabumiupdate.com/uploads/news/images


Dalam kamus bahasa Indonesia (KBBI) dai merupakan orang yang kerjaannya berdakwa (pendakwah).  Dai adalah  orang yang mengajak kepada orang lain secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik (menurut syariat alquran dan Sunnah). Pada era sekarang ini bermuculan dai yang berusaha melaksanakan syiar islam. ada dai yang populer dan ada yang tidak. Hal tersebut dapat dipahami karena memang ada hal hal yang menyebabkan dakwahnya digemari, antara lain aspek kebahasannya, dimana wacana dakwah menerapkan prinsip Pollyanna artinya cara memahami kehidupan secara positif dan meyampaikan kebaikan dalam bentuk cerita. Adapun menjadi seorang pemimpin yang baik adalah dengan menggunakan bahasa dari Dai yang mempunyai daya pikat luas. (Atmawati, 2017). Dalam kepemimpinan pasti ada salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam sebuah organisasi yang biasa disebut perilaku pasif- agresif .

Perilaku pasif-agresif  merupakan strategi karyawan yang tidak tegas untuk menghadapi pemimpin yang tidak diinginkan.  Di organisasi, perilaku agresif yang terlihat dihukum.  Di sisi lain, perilaku agresif tertutup lebih sedikit cenderung menyebabkan hukuman, terutama ketika aktor pada awalnya setuju untuk menyelesaikan instruksi pemimpin. Masalah yang relevan adalah bahwa pemimpin cenderung marah ketika menghadapi pasif-agresif para karyawan.  Perilaku pasif-agresif dikategorikan sebagai perilaku menyimpang karena dapat merugikan organisasi yaitu sabotase, semangat rendah di antara karyawan, penundaan jadwal produksi, peningkatan ketidakhadiran karyawan (Dranitsari, 2016, Whitson, 2010). Ada tiga Strategi bagi pemimpin untuk mengatasi karyawan dan memaksimalkan potensi kinerjanya:

 (a) Pemimpin harus sadar dan tidak terjebak oleh permainan manja karyawan.

 (b) Pemimpin harus mendiskusikan secara tegas kepada karyawan tersebut secara langsung tentang dampak dari pasif- perilaku agresif terhadap organisasi.  Diskusi harus didasarkan pada dokumen tentang kegagalan karyawan dalam menyelesaikan tugas.

(c) Pemimpin juga harus introspeksi apakah dia juga berperilaku pasif-agresif.  Ketika orang pertama dalam organisasi berperilaku pasif-agresif, karyawan lebih mungkin untuk menyalin model mereka. Hal ini bisa terjadi dalam organisasi pasif-agresif.

Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan (Baron & Richardson, 1994). Karena melibatkan persepsi niat, apa yang tampak seperti agresi dari satu sudut pandang mungkin tidak terlihat seperti itu dari sudut pandang lain, dan perilaku berbahaya yang sama mungkin atau mungkin tidak dianggap agresif tergantung pada niatnya. Namun, kerugian yang disengaja dianggap lebih buruk daripada kerugian yang tidak disengaja, bahkan ketika kerugiannya sama (Ames & Fiske, 2013).Adapun agresi sendiri merupakan implikasi dari tindakan dengan emosi yang tidak terkontrol. Dan agresi dapat berupa verbal maupun non verbal dan dapat terjadi akibat rangsangan internal maupun eksternal. Agresi merupakan salah satu bentuk dari emosi negative , dimana ketika individu tersebut tidak mampu mengontrol emosinnya maka yang terjadi adalah emosi negatif berupa perilaku agresif misalnya kondisi emosi seorang pemimpim tidak stabil cenderung lebih mudah mengeluarkan sikap agresif terhadap bawahan.



Daftar Pustaka:

 Atmawati, D. (2011). Prinsip pollyanna dalam wacana dakwah (Kajian pragmatik). Kajian  Lingusitik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-65.

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from: https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/







0 komentar:

Posting Komentar