Selasa, 29 Juni 2021

Meminimalisir Perilaku Agresif dengan Prinsip Pollyanna dan Psikodrama

  Meminimalisir Perilaku Agresif dengan Prinsip Pollyanna dan Psikodrama 

Essay Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial I

(Semester Genap 2020/2021)

Shafadita Putri Trisdianty  (20310410042)

Fakultas Psikologi Universitas 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A


Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan (Baron & Richardson, 1994). Keadaan remaja di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi remaja saat ini yang cenderung lebih bebas dan jarang memperhatikan nilai moral yang terkandung dalam setiap perbuatan yang mereka lakukan. Remaja mempunyai sifat yang cenderung lebih agresif, emosi tidak stabil, dan tidak bisa menahan dorongan nafsu. Pada masa pubertas atau masa menjelang dewasa, remaja mengalami banyak pengaruh-pengaruh dari luar yang menyebabkan remaja terbawa pengaruh oleh lingkungan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan remaja yang tidak bisa menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah akan melakukan perilaku yang maladaptif, seperti contohnya perilaku agresif yang dapat merugikan orang lain dan juga diri sendiri (Santrock, 2002).

Unsur pengalaman hidup mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang melalui pengalaman hidup yang tidak nyaman. Misalnya, momen sedih di masa remaja yang tidak didukung secara memadai akan memprediksi perilaku marah dan menyimpang (Myers, 2000). Unsur-unsur keturunan dan pengalaman hidup adalah akar dari kepribadian (Wood, 1998). Menurut Sofyan (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada remaja meliputi : Kondisi pribadi remaja, Lingkungan keluarga, Lingkungan masyarakat dan Lingkungan sekolah. Contoh dari perilaku agresif remaja yaitu seperti memaki, tawuran, penganiayaan, penyiksaan dan pemerkosaan, bahkan sampai menghilangkan nyawa (Sarwono & Meinarno, 2009).Cara-cara dalam mengendalikan rasa marah dan perilaku agresi bisa dengan mengalihkan rasa marah pada objek yang dipandang lebih aman dan tidak langsung mengekspresikan impuls yang tidak diharapkan kepada sumber agresi, selanjutnya katarsis diri berupa mengeluarkan emosi negatif berupa rasa amarah dan frustasi dengan berteriak kencang, menangis, membanting barang, menulis diary, dan lainnya yang berkaitan dengan meluapkan emosi (Rahman,2018:212).

Perilaku agresif dapat di minimalisir dengan menerapkan prinsip pollyanna. Prinsip pollyanna menggambarkan kecenderungan orang untuk setuju dengan pernyataan positif mengenai diri mereka. Dia optimis dan tidak hanya melihat sesuatu yang baik untuk dirinya, tetapi juga sesuatu yang baik untuk orang lain.

1. Memandang Hidup secara Positif

Peran pola berpikir sangat penting dalam menghadapi permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan, individu bisa menjadi seorang yang optimis atau malah menjadi pesimis. Menurut Albrecht (Susetyo, 1998) manifestasi perasaan dapat diarahkan membentuk emosi yang positif dengan pemikiran positif.

2. Menyampaikan Hal-hal yang Menyenangkan.

Jika seseorang membuat kesal orang lain dengan perilaku kasar, tidak tahu cara membawa dan memposisikan diri, atau ambruk hanya karena stress sedikit saja, maka orang lain tidak akan betah bersamanya walau setinggi apapun IQ-nya. Arbadiati (Sabiq & M. As’ad Djalali, 2012) berpendapat bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi dan memiliki kemampuan dalam merasakan emosi, mengelola dan memanfaatkan emosi secara cerdas dapat memudahlan dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial.

Selain menerapkan prinsip pollyanna, kita juga bisa menggunakan teknik  psikodrama yang berorientasi tingkah laku,gestalt, dan efektif membantu konseli agar mengalami kualitas emosional  dari  suatu  peristiwa.  Para  anggota psikodrama mempraktikkan model peran tanpa latihan terlebih dahulu dengan pemimpin kelompok sebagai sutradara, anggota kelompok lainnya adalah aktor dengan protagonis. Subjek diajak untuk merefleksikan perilaku agresif yang telah   dilakukan dan mengetahui dampak negatif perilaku agresif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Subjek memainkan peran yang sesuai dengan keadaan dirinya, pemain peran leluasa mengungkapkan segala yang ada dalam dirinya.  Setelah  peran  diberikan  refleksi  dan masukan dari   anggota   yang   menyaksikan peran yang   dimainkan,   sehingga   menjadi gambaran   tenang   keadaan   dirinya.

Kita sebagai mahasiswa psikologi harus bisa konsisten mengurangi rasa cemas dengan tidak mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi, dan juga terus mengembangkan kecerdasan emosi yaitu dengan meningkatkan kesadaran diri, memotivasi diri sendiri, dan mampu menjaga hubungan sosial, serta menurunkan perilaku Kecenderungan perilaku agresivitas sehingga tidak merugikan orang lain baik secara fisik maupun non fisik.

Referensi :

Atmawati, D. (2011). Prinsip pollyanna dalam wacana dakwah (Kajian pragmatik). Kajian Lingusitik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-65.

Pangastuti, Maya. 2014. PENGARUH PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA DAN SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS. Jurnal Psikologi Integratif, 2(1). 42-52.

Salmiati, 2015. Perilaku agresif Dan penanganannya (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negri 8 Makassar). Jurnal Psikologi Pendidikan &  Konseling, 1(1)

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from: https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/

Yanizon, A., Vina Sesriani. 2019. PENYEBAB MUNCULNYA PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA. Jurnal KOPASTA, 6(1), 23-36.


2 komentar: