Senin, 28 Juni 2021

20 Detik Kepemimpinan

 20 Detik Kepemimpinan

UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI SOSIAL

(Semester Genap 2020/2021)

Kanza Gatand Viesyszico (20310410046)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A

            Dalam dunia psikologi, Emosi diartikan sebagai impuls yang muncul akibat dari suatu rangsangan dari dalam maupun dari luar. Emosi bermacam macam, seperti emosi sedih, emosi marah, emosi bahagia, dan bentuk emosi lainnya. Emosi sangat erat kaitannya dengan agresif. Perilaku agresi merupakan tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan. Karena melibatkan persepsi niat, apa yang tampak seperti agresi dari satu sudut pandang mungkin tidak terlihat seperti itu dari sudut pandang lain, dan perilaku berbahaya yang sama mungkin atau mungkin tidak dianggap agresif tergantung pada niatnya. Namun, kerugian yang disengaja dianggap lebih buruk daripada kerugian yang tidak disengaja, bahkan ketika kerugiannya sama (Ames & Fiske, 2013).

            Perilaku agresif merupakan perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan, yang dapat diarahkan kepada orang atau benda, perbuatan bermusuhan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda, sifat atau nafsu menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat(Siby,2020). Hal ini sungguh sangat berpengaruh pada jiwa kepemimpinan pada tiap individu. Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang leadership, dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk memengaruhi orang lain. Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk memengaruhi aktivitas kelompok (Yudiatmaja, 2013).

            Pada era sekarang ini bermunculan dai yang berusaha melaksanakan syiar Islam. Ada dai yang populer dan ada yang tidak. Hal tersebut dapat dipahami karena memang ada hal-hal yang menyebabkan dakwahnya digemari, antara lain aspek kebahasaannya (Atmawati, 2011). Dai juga merupakan pemimpin yang memberi arahan kepada siapapun yang dipimpin. Pola kebahasaan dalam memimpin merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Namun, dibalik salah satu faktor keberhasilan dalam kepemimpinan, adapula faktor penyebab terjadinya kesenjangan dalam sebuah organisasi, yaitu pasif-agresif.

            Seseorang dengan perilaku agresif tampaknya menyenangkan dan mendukung, tapi mereka dapat menusuk dari belakang , melemahkan, dan melakukan sabotase. Seseorang dengan perilaku agresif juga menyatakan bahwa Anda dapat mempercayai kata-kata mereka ketika tindakan mereka telah secara konsisten menunjukkan bahwa tidak benar, membuat janji-janji tentang hal-hal ketika mereka tidak punya niat pernah melakukan hal tersebut, sering kemudian menyalahkan hal-hal yang “diluar kendali mereka” untuk menghindarkan mereka dalam memenuhi janji mereka. Perilaku seperti ini biasanya menggunakan sarkasme atau humor untuk mengolok-olok orang lain sehingga mereka dapat bersembunyi di balik sikap “aku hanya bercanda”, yang mengandung arti di setiap kata yang diucapkan. Mereka dengan pasif-agresif juga ingin semua orang untuk percaya bahwa mereka adalah pendukung terbesar, menolak untuk jujur dan langsung dengan perasaan mereka yang sebenarnya.

            Pasif-agresif adalah semacam mekanisme pertahanan diri, terutama ketika individu harus menghadapi sosok atasannya yaitu pemimpinnya, pasangannya, atau rekan kerjanya. Di angkatan kerja, angka tersebut dianggap negatif dan bermusuhan oleh karyawan pasif-agresif. Namun, mereka tidak tegas di depan pemimpin. Pada awalnya mereka pasif (selalu setuju untuk menyelesaikan tugas), tetapi mereka menolak secara agresif untuk melaksanakan tugas ketika pemimpin pergi. Ini semacam sabotase terhadap organisasi. Mereka agresif karena harus melepaskan amarahnya. Mereka berniat membalas dendam kepada pemimpin dengan mengabaikan tugas-tugas organisasi. Tampaknya pemimpin kebingungan karena tugas yang diabaikan adalah kepuasan mereka. Untuk menutupi kebiasaan menunda-nunda dan mengabaikan mereka, mereka mengajukan alasan logis. Pemimpin tidak memiliki alasan yang kuat untuk memecat mereka karena mereka selalu setuju untuk menyelesaikan tugas di depan pemimpin (Shinta, A., dkk, 2016).

20 Detik Kepemimpinan adalah sebuah hal untuk mengubah diri Anda sendiri agar lebih baik. Sebab orang lain tidak dapat mengubah diri Anda, hanya dapat memberikan masukan dan nasihat sebagaimana kita sendiri. Individu hanya butuh 30 detik untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Dalam waktu 20 detik tersebut kita gunakan 10 detik awal untuk mengambil nafas yang panjang dan coba untuk tenangkan hati. Kemudian 20 detik sisanya adalah untuk menguatkan fikiran dengan berkata dalam hati, “Aku adalah seorang pemimpin, jika memang aku pemimpin, maka aku akan beri contoh kebaikan bagi semua orang yang aku pimpin”. Setelah 20 detik tadi Anda gunakan seperti hal diatas, yakinlah  Anda akan lebih dapat mengendalikan emosi dan menjadi seorang pemimpin yang bijak.

DAFTAR PUSTAKA

Ames & Fiske (2013). Intentional Harms Are Worse, Even When They’re Not. Psychol Sci. 2013 Sep; 24(9): 1755–1762.

Siby, P.S. (2020). Perilaku agresifManado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/.

Yudiatmaja, F. (2013). Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Media Komunikasi FIS. ISSN: 1412-8683, Vol. 12, No. 2.

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021.

 


0 komentar:

Posting Komentar