Senin, 28 Juni 2021

Mengatasi Maraknya Perilaku Agresif dengan Katarsis

 

 Elyza Alvinna Mu’arif (20310410074)

Dosen Pembimbing : Dr. Arundati Shinta, M. A

Ujian Akhir Semester 2

Psikologi Sosial 1

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta





Salah satu fenomena yang mengkhawatirkan saat ini adalah banyaknya perilaku kekerasan yang terkait dengan perilaku agresif di masyarakat, baik secara individu maupun kolektif. Perilaku ini bisa berupa kekerasan verbal atau fisik. Padahal, kekerasan semacam ini telah banyak merugikan orang lain. Banyak kasus kekerasan yang terjadi merupakan manifestasi dari perilaku agresif, termasuk kekerasan verbal dan non-verbal.

Katarsis atau pelepasan emosi berkaitan dengan penghapusan hal-hal negatif seseorang, seperti stres yang berlebihan, kecemasan, kemarahan atau ketakutan. Sama seperti prinsip Poliana yang mengasumsikan bahwa orang lebih menyukai topik yang menyenangkan daripada topik yang tidak menyenangkan. Prinsip Poliana menggambarkan kecenderungan orang untuk setuju dengan pernyataan positif tentang diri mereka sendiri. Istilah katarsis pada awalnya digunakan dalam konteks psikologi oleh Josef Breuer, seorang rekan dan mentor dari Sigmund Freud, seorang profesor teori psikoanalisis, yang menggunakan hipnosis bahwa orang mengulangi peristiwa traumatis yang mereka alami. Menurut Brewer, ketika seseorang bebas mengekspresikan emosi terkait peristiwa traumatis, mereka mengalami katarsis atau pelepasan emosi.

Contoh kasus di dalam organisasi, seperti stress pada karyawan terhadap kinerja. Untuk alasan ini, karyawan mencoba mengembangkan perilaku agresif pasif sebagai pertahanan mereka terhadap tekanan agar tampil lebih efektif. Sebuah penelitian terhadap 84 karyawan organisasi non-pemerintah (LSM) di India menunjukkan bahwa variabel tekanan organisasi mempengaruhi 20,8% dari variabel swadaya (Shah dan Pethe, 2006). Ketidakberdayaan merupakan ciri utama dari perilaku pasif agresif. Selain itu, perilaku agresif pasif juga dapat terjadi karena meningkatnya pelayanan kerja, ketidaksukaan terhadap keberadaan serikat pekerja, dan meningkatnya heterogenitas karyawan akibat transportasi (Lambercht, 2010).

Berikut ini adalah beberapa contoh latihan atau kegiatan katarsis.

1. Pendidikan Jasmani Aktivitas fisik

Olahraga adalah pelepasan emosi yang baik. Selain membantu tubuh melepaskan endorfin, hal ini bisa membuat kita merasa lebih baik.

2. Mainkan atau dengarkan musik

Untuk waktu yang lama, musik telah dianggap sebagai cara bagi orang untuk melepaskan emosi batin mereka. Musik bahkan mencakup pengalaman emosional. Proses ini merupakan bentuk katarsis, karena emosi sedih yang Anda rasakan dapat dilepaskan dan membuka jalan bagi emosi yang lebih positif.

3. Tulis Menulis

Ini merupakan contoh katarsis terapeutik. Faktanya, banyak psikolog merekomendasikan agar pasien mereka membuat buku harian. Menurut penelitian, selain membantu melepaskan emosi negatif, membuat buku harian juga dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, meredakan gejala radang sendi dan asma, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Untuk itu perlu bagi kita untuk dapat melakukan katarsis dalam mengatasi maraknya perilaku agresif. Karena sangat membantu mengatasi maraknya perilaku agresif melepaskan emosi atau keluh kesah yang tersimpan di dalam batin dan pikiran. Katarsis juga merupakan cara untuk melampiaskan emosi dengan positif yang akan membuat seseorang merasa lebih rileks dan dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan perasaan yang lebih baik.

 

Daftar Pustaka

Aronson, Elliot, Timothy D. Wilson, & Robin M. Akert. 2007. Social Psychology. Sixth Edition. New Jersey: Pearson.

Atmawati, D. 2011. Prinsip pollyanna Dlam Wacana Dakwah (Kajian Pragmatik). Kajian Lingusitik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-65.

Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. 2016. Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from: https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf.

Siby, P.S. .2020. Perilaku Agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/.

Purwandari.1998. Agresif ditinjau dari Pembawaan dan Lingkungan. Jurnal Dinamika Pendidikan No. 1 Tahun V.

Wahyuningsih, Sri. 2017. Teori Katarsis dan Perubahan Sosial. Jurnal Komunikasi, Vol. XI No. 01.

 




 

0 komentar:

Posting Komentar