Rabu, 09 Juni 2021

 

Pentingnya Menanamkan Kepedulian Anak Sejak Usia Dini

(Sumber: Dokumen Pribadi )
 
 
Qho'issul Saufus Salfwa ( 20310410050 )

Dosen Pengampu : Dra. Arundati Shinta, MA.

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
 

Indonesia terkenal dengan budaya gotong-royong dan tolong menolong. Namun, fenomena yang terjadi saat ini budaya tersebut mulai luntur di masyarakat kita. Dilansir dari Nusantaranews.co(2017), Analis Sosiologi yang juga Analis Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing mengatakan, penyebab lunturnya budaya gotong-royong dan tolong-menolong adalah kemajuan teknologi. Orang-orang lebih aktif di media sosial online daripada di dunia nyata, sehingga rasa kepedulian terhadap sesama sudah mulai hilang. Dalam hal semua pihak harus berperan untuk menjaga karakteristik bangsa kita.

Kepedulian merupakan salah satu bentuk tindakan nyata, yang dilakukan oleh masyarakat dalam merespons suatu permasalahan. Menurut Hardati, Peduli adalah peka terhadap kesulitan orang lain, peka terhadap kerusakan lingkungan fisik, peka terhadap berbagai perilaku menyimpang, peka terhadap kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang dinamis, peka terhadap perubahan pola-pola kehidupan sosial. Milfayetti, dkk berpendapat bahwa peduli (caring) adalah seseorang yang peduli akan selalu penuh perhatian terhadap keberadaan orang lain. Sedangkan menurut Darmiyati Zuchdi peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dari penjelasan di atas, kepedulian merupakan dasar dari budaya gotong-royong dan tolong-menolong.

 

Kompas.com(2020), Sebuah studi dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat menunjukkan anak usia 18 bulan telah mampu menguasai komponen kunci dari empati, yakni kemampuan memahami perasaan orang lain. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk menanamkan resa kepedulian adalah dengan memulainya sejak usia dini. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting untuk melatih dan menumbuhkan rasa kepedulian anak sejak usia dini.

Salah satu cara mendidik anak agar muncul rasa peduli adalah dengan memberikan contoh secara langsung dan simultan. Seperti yang di jelaskan dalam teori social learning oleh Albert Bandura suatu perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu pengetahuan atau informasi, memaknai suatu model yang ditiru, kemudian mengolah secara kognitif dan menentukan tindakan sesuai tujuan yang dikehendaki. Model yang tepat untuk seorang anak adalah kedua orang tuanya. Orang tua merupakan sarana interaksi sosial yang sangat intens bagi seorang anak, khususnya pada anak usia dini. Sang anak akan meniru apapun yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Dilansir dari Gorontaloprov.go.id (2020), Gubernur Gorontalo mengajak anak dan istrinya untuk merayakan ulang tahun anaknya di panti asuhan. Dengan mengajak anak melakukan kegiatan sosial, secara alamiah anak akan melihat dan merekam dalam memorinya, sehingga rasa peduli dapat terbentuk dalam diri anak.

 Selain dengan cara social learning, cara untuk mendidik anak supaya tumbuh rasa peduli terhadap sesama adalah dengan cara menerapkan teori pertukaran  sosial dalam pembelajaran sang anak. Menurut Goerge Homan, pertukaran sosioal adalah teori yang berkaitan dengan tindakan sosial yang saling memberi atau menukar objek-objek yang mengandung nilai antar individu berdasarkan tatanan sosial tertentu Objek yang ditukarkan tidak berbentuk benda nyata, namun hal-hal yang tidak nyata. Salah satu prinsip dalam teori pertukaran sosial menurut Wirawan ( 2012) adalah melakukan pengorbanan (cost) untuk mendapatkan hadiah (reward). Dalam hal melatih anak agar tumbuh rasa peduli adalah dengan mengajak anak melakukan aktivitas di keluarga. Contohnya; mencuci mobil, mencuci baju, membersihkan rumah dan lain-lain. Setelah anak ikut membantu jangan lupa memberikan hadiah kepada sang anak sebagai reward. Seperti yang dijelaskan dalam teori pertukaran  sosial, anak pasti akan merasa senang apabila usahanya dalam membantu orang tua itu mendapat balasan berupa hadiah. Secara alamiah perilaku peduli terhadap sesama akan muncul pada anak usia dini.

 

Daftar Pustaka :

 

Bandura, A,1977. Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Review, 84, 191-215.

Darmiyati Zuchdi. (2011). Pendidikan Karakter dalam Prespektif  Teori dan Praktek. Yogyakarta: UNY Press.

Gorontaloprov.go.id, 2020, 8 Februari. Anaknya Ulang Tahun, Rusli Berbagi dengan Anak Yatim. Di akses 9 Juni 2020 pada https://gorontaloprov.go.id/anaknya-ulang-tahun-rusli-berbagi-dengan-anak-yatim/.

Hardati, Puji, dkk.. (2018). ‘Sratrategi Pengelolaan Sampah Sungai Dalam Mendukung Restorasi Sungai Di Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung’. Prosdng Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018. ISBN: 978-602-361-137-9 (diunduh pada 2 Mei 2019 https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/10368).

Kompas.com, 2020, 29 Mei. Pentingnya Menanamkan Rasa Kepedulian Anak Sejak Usia Dini. Di akses 9 Juni 2020 pada https://biz.kompas.com/read/2020/05/29/191415028/pentingnya-menanamkan-rasa-kepedulian-anak-sejak-usia-dini.

Milfayetty, dkk., (2015), Psikologi Pendidikan, Pascasarjana Unimed, Medan.

Nusantaranews.co, 2017, 12 Agustus. Lunturnya Budaya Gotong Royong. Di akes 9 Juni 2021 pada https://nusantaranews.co/lunturnya-budaya-gotong-royong/ .

Ritzer, George &Douglas J.Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar