Selasa, 29 Juni 2021

PENTINGNYA KONSELOR DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING YANG MENJADI PENYEBAB DARI PERILAKU AGRESIF

 

PENTINGNYA KONSELOR DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING YANG MENJADI PENYEBAB DARI PERILAKU AGRESIF

UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI SOSIAL

(Semester Genap 2020/2021)

Ni Putu Diah Sinta Kartika (20310410005)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A


                                                    Popmama.com




Kekerasan dalam dunia pendidikan adalah fakta yang memang sudah sering terjadi. Ketika berbicara tentang kekerasan pelajar, topik yang seringkali muncul ialah tentang tawuran pelajar. Padahal selain tawuran pelajar ada bentuk kekerasan lain yang terjadi di sekolah yakni bullying. Bullying merupakan kasus yang jarang muncul dan jarang diketahui banyak orang, namun bisa menimbulkan dampak yang lebih serius daripada tawuran antar pelajar. 

Bullying sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresi. Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan (Baron & Richardson, 1994). Agresi adalah fenomena kompleks yang terdiri dari sejumlah perilaku dari jenis yang lebih khusus (Hall & Lindzey, 1993). Penyebab utama munculnya perilaku agresi adalah terhalangnya seseorang dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan, atau pengharapannya. Frustasi yang muncul disebabkan karena adanya faktor dari luar yang kuat menekan sehingga muncul perilaku agresi. Bandura menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil dari proses belajar sosial melaui pengamatan terhadap dunia sosial (Soedardjo & Fadilla, 1998).

Bullying merupakan perilaku agresif seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secraa berulang-ulang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah untuk menyakiti korban secara fisik maupun mental. Bullying bisa berupa kekerasan dalam bentuk fisik (misal : menampar, memukul, menganiaya, mencederai), verbal (misal : mengejek, mengolok-olok, memaki) dan mental atau psikis ( misal : memalak, mengancam, mengintimidasi, mengucilkan) atau gabungan diantara ketiganya (olweus, 1993:24).

Bullying dapat terjadi dilingkungan mana saja yang terdapat interaksi sosial anatara manusia, antara lain di sekolah (School bullying), kampus, tempat kerja (work place bullying), dunia maya (cyber bullying), lingkungan politik (political bullying), lingkungan militer (military bullying), dan lingkungan masyarakat (preman, geng motor). Kasus bullying kurang banyak mendapat perhatian karena ada beberapa hal anatara lain, efeknya tidak tampak secara langsung, kecuali bullying dalam bentuk kekerasan fisik. Dan terkadang sebagian besar tidak ter-endus karena banyak korban yang tidak mau melaporkan kekerasan yang dialaminya, entah karena takut, malu, diancam atau karena ada alasan-alasan lainnya. Selain itu banyak juga kasus bullying yang secara kasat mata tampak seperti bercandaan biasa khas anak-anak sekolahan atau remaja yang dikira tidak menimbulkan dampak yang serius. Ejekan-ejekan dan olok-olok verbal termasuk dalam kategori ini. Banyak orang tua serta guru yang mengira bahwa teguran saja mungkin sudah cukup untuk menyelesaikan bercandaan bocah-bocaj itu. Padahal luka psikis dan emosional yang dialami korban kekerasan verbal jauh lebih keras dan menyakitkan.

Beragam upaya dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku billying, diantaranya dengan mengoptimalkan layanan konseling. Tugas konselor dalam pelayanan konseling antara lain yaitu membantu mengatasi masalah melalui berbagai jenis layanan (Prayitno, 2012:253). Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa menerima dan memahami berbagai informasi misalnya seperti informasi belajar, pergaulan, karier, dan pendidikan lanjutan. Tujuan dari layanan informasi ialah untuk membantu siswa agar dapat mengambil keputusan secara tepat mengenai sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar, ataupun karier berdasar dengan informasi yang memadai yang dapat diperoleh. Layanan informasi berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman. Denmgan adanya layanan informasi seperti konselor, mqaka diharapkan dapat meminimalisir terjadinya perilaku agresif seperti bullying.

 

Daftar Pustaka

Atmawati, D. (2011). Prinsip Pollyana dalam wacana dakwah (Kajian pragmatik). Kajian Lingusitik dan sastra. Vol. 23, No. 1 (55-56)

Davidoff, Ronald, et. Al.(1990).  Aggression and Counter Aggression during Child Psychiatric Hospitalization. Journal of the American Academy of Child and Adolenscence Psychiatry. Vol. 29, Issue 2

Hall, Calvin S., & Gardner Lindzey. (1993). Psikologi Keperibadian 1: Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius

Kartianti, Sahrestia, M. Pd. (2017). Peran Konselor Dalam Mengurangi Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah. Jurnal HIBUALAMO Seri Ilmu Sosial dan Kependidikan. Vol. 1, No. 1. ISSN: 2549-7030

Olweus. (1993). Bullying At School: What We Know and What We Can Do. Oxford: Blackwell

Prayitno. (2012). Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: FIP UNP

Shinta, Arundati. Rohayati, Eny. Widiantoro, Wahyu. Handayani, Dewi. (2016). Maximizing the Passive-Aggressive Employees’Performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on Juni 27, 2021

Siby, P. S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on Juni 27, 2021


0 komentar:

Posting Komentar