Essay 4: Eksperimen Mengolah sampah menjadi Pupuk
Kompos dan Tas Parsel
Disusun Oleh
Irmawati (22310410031) Kompos
Oktaviana Wahyuningtyas (22310410106) Tas Parsel
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Suhu panas yang terjadi di sejumlah
wilayah di Indonesia akhir – akhir ini. Tak luput dari pemanasan global yang
terjadi di Bumi. Salah satu penyebabnya yaitu karena meningkatnya asap polusi
kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dan pemantulan sinar matahari oleh
penggunaan kaca. Yang menjadi sorotan di era sekarang pasca pandemic Covid19
yaitu meningkatnya volume sampah yang ada di Indonesia. Masyarakat pada umumnya
masih melakukan penimbunan dan pembakaran sampah yang menyebabkan polusi udara
dan suhu panas yang meningkat. Banyak sekali masyarkat juga membuang sampah di
sungai yang mengakibatkan banjir disejumlah titik saat musim penghujan datang.
Penulis sebagai mahasiswa Psikologi
Lingkungan berupaya semaksimal mungkin untuk belajar mengolah sampah yang ada
di masyarakat tanpa harus mencemari lingkungan. Salah satu cara yang bisa kita
implementasikan yaitu mengolah sampah organik sebagai kompos untuk menyuburkan
tanaman. Serta sampah plastik bisa kita olah menjadi sebuah kerajinan tangan
yang bernilai tinggi. Esensi dari pengelolaan sampah ini dimaksudkan untuk
menekan cara pemusnahaan sampah dengan cara pembakaran dikarenakan asap
pembakaran ini mengakibatkan polusi dan membuat udara semakin panas.
Pada hari sabtu lalu tepatnya di bulan
Oktober 2023 penulis diajak dosen untuk study tour dirumah dosen untuk
melakukan eksperimen mengolah berbagai olahan dari sampah organik dan macam
pernak – pernik dari sampah anorganik. Mengolah sampah organik menjadi kompos
tidaklah sulit. Sampah organik itu bisa berupa dedaunan kering, sampah sisa
makanan, sayur – sayuran, buah – buahan dll. Namun dalam pembuatannya ada
beberapa banyak cara untuk membuat kompos. Dalam pembuatan kompos yang
dibutuhkan adalah sebuah sampah dedaunan dan berbagai macam bahan kimia dapur
yang bisa kita temukan dengan mudah. Pada dasarnya pembusukan atau pengeringan
daun atau bahan organik secara alami atau dengan cara komposting bisa menjadi
pupuk alami tanpa bahan kimia apapun.
Kompos adalah hasil pelapukan sampah
organik melalui interaksi bakteri pembusuk. Berguna untuk menjaga kesehatan dan
pertumbuhan akar tanaman, kompos juga merupakan pupuk ramah lingkungan yang
dihasilkan dari sampah organik melalui proses mikroorganismenya. Proses
pembuatan kompos melibatkan kerjasama dengan dosen. Siapkan campuran pertama
dengan berisi arang, abu yang telah diayak, serta sampah organik yang telah
dibusukkan. Kemudian aduk dan campurkan sampai merata. Siapkan adonan 2 dengan
mencampur kulit buah yang diiris kecil-kecil, kompos lawas, ampas kopi, dan
tambahan eco enzyme.
Tambahkan irisan daun sirih (50 lembar)
dengan Molase, Ema untuk tanaman, trikoderma, dan fermentasi daun bawang.
Campur dengan dedak, anfush, dan garam sebagai pestisida alami. Pastikan adonan
tidak terlalu kering dengan menambahkan air, dan jika terlalu basah, tambahkan
sampah daun kering yang telah disetrika. Setelah mempersiapkan kedua adonan,
pindahkan campuran adonan 1 dan adonan 2 ke dalam gentong tanah liat. Tambahkan
kompos yang sudah jadi ke dalam gentong, dan tutup gentong tersebut selama 14
hari. Proses penyimpanan ini diharapkan dapat memberikan efek kompos kering di
atasnya, mempercepat pembentukan kompos yang efisien.
Proses pemumpukan ini dilakukan dengan
bantuan dosen untuk memastikan keberhasilan fermentasi dan pembentukan kompos
yang baik. Setelah 14 hari penyimpanan dalam gentong tanah liat, proses
selanjutnya melibatkan pengecekan dan pemantauan kompos. Pastikan bahwa
fermentasi telah berlangsung dengan baik dan bahwa kompos telah terbentuk
secara efisien. Dalam proses ini, penting untuk memeriksa kelembaban kompos dan
konsistensinya. Jika terlalu basah, pertimbangkan penambahan bahan kering
seperti daun kering. Sebaliknya, jika terlalu kering, tambahkan air secukupnya.
Setelah memastikan bahwa kompos telah matang dan siap digunakan, Anda dapat
mengaplikasikannya pada tanaman untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan.
Proses ini menunjukkan upaya kolaboratif dengan dosen untuk mencapai hasil
kompos yang berkualitas dan ramah lingkungan.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah rumah tangga adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat da terjadi
dirumah tangga. The United Nations Statics Division (UNSD) dalam Glossary of
Enveronmet Statistics (1997) mendefinisikan sampah sebagai bahan yang bukan
produk utama (produk yang diproduksi untuk pasar) yang pengguna awalnya tidak
menggunakan lebih lanjut untuk maksud produksi, transformasi, atau konsumsi,
dan mereka ingin membuangnya.
Sampah dapat dipisah menjadi sampah kering
dan sampah basah. Sampah kering seperti kayu, kaca, besi, kertas, dan
sejenisnya. Sedangkan sampah basah adalah sampah organic yang didapat dari sisa
makanan dan memiliki bobot yang cukup berat karena dalam keadaan basah. Sampah
rumah tangga yang paling mudah dipisah karena dapat dikendalikan oleh seluruh
anggota keluarga. Jika kita sudah memilah kita juga bisa melakukan kegiatan
Recyle yaitu kegiatan mendaur ulang sampah yang ada di sekitar kita.
Kami sebagai mahasiswa Psikologi UP45
dengan mata kuliah psikologi lingkungan melakukan kegiatan Recyle. Pada hari
Sabtu, 21 oktober 2023 kita melakukan kegiatan tersebut di rumah Ibu dosen.
Kegiatan yang kita lakukan yaitu mengelolah sampah menjadi eco enzyme, kompos,
sabun cair, dan parsel. Disini kita akan membahas cara membuat parsel dan
mengolah sampah menjadi kompos.
Sebelum membuat tas parsel kita
membutuhkan kertas bekas dengan ukuran A3, lem, tali, dan spidol. Selanjutnya
kita lem dua kertas yang ada tulisannya supaya yang kelihatan putihnya, lalu
kita lipat menjadi dua bagian membentuk persegi. Jika sudah kita bentuk kertas
tersebut seperti papar bag dan di beri lem pada bagian ujung-ujungnya yang
memerlukan lem. Langkah selanjutnya kita lubangi bagian atas paper bag sebanyak
dua lubang untuk memasukan tali dan sudah selesai.
Jika sudah jadi seperti paper bag dan di
beri tali kita bisa menggabar di kedua sisi dari paper bag tersebut agar
terlihat lebih cantik dan bagus. Di rumah ibu Shinta kita membuat 40 buah paper
bag untuk diisi dengan sabun car, dan kompok untuk dibawa pulang masing-masing
mahasiswa. Dalam membuat peper bag kita karus mengutamakan kerapan dan
kebersihan supaya tidak terlihat jika paper bag tersebut hasil dari daur ulang.
0 komentar:
Posting Komentar