Jumat, 08 Desember 2023

E4 Psikologi Lingkungan IRMAWATI

 

Essay 4: Eksperimen Mengolah sampah menjadi Pupuk Kompos dan Tas Parsel

Disusun Oleh

Irmawati (22310410031) Kompos

Oktaviana Wahyuningtyas (22310410106) Tas Parsel

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Suhu panas yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia akhir – akhir ini. Tak luput dari pemanasan global yang terjadi di Bumi. Salah satu penyebabnya yaitu karena meningkatnya asap polusi kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dan pemantulan sinar matahari oleh penggunaan kaca. Yang menjadi sorotan di era sekarang pasca pandemic Covid19 yaitu meningkatnya volume sampah yang ada di Indonesia. Masyarakat pada umumnya masih melakukan penimbunan dan pembakaran sampah yang menyebabkan polusi udara dan suhu panas yang meningkat. Banyak sekali masyarkat juga membuang sampah di sungai yang mengakibatkan banjir disejumlah titik saat musim penghujan datang.

Penulis sebagai mahasiswa Psikologi Lingkungan berupaya semaksimal mungkin untuk belajar mengolah sampah yang ada di masyarakat tanpa harus mencemari lingkungan. Salah satu cara yang bisa kita implementasikan yaitu mengolah sampah organik sebagai kompos untuk menyuburkan tanaman. Serta sampah plastik bisa kita olah menjadi sebuah kerajinan tangan yang bernilai tinggi. Esensi dari pengelolaan sampah ini dimaksudkan untuk menekan cara pemusnahaan sampah dengan cara pembakaran dikarenakan asap pembakaran ini mengakibatkan polusi dan membuat udara semakin panas.

Pada hari sabtu lalu tepatnya di bulan Oktober 2023 penulis diajak dosen untuk study tour dirumah dosen untuk melakukan eksperimen mengolah berbagai olahan dari sampah organik dan macam pernak – pernik dari sampah anorganik. Mengolah sampah organik menjadi kompos tidaklah sulit. Sampah organik itu bisa berupa dedaunan kering, sampah sisa makanan, sayur – sayuran, buah – buahan dll. Namun dalam pembuatannya ada beberapa banyak cara untuk membuat kompos. Dalam pembuatan kompos yang dibutuhkan adalah sebuah sampah dedaunan dan berbagai macam bahan kimia dapur yang bisa kita temukan dengan mudah. Pada dasarnya pembusukan atau pengeringan daun atau bahan organik secara alami atau dengan cara komposting bisa menjadi pupuk alami tanpa bahan kimia apapun.

Kompos adalah hasil pelapukan sampah organik melalui interaksi bakteri pembusuk. Berguna untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan akar tanaman, kompos juga merupakan pupuk ramah lingkungan yang dihasilkan dari sampah organik melalui proses mikroorganismenya. Proses pembuatan kompos melibatkan kerjasama dengan dosen. Siapkan campuran pertama dengan berisi arang, abu yang telah diayak, serta sampah organik yang telah dibusukkan. Kemudian aduk dan campurkan sampai merata. Siapkan adonan 2 dengan mencampur kulit buah yang diiris kecil-kecil, kompos lawas, ampas kopi, dan tambahan eco enzyme.

Tambahkan irisan daun sirih (50 lembar) dengan Molase, Ema untuk tanaman, trikoderma, dan fermentasi daun bawang. Campur dengan dedak, anfush, dan garam sebagai pestisida alami. Pastikan adonan tidak terlalu kering dengan menambahkan air, dan jika terlalu basah, tambahkan sampah daun kering yang telah disetrika. Setelah mempersiapkan kedua adonan, pindahkan campuran adonan 1 dan adonan 2 ke dalam gentong tanah liat. Tambahkan kompos yang sudah jadi ke dalam gentong, dan tutup gentong tersebut selama 14 hari. Proses penyimpanan ini diharapkan dapat memberikan efek kompos kering di atasnya, mempercepat pembentukan kompos yang efisien.

Proses pemumpukan ini dilakukan dengan bantuan dosen untuk memastikan keberhasilan fermentasi dan pembentukan kompos yang baik. Setelah 14 hari penyimpanan dalam gentong tanah liat, proses selanjutnya melibatkan pengecekan dan pemantauan kompos. Pastikan bahwa fermentasi telah berlangsung dengan baik dan bahwa kompos telah terbentuk secara efisien. Dalam proses ini, penting untuk memeriksa kelembaban kompos dan konsistensinya. Jika terlalu basah, pertimbangkan penambahan bahan kering seperti daun kering. Sebaliknya, jika terlalu kering, tambahkan air secukupnya. Setelah memastikan bahwa kompos telah matang dan siap digunakan, Anda dapat mengaplikasikannya pada tanaman untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan. Proses ini menunjukkan upaya kolaboratif dengan dosen untuk mencapai hasil kompos yang berkualitas dan ramah lingkungan.



Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah rumah tangga adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat da terjadi dirumah tangga. The United Nations Statics Division (UNSD) dalam Glossary of Enveronmet Statistics (1997) mendefinisikan sampah sebagai bahan yang bukan produk utama (produk yang diproduksi untuk pasar) yang pengguna awalnya tidak menggunakan lebih lanjut untuk maksud produksi, transformasi, atau konsumsi, dan mereka ingin membuangnya.

Sampah dapat dipisah menjadi sampah kering dan sampah basah. Sampah kering seperti kayu, kaca, besi, kertas, dan sejenisnya. Sedangkan sampah basah adalah sampah organic yang didapat dari sisa makanan dan memiliki bobot yang cukup berat karena dalam keadaan basah. Sampah rumah tangga yang paling mudah dipisah karena dapat dikendalikan oleh seluruh anggota keluarga. Jika kita sudah memilah kita juga bisa melakukan kegiatan Recyle yaitu kegiatan mendaur ulang sampah yang ada di sekitar kita.

Kami sebagai mahasiswa Psikologi UP45 dengan mata kuliah psikologi lingkungan melakukan kegiatan Recyle. Pada hari Sabtu, 21 oktober 2023 kita melakukan kegiatan tersebut di rumah Ibu dosen. Kegiatan yang kita lakukan yaitu mengelolah sampah menjadi eco enzyme, kompos, sabun cair, dan parsel. Disini kita akan membahas cara membuat parsel dan mengolah sampah menjadi kompos.

Sebelum membuat tas parsel kita membutuhkan kertas bekas dengan ukuran A3, lem, tali, dan spidol. Selanjutnya kita lem dua kertas yang ada tulisannya supaya yang kelihatan putihnya, lalu kita lipat menjadi dua bagian membentuk persegi. Jika sudah kita bentuk kertas tersebut seperti papar bag dan di beri lem pada bagian ujung-ujungnya yang memerlukan lem. Langkah selanjutnya kita lubangi bagian atas paper bag sebanyak dua lubang untuk memasukan tali dan sudah selesai.

Jika sudah jadi seperti paper bag dan di beri tali kita bisa menggabar di kedua sisi dari paper bag tersebut agar terlihat lebih cantik dan bagus. Di rumah ibu Shinta kita membuat 40 buah paper bag untuk diisi dengan sabun car, dan kompok untuk dibawa pulang masing-masing mahasiswa. Dalam membuat peper bag kita karus mengutamakan kerapan dan kebersihan supaya tidak terlihat jika paper bag tersebut hasil dari daur ulang.


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar