Essay 5 : Learning Tour ke TPST Randu Alas Inovasi 3R
dalam Mengolah Sampah
Oleh Irmawati 22310410031
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Permasalahan sampah, yang tidak dapat dihindari,
melibatkan peningkatan jumlah sampah karena pertambahan penduduk dan pola
konsumsi tanpa pengelolaan yang optimal. Untuk mengatasi masalah ini, solusi
yang diusulkan adalah TPS 3R, yang merupakan tempat pengolahan sampah dengan
konsep reduce, reuse, dan recycle. Prinsip TPS 3R adalah mengurangi jumlah
sampah atau memperbaiki karakteristik sampah sebelum dibawa ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Sejarah awal mula berdirinya TPST Randu
Alas ini diprakarsai oleh masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan
dan menjadi sebuah kebiasaan. Adanya sebuah diskusi yang dilaksanakan oleh
masyarakat disekitar untuk mengajukkan proposal ke pemerintah tepatnya bagian
DLH(Dinas Lingkungan Hidup) untuk membangun TPST Randu Alas. Tempat Pemrosesan
Sampah Terpadu ini terletak di Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Bermula dari keluhan warga sekitar karena
banyaknya pembuang sampah di daerah yang dulunya hanya menjadi tempat
penampungan sampah sekarang menjadi tempat memproses sampah yang sangat terpadu
tanpa harus mencemari lingkungan sekitar.
TPS
3R Randu Alas adalah instansi yang beroperasi sejak tahun 2016 dan fokus pada
pengolahan sampah. Mereka mengelola sumber sampah dari berbagai sumber,
termasuk pemukiman masyarakat, toko buah, rumah makan, minimarket, instansi,
sekolah, dan kantor pemerintah. Jenis sampah yang diatasi mencakup organik,
anorganik, bahan berbahaya dan beracun (B3), serta residu.
Sampah organik melibatkan buah-buahan,
sayur-sayuran, dan sisa makanan. Sampah anorganik terdiri dari plastik, kertas,
kardus, dan sejenisnya. Sampah B3 mencakup lampu, kaleng bekas semprotan, popok
bayi, pembalut, masker, dan sejenisnya. Sampah residu mencakup plastik mika,
putung rokok, kemasan makanan ringan, dan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan.
Komposisi sampah di TPS 3R Randu Alas didominasi oleh sampah residu sebesar 55%
dan sampah organik sebesar 30,8%. Timbulan sampah per orang per hari di TPS 3R
Randu Alas mencapai 0,74 kg.
Proses pengelolaan sampah di TPS 3R Randu
Alas melibatkan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, penerimaan, pemilahan,
pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Piyungan. Kendala yang dihadapi termasuk kekurangan sumber daya manusia
dan kekurangan pemilahan sampah dari sumbernya. Meskipun demikian, TPS 3R Randu
Alas mampu mengolah sampah hingga reduksi sebesar 464,5 kg/hari.
Kegiatan Learning Tour yang penulis
lakukan didampingi oleh Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA selaku dosen mata kuliah
Psikologi Lingkungan UP45 Yogyakarta. Learning Tour ini bertujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui proses dan metode langkah – langkah dalam mengelola
sampah yang baik dan tidak menjadi pencemaran sampah yang dapat mengganggu kestabilan
lingkungan.
TPST ini ada sebuah inovasi yang namanya
BUIS beton atau drem untuk membuat pupuk organik cair(POC). Poc ini bahan
dasarnya yaitu air dan buah yang sudah membusuk. Inovasi alat yang digunakan
untuk mempermudah pembusukan dan difungsikan untuk merubah air agar tidak
mengeluarkan asap yang banyak. POC ini sudah pernah menjadi riset UGM.
Inovasi ini sampah buah juga ada ecoenzym.
yang mempunyai banyak manfaat dalam keberlangsungan kehidupan sehari – hari.
Buah – buahan yang dimanfaatkan dari pelimpahan sampah buah – buahan yang masih
layak proses untuk menjadikan sebuah ecoenzym.
Inovasi
ketiga diprakarsai oleh Rania Mahasiswa UGM yang menginovasi sebuah Ecolindy
dengan menghilangkan sebuah bau yang menyerngat. Mayoritas warga sekitar
mengeluhkan bau yang ada saat mengolah ecoenzym ini.
Penguraian sampah yang tidak bisa ditimbun
atau tidak bisa dimanfaatkan lagi nilainya kemudian sampah buah ini diuraikan
menggunakan serangga maggot. Maggot ini adalah sebuah larva dari lalat yang
dapat dengan cepat menguraikan sisa – sisa buah – buahan atau sampah organik
yang sudah tidak bisa dimanfaatkan nilainya. Maggot ini juga banyak sekali
manfaatnya salah satu manfaatnya itu tadi yaitu penguraian.
Disamping untuk menguraikan ada sebuah
magger yaitu Maggot Kering yang digunakan untuk makanan ternak ataupun umpan
mancing ikan. Dalam hal ini TPST juga membudidayakan sebuah maggot ini namun
belum semaksimal pada inovasi yang lainnya.
Siklus
di TPST ini berpedoman atau menitik beratkan pada sebuah nilai manfaat dari
sebuah sampah kemudian setiap objetk yang bersinggungan lansung dengan sampah
ini bisa kita manfaatkan lagi dengan menggunakan atau mengolahnya berbagai
olahan.
0 komentar:
Posting Komentar