Jumat, 08 Desember 2023

E5 Psikologi Lingkungan (IRMAWATI)

 

Essay 5 : Learning Tour ke TPST Randu Alas Inovasi 3R dalam Mengolah Sampah

Oleh Irmawati 22310410031

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Permasalahan sampah, yang tidak dapat dihindari, melibatkan peningkatan jumlah sampah karena pertambahan penduduk dan pola konsumsi tanpa pengelolaan yang optimal. Untuk mengatasi masalah ini, solusi yang diusulkan adalah TPS 3R, yang merupakan tempat pengolahan sampah dengan konsep reduce, reuse, dan recycle. Prinsip TPS 3R adalah mengurangi jumlah sampah atau memperbaiki karakteristik sampah sebelum dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sejarah awal mula berdirinya TPST Randu Alas ini diprakarsai oleh masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan dan menjadi sebuah kebiasaan. Adanya sebuah diskusi yang dilaksanakan oleh masyarakat disekitar untuk mengajukkan proposal ke pemerintah tepatnya bagian DLH(Dinas Lingkungan Hidup) untuk membangun TPST Randu Alas. Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu ini terletak di Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

Bermula dari keluhan warga sekitar karena banyaknya pembuang sampah di daerah yang dulunya hanya menjadi tempat penampungan sampah sekarang menjadi tempat memproses sampah yang sangat terpadu tanpa harus mencemari lingkungan sekitar.

TPS 3R Randu Alas adalah instansi yang beroperasi sejak tahun 2016 dan fokus pada pengolahan sampah. Mereka mengelola sumber sampah dari berbagai sumber, termasuk pemukiman masyarakat, toko buah, rumah makan, minimarket, instansi, sekolah, dan kantor pemerintah. Jenis sampah yang diatasi mencakup organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun (B3), serta residu.

Sampah organik melibatkan buah-buahan, sayur-sayuran, dan sisa makanan. Sampah anorganik terdiri dari plastik, kertas, kardus, dan sejenisnya. Sampah B3 mencakup lampu, kaleng bekas semprotan, popok bayi, pembalut, masker, dan sejenisnya. Sampah residu mencakup plastik mika, putung rokok, kemasan makanan ringan, dan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan. Komposisi sampah di TPS 3R Randu Alas didominasi oleh sampah residu sebesar 55% dan sampah organik sebesar 30,8%. Timbulan sampah per orang per hari di TPS 3R Randu Alas mencapai 0,74 kg.

Proses pengelolaan sampah di TPS 3R Randu Alas melibatkan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, penerimaan, pemilahan, pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Kendala yang dihadapi termasuk kekurangan sumber daya manusia dan kekurangan pemilahan sampah dari sumbernya. Meskipun demikian, TPS 3R Randu Alas mampu mengolah sampah hingga reduksi sebesar 464,5 kg/hari.


Kegiatan Learning Tour yang penulis lakukan didampingi oleh Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA selaku dosen mata kuliah Psikologi Lingkungan UP45 Yogyakarta. Learning Tour ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui proses dan metode langkah – langkah dalam mengelola sampah yang baik dan tidak menjadi pencemaran sampah yang dapat mengganggu kestabilan lingkungan.

TPST ini ada sebuah inovasi yang namanya BUIS beton atau drem untuk membuat pupuk organik cair(POC). Poc ini bahan dasarnya yaitu air dan buah yang sudah membusuk. Inovasi alat yang digunakan untuk mempermudah pembusukan dan difungsikan untuk merubah air agar tidak mengeluarkan asap yang banyak. POC ini sudah pernah menjadi riset UGM.

Inovasi ini sampah buah juga ada ecoenzym. yang mempunyai banyak manfaat dalam keberlangsungan kehidupan sehari – hari. Buah – buahan yang dimanfaatkan dari pelimpahan sampah buah – buahan yang masih layak proses untuk menjadikan sebuah ecoenzym.

Inovasi ketiga diprakarsai oleh Rania Mahasiswa UGM yang menginovasi sebuah Ecolindy dengan menghilangkan sebuah bau yang menyerngat. Mayoritas warga sekitar mengeluhkan bau yang ada saat mengolah ecoenzym ini.

Penguraian sampah yang tidak bisa ditimbun atau tidak bisa dimanfaatkan lagi nilainya kemudian sampah buah ini diuraikan menggunakan serangga maggot. Maggot ini adalah sebuah larva dari lalat yang dapat dengan cepat menguraikan sisa – sisa buah – buahan atau sampah organik yang sudah tidak bisa dimanfaatkan nilainya. Maggot ini juga banyak sekali manfaatnya salah satu manfaatnya itu tadi yaitu penguraian.

Disamping untuk menguraikan ada sebuah magger yaitu Maggot Kering yang digunakan untuk makanan ternak ataupun umpan mancing ikan. Dalam hal ini TPST juga membudidayakan sebuah maggot ini namun belum semaksimal pada inovasi yang lainnya.

Siklus di TPST ini berpedoman atau menitik beratkan pada sebuah nilai manfaat dari sebuah sampah kemudian setiap objetk yang bersinggungan lansung dengan sampah ini bisa kita manfaatkan lagi dengan menggunakan atau mengolahnya berbagai olahan.



Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar