Kamis, 02 Mei 2024

POSTPARTUM DEPRESSION "Ketika Ibu Butuh Bantuan" (Diana Widiastuti_22310410034)

 

POSTPARTUM DEPRESSION (DEPRESI PASCA MELAHIRKAN)

“KETIKA IBU BUTUH BANTUAN”

DIANA WIDIASTUTI

NIM : 22310410034

Mata Kuliah : Psikologi Abnormalitas

Dosen Pengampu : FX. WAHYU WIDIANTORO S.Psi., MA.

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Ilustrasi Postpartum Depression

Sumber : depositphotos.com


Ketika mendengar istilah Postpartum Depression, yang terlintas dalam pikiran saya adalah apakah sama dengan baby blues ? Jawabannya adalah tidak. Memang gangguan-gangguan tersebut terjadi pada ibu, namun memiliki perbedaan symptom.

Baby blues merupakan perubahan emosi (mood swing) yang umumnya menyebabkan sang ibu menangis terus-menerus, cemas, hingga sulit tidur selama beberapa hari hingga 2 minggu setelah bayi lahir. Sedangkan postpartum depression lebih parah dibandingkan dengan baby bluesPostpartum depression membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang baik, sampai tidak mau mengurus anak.

Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu akan turun drastis. Hal ini menyebabkan perubahan kimia di otak yang memicu terjadinya perubahan suasana hati. Ditambah lagi, kegiatan mengasuh bayi dapat membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan cukup untuk memulihkan dirinya setelah melahirkan. Kurangnya istirahat dapat menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, hingga akhirnya memicu depresi pasca melahirkan.

Gejala postpartum depression bisa terjadi pada awal kehamilan, beberapa minggu sesudah melahirkan, atau hingga setahun sesudah bayi lahir. Ketika mengalami postpartum depression, seseorang akan mengalami gejala-gejala berikut:

  • Merasa cepat lelah atau tidak bertenaga
  • Mudah tersinggung dan marah
  • Menangis terus-menerus
  • Merasa gelisah tanpa alasan yang jelas
  • Mengalami perubahan suasana hati yang drastis
  • Hilang nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari biasanya
  • Tidak dapat tidur (insomnia) atau tidur terlalu lama
  • Sulit berpikiran jernih, berkonsentrasi, atau mengambil keputusan
  • Tidak ingin bersosialisasi dengan teman dan keluarga
  • Kehilangan minat terhadap kegiatan yang biasa disukainya
  • Putus asa
  • Berpikir untuk melukai dirinya sendiri atau bayinya
  • Munculnya pikiran tentang kematian dan ingin bunuh diri (Pittara, 2022)

     Merunut pada kasus di Rembang pada Mei 2023 yang lalu, dimana seorang ibu mencekik bayinya sendiri hingga tewas, lalu sang ibu pun bunuh diri. Hal ini ia lakukan di Rumah Sakit Dr. Soetrasno Rembang. Sang ibu mengalami depresi berat dikarenakan sang bayi yang baru saja dilahirkannya menderita suatu penyakit sehingga bayinya terus menangis dan tidak mau menyusu (Rosa, 2023).

Ada lagi kasus ibu yang hendak melempar anaknya di rel kereta lalu setelah dapat dicegah, sang ibupun berusaha untuk bunuh diri. Meskipun hal ini bisa dicegah, kejadian ini cukup menggemparkan media sosial. Menurut saya gangguan kesehatan jiwa jauh lebih berbahaya daripada penyakit lainnya, apalagi pada ibu yang jika diabaikan akan membahayakan anaknya. Depresi pasca melahirkan bisa terjadi karena sebetulnya sang ibu sedang membutuhkan bantuan dari orang lain. Butuh kepekaan sosial kita terhadap para ibu. Stigma masyarakat terhadap proses kelahiran yang melulu mementingkan bayi terlebih dahulu, membuat masyarakat kita abai terhadap sang ibu. Sudah saatnya kita lebih peduli terhadap kesehatan mental ibu.

 

Pustaka

Pittara, dr. Postpartum Depression. 2022. Alodokter. Diakses dari https://www.alodokter.com/postpartum-depression pada  1 Mei 2024

Rosa, Maya Citra. Kronologi Ibu di Rembang Tewas Gantung Diri. Diduga Depresi Usai Bunuh Bayinya. 2023. Kompas.com. Diakses dari https://regional.kompas.com/read/2023/05/11/151402878/kronologi-ibu-di-rembang-tewas-gantung-diri-diduga-depresi-usai-bunuh pada 1 Mei 2024





Diana Widiastuti

Universitas Proklamasi 45

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar