Kamis, 12 Mei 2022

Penyebab Masyarakat Sulit Berdiam Diri di Rumah Saat Pandemi COVID-19

 Essay I Persyaratan Ujian Tengah Semester Psikologi Lingkungan

(Semester Genap 2021/2022)/ Semester 4 

Nur Alfiyah (20310410062) / Kelas A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A



Kasus novel coronavirus atau COVID-19 mulai melanda Indonesia pada bulan Maret 2020. Coronavirus merupakan sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales (Nasruddin & Haq, 2020). Covid-19 merupakan virus yang dapat menyebabkan kematian pada hewan dan manusia. Pada manusia virus corona menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek. Gejala umum lainnya yang sering dialami yaitu demam, kelelahan, dan batuk (Budiansyah dalam Pratama & Hidayat, 2020).

World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai wabah global. Kondisi virus corona ini bukan suatu wabah yang dapat diabaikan begitu saja tanpa memperhatikan diri untuk menjaga kesehatan. Oleh karena itu, diterapkan beberapa cara penanggulangan corona virus, seperti social distancing, physical distancing, lockdown, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dalam hal ini, PSBB diterapkan  oleh pemerintah dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus karena hampir seluruh kegiatan dirumahkan (Nasruddin & Haq, 2020).

PSBB menjadi strategi yang efektif untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus corona. Tetapi persoalan yang terjadi, banyak masyarakat yang seakan-akan menyepelekan atau menganggap wabah ini sebagai virus biasa dan tidak berbahaya serta tidak mendengarkan anjuran pemerintah. Hal itu bukan tanpa alasan melainkan suatu keadaan yang memaksa mereka untuk tidak berdiam diri di rumah. Masyarakat yang pekerjaannya tidak menetap di rumah seperti kuli bangunan, petani, para ojol, dan lainnya, tentunya sangat berdampak bagi perekonomian mereka. 

Jadi, pertanyaam yang harus dijawab dalam tulisan ini adalah apa yang menyebabkan masyarakat sulit untuk berdiam diri di rumah saat pandemi Covid-19? Hal ini penting terutama dari segi ekonomi. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Wibowo Hadiwardoyo (dalam Nasruddin & Haq, 2020) mengenai kerugian ekonomi nasional akibat PSBB, menerangkan bahwa yang diperlukan yaitu kebijakan yang tepat, baik secara lokasi, waktu maupun prosedurnya. Apabila PSBB dilakukan secara berkepanjangan atau berpindah-pindah lokasi karena tidak serempak, berisiko melampaui batas kemampuan survival individu maupun entitas bisnis. Jika itu yang terjadi, maka penyelamatan tidak dapat dilakukan, dan kerugian akan semakin besar baik secara ekonomi maupun sosial. 

Menurut Drajat (dalam Dewi, 2020) beberapa penyebabnya yaitu:

1. Kurang eratnya social control yang dilakukan oleh negara
Penyebab pertama karena inisiatif dan kontrol yang paling kuat ini dilakukan oleh negara belum bergandengan erat dengan social control. Jika government control itu hanya berupa nasihat dan nasihat itu tidak berurusan dengan kesehatan dan pendidikan, maka penguatannya dinilai kurang. 

2. Kurangnya inisiatif dan pergerakan dari pemerintah
Pemerintah harus di push pada faktor budaya daerah. Pemerintah sebaiknya mengedukasi dan mendorong menolak mudik dengan cara halus kepada masyarakat. 

3. Tidak adanya kompensasi negara
Keterampasan yang tidak disertai dengan  kompensasi menyebabkan masyarakat mengalami kesulitan secara ekonomi karena mereka tidak diperbolehkan keluar dari rumah. 






Daftar Pustaka

Dewi, R.K. (2020). Mengapa masyarakat Indonesia susah untuk diminta tetap di rumah saat pandemi corona?. Kompas.com. April 15. Retrieved on May 12 2022 from: https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/15/060400465/mengapa-masyarakat-indonesia-susah-untuk-diminta-tetap-di-rumah-saat?page=all 

Nasruddin R., Haq, I. (2020). Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan masyarakat berpenghasilan rendah. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i. 7(7), 639-648.

Pratama, N.A., Hidayat, D. (2020). Pengetahuan dan perilaku masyarakat memaknai social distancing. Jurnal Digital Media & Relationship. 2(1), Juni, 1-10.


0 komentar:

Posting Komentar