Selasa, 17 Mei 2022

Sumber Perubahan Sikap Positif Yang Dirasakan Pasca Pandemi

 

Sumber Perubahan Sikap Positif  Yang Dirasakan 

Pasca Pandemi Pada Moment Syawal


 
Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Lingkungan 
(Semester Ganjil 2022/2023)

Winne Herwina (20310410018)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

 

            Setelah kita menjalani 2 tahun moment lebaran dengan “di rumah saja” karena pandemi Covid-19, tahun ini merupakan moment meriah lebaran yang dirayakan oleh umat muslim di Seluruh dunia khususnya Indonesia. Setelah lama tidak berjumpa dengan sahabat dan keluarga, akhirnya di moment kali ini kita bisa melepas rindu setelah 2 tahun tidak bertemu karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung kita untuk berinteraksi secara langsung di masa pandemi. Kini sedikit demi sedikit wabah covid-19 sudah mulai hilang, dan peraturan pemerintah mulai ada kelonggaran salah satunya adalah pemerintah sudah mulai memperbolehkan masyarakat untuk mudik, serta para pekerja sudah diperbolehkan untuk WFO ( Work From Office) kembali.

 

            Moment Indah di tahun ini terlihat pada saat lebaran dan moment syawal, kita dapat bertemu serta berkumpul dengan keluarga, sanak saudara serta sahabat, dan silaturahmi serta makan bersama. Tidak ada lagi ketakutan yang membuncah ketika berkumpul dan berinteraksi antar individu. Mengingat pada saat diberlakukannya aturan ketat karena covid-19 yang makin hari makin meningkat dengan harus berjaga jarak, memakai masker, dan menjaga kebersihan serta segalanya harus tersetrilisasi agar aman karena ketakutan masyarakat dengan menularnya virus corona.  

 

            Kini rasanya ada hal baru yang terlihat ketika kita berkumpul kembali dengan sekelompok orang, sahabat, bahkan keluarga dekat maupun jauh. Kini terlihat perubahan sikap dari banyaknya individu yang kita temui. Hal ini terlihat ketika berkumpul pada saat moment syawal setelah lebaran. Dulu sebelum adanya covid-19 sangat kurang kesadaran kita untuk menjaga kebersihan, dan menjaga jarak meskipun sedang sakit, dan ketika gencar-gencarnya pemberitaan mengenai pandemi covid-19, pemerintah memberlakukan aturan-aturan yang ketat dalam bersosialisasi atau interaksi antar individu. Yang bahkan ketika aturan itu muncul dan harus dijalankan, banyak sekali masyarakat yang menolak dengan aturan tersebut, contohnya tidak mau memakai masker, tidak mau menjaga jarak, serta tidak mau menjaga kebersihan. Dan sekarang, tanpa diperintah pun menggunakan masker, menjaga kebersihan salah satunya dengan mencuci tangan, hingga menjaga jarak sosial makin lumrah dan sulit ditinggalkan. Mengurangi kontak fisik dengan orang lain dan menghindari kerumunan serta bekerja dan sekolah dari rumah refleksi kesadaran yang meningkat. Hal yang terjadi ini merupakan perubahan sikap yang positif. Bahkan di moment syawal seperti foto di atas, ketika membuka masker pun, dipastikan sudah melakukan tes swab untuk memastikan bahwa diri individu terbebas dari virus. 

 

            Perubahan sikap positif yang terlihat saat ini pada masyarakat tentunya berasal dari berbagai sumber. Salah satu sumber penting yang jelas-jelas membentuk sikap kita adalah kita mengadopsi sikap tersebut dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial (social learning). Pembelajaran sosial merupakan suatu proses dimana kita mengadopsi informasi baru, tingkah laku atau sikap dari orang lain (Baron, R, A., & Byrne., 2004:123). Ketika orang lain menerapkan peraturan yang sudah ditentukan oleh pemerintah maka juga akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, berpengaruh antar individu ke individu lainnya.

 

            Selain itu, sumber perubahan sikap yang terjadi ini juga tak lepas dari peranan media massa. Pemerintah menyebarkan himbauan untuk penanaman kesadaran serta mengantisipasi atau pencegahan yang dilakukan untuk menghindari dampak tertularnya covid-19, lewat televisi, surat kabar, radio, serta media masa yang trending saat ini. Menurut Azwar (1995:34) berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal yang dimuat oleh media memberikan landasan bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Rahayuningsih (2008) mengatakan bahwa pesan sugestif yang dibawa oleh media, apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu Televisi khususnya dianggap memiliki pengaruh sangat besar terhadap sikap (Calhoun, J, F., & Acocella, J, R., 1990:319).

 

            Selain dari pemerintah yang turut gencar menghimbau untuk menaati peraturan guna mengurangi angka penularan virus corona, ternyata semua juga dimulai dari diri sendiri. Pada diri sendiri juga mulai menanamkan sikap yang baik dan memikirkan dampak atau akibat jika kita tidak patuh aturan, kesadaran yang tercipta dari diri sendiri turut membantu mengubah sikap kita. Peran keluarga dan pendidikan juga tak kalah penting dalam hal ini, contohnya orangtua juga harus memberikan pengertian atau alasan kepada anak-anaknya kenapa harus menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan lainnya. Dalam pendidikan, seorang guru juga mempunyai kewajiban untuk terus menghimbau muridnya agar waspada terhadap virus yang menular ini. Seperti yang disebutkan dalam Garrett (dalam Abror, 1993:110) mengungkapkan ada dua faktor utama yang menentukan pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor psikologis dan faktor kultural. Faktor psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan dan kepatuhan, kesemuanya merupakan faktor yang memainkan peranan dalam menimbulkan atau mengubah sikap seseorang; sedangkan faktor kultural atau kebudayaan seperti: status sosial, lingkungan keluarga dan pendidikan juga merupakan faktor yang berarti yang menentukan sikap manusia. Teori serupa diungkapkan oleh Chaiken (dalam Ramdhani, 2009), ia mengemukakan bahwa sikap terbentuk dan berubah dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang memungkinkan masuknya berbagai proses subjektif dalam rangka memelihara hubungan interpersonal.

 

            Tentu bahagia melihat sikap masyarakat saat ini. Di moment lebaran kali ini, tetap menaati peraturan yang memang sudah terbentuk sebab kebiasaan yang kita lakukan selama 2 tahun ini, membentuk sikap positif di kalangan masyarakat.  

 

Daftar Pustaka :

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R, A., & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Calhoun, J, F., & Acocella, J, R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ramdhani, N. 2009. Pembentukan dan Perubahan Sikap. Avaliable: http:/neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2009/09/bab2a1- attitude.pdf.

0 komentar:

Posting Komentar