Selasa, 17 Mei 2022

DAMPAK POSITIF MEMILIKI SAHABAT

Ujian Tengah Semester

Disusun Oleh:Agung Saprianto (20310410040)


Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Dosen Pengampu:Dr. Arundhati Shinta, MA



Ada pepatah dalam bahasa Inggris berbunyi, “A friend in need is a friend indeed”, yang mengandung makna bahwa seorang sahabat akan hadir di saat-saat yang dibutuhkan untuk saling membantu dan berbagi satu sama lain. Seorang sahabat juga akan memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan sahabatnya dan saling menguatkan serta saling menyemangati di setiap kegagalan yang dihadapi sahabatnya. Seorang sahabat senantiasa mencurahkan isi hati dan pemikirannya serta akan selalu setia berdiri di pihak sahabatnya (Berndt, 2002, hal.7).

Sudo (2011, hal.88) mengutip definisi sahabat dari tiga kamus besar bahasa Jepang berikut ini. Secara umum, sahabat menunjuk pada teman akrab yang dapat dipercaya; teman yang berhubungan baik dengan diri kita (menurut kamus Jepang Kojien), teman yang saling memaafkan; teman yang paling akrab (menurut kamus Jepang Daijisen), teman yang saling mempercayai; teman yang berhubungan paling baik dengan diri kita (menurut kamus Jepang Daijirin).

Menurut Sudo (2011, hal.88), berdasarkan ketiga definisi di atas, sahabat menunjuk pada teman yang secara khusus bergaul secara akrab dengan diri kita di antara teman-teman lain yang kita miliki dan dipahami sebagai suatu sosok yang hadir untuk dapat dipercayai secara mendalam dan menyeluruh serta saling memaafkan satu sama lain. Dengan adanya kehadiran seorang sahabat, manusia dapat mengetahui kegembiraan dari sikap saling pengertian dengan orang lain dan dapat melepaskan diri dari perasaan kesepian

“Dalam persahabatan, seorang sahabat akan memperlakukan sahabatnya sama pentingnya dengan dirinya sendiri” (Sudo, 2012, hal.144). Kita membutuhkan kehadiran teman-teman yang cukup dekat dengan kita, yang mau membantu dan mendukung kemajuan kita. Persahabatan merupakan tempat yang aman bagi kita, tempat bernaungnya segala rahasia terdalam dan kelemahan terparah kita, yang tidak akan pernah digunakan untuk menyerang kita. Kehadiran sahabat kita rasakan, baik dalam suka maupun duka, maupun kehadiran yang jauh lebih berarti adalah ketika kita sedang mengalami kesulitan. Sahabat menjadi orang pertama tempat kita berbagi beban, orang kepada siapa kita dapat berharap sesuatu yang kita perlukan. Sahabat tidak akan mengecewakan kita sebagaimana kita juga tak akan mengecewakan sahabat. Persahabatan di masa remaja jauh lebih berarti daripada yang terjalin pada tahapan usia lainnya. Para sahabat akan mendampingi kita melewati begitu banyak peristiwa penting dalam hidup kita. Sahabat adalah bagian dari hidup kita (Gea, dkk., 2005, hal.197).

Apabila persahabatan yang dibangun sejak masa remaja dapat dipertahankan sampai mereka mencapai dewasa, persahabatan akan membuat kedekatan emosional antar individu menganggap temannya bukan lagi sebagai sahabat, melainkan saudara sendiri. Hubungan ini berarti makin mendalam, lebih dari sekedar teman (Dariyo, 2004, hal.130).

Lebih lanjut, Damon (dalam Dariyo, 2004, hal.128-130), membagi tiga tahap perkembangan persahabatan sebagai berikut:

  1. Persahabatan sebagai Teman dalam Kegiatan Bermain (Friendship as Handy Playmate) 
  2. Persahabatan sebagai Upaya untuk Saling Membantu dan Saling Mempercayai antara Satu dan yang Lain (Friendship as Mutual Trust and Assistance)
  3. Persahabatan sebagai Suatu Kehidupan Relasi yang Diwarnai dengan Keakraban dan Kesetiaan (Friendship as Intimacy and Loyalty)
Menurut Gottman dan Parker (1987) yang dikutip Santrock (dalam Dariyo, 2004, hal.130-131) menyatakan bahwa ada enam fungsi persahabatan berikut ini:
  • Pertemanan (companionship). Persahabatan akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan suatu aktivitas. Sebagai teman, berarti seseorang harus menyediakan dan mengorbankan diri dari segi waktu, tenaga, dan mungkin biaya secara sukarela demi kebaikan bersama.
  • Stimulasi kompetensi (stimulation). Pada dasarnya, persahabatan akan memberikan rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial. Artinya, melalui persahabatan, seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting, dan memacu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik.
  • Dukungan fisik (physical support). Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang 19 yang sedang menghadapi suatu masalah. Kehadiran secara fisik menunjukkan kerelaan untuk menyediakan waktu, tenaga ataupun pertolongan yang dapat membangkitkan semangat hidup. Itulah sebabnya orang yang sakit memerlukan perhatian dan kasih sayang dari teman atau sahabat walaupun sudah ditunggui atau dijenguk sanak saudaranya
  • Dukungan ego (ego support). Walaupun dianggap sebagai seorang ahli, adakalanya seseorang akan merasa stres, down, atau tidak bersemangat ketika sedang menghadapi suatu permasalahan yang cukup berat. Seolah-olah keahliannya tidak berarti apa-apa ketika menghadapi masalah tersebut. Oleh karena itu, persahabatan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi seseorang. Apa yang dihadapi seseorang juga dirasakan, dipikirkan, dan ditanggung oleh orang lain (sahabatnya). Dengan perhatian tersebut, akhirnya dan biasanya, seseorang memiliki kekuatan moral dan semangat hidup untuk dapat mengatasi masalahnya dengan sebaik-baiknya. Bahkan ada pula, dengan perhatian sedikit, seseorang menjadi giat dan termotivasi untuk segera menuntaskan masalah tersebut
  • Perbandingan sosial (social comparison). Persahabatan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi kapasitas, kompetensi, minat, bakat, dan keahlian seseorang. Dalam konteks interaksi sosial persahabatan, seseorang ingin diterima, dihargai, diakui, dan dipercayai sebagai seseorang yang kompeten. Akan tetapi, dalam persahabatan tersebut, masing-masing juga tidak akan mencela kelemahan-kelemahan orang lain. Justru dengan demikian, seseorang akan membandingkan dirinya dengan orang lain. Artinya, orang lain sebagai cermin bagi seseorang, apakah dirinya memiliki kemampuan yang lebih 20 atau kurang kalau dibandingkan dengan orang lain. Bila seseorang menyadari kekurangan, ia akan dapat belajar dan meningkatkan diri supaya menyamai atau lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Dengan demikian, persahabatan memberi stimulasi yang positif bagi pengembangan pribadi seseorang.
  • Intimasi/afeksi (intimacy/affection). Tanda persahabatan yang sejati adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban antara satu dan yang lain. Masingmasing individu, tidak ada maksud ataupun niat untuk mengkhianati orang lain karena mereka saling percaya, menghargai, dan menghormati keberadaan orang lain. Baik ketika bersama maupun ketika sendiri, masing-masing individu yang bersahabat merasakan kedekatan, kepercayaan, dan penerimaan dalam kelompok sosial. Walaupun ada perbedaan-perbedaan pemikiran, sikap ataupun perilaku, perbedaan itu menjadi dasar untuk merasa saling membutuhkan dukungan emosional dan dukungan sosial supaya tetap terjalin keakraban, kehangatan, dan keintiman.

DAFTAR PUSTAKA:

Estiane, Uthia. "Pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap penyesuaian sosial mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi.Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 4.1 (2015): 29-40.

Mutiah, Azmi Anti, and Puji Astuti. "Peran Komunitas Sahabat Difabel Dalam Pemenuhan Hak Ketenagakerjaan Penyandang Difabel Kota Semarang." Journal of Politic and Government Studies 7.2 (2018): 71-80.

Fitria, Zahrotul. Peran komunitas sahabat muda dalam meningkatkan kepedulian sosial mahasiswa di Kota Malang. Diss. Universitas Negeri Malang, 2021.

0 komentar:

Posting Komentar