Senin, 16 Mei 2022

Ciptakan Lingkungan dan Kesehatan Mental yang Baik

                                                                             Essay I Ujian Tengah Semester

Psikologi Lingkungan

(Semester Genap 2021/2022) / Semester 4

Kanza Gatand Viesyszico (20310410046) / Kelas A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.



    "Makan bersama-sama," dalam pengertian ini, adalah seperti makan sendirian di tengah keramaian. Jika orangtua tidak dimasukkan dalam usaha sadar menemukan cara bagi keluarga untuk memiliki waktu bersama yang teratur, ada bahaya besar semua orang perlahan-lahan menjadi orang-orang asing yang tinggal di satu atap.

       Dalam sebuah penelitian oleh psikolog evolusi dari Oxford, Robin Dunbar, mengeksplorasi konteks yang lebih luas tentang makan. Melansir Pyschology Today, Robin berpendapat bahwa makan tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi saja, namun merupakan bentuk penting dari interaksi sosial.

    Ya, makan bersama teman dan kerabat bisa jadi menyenangkan dan merupakan bentuk interaksi sosial yang positif. Dalam sebuah survey yang disebar ke 2.000 orang dewasa di Inggris, Robin mengamati seberapa sering orang makan dan menghitung kesejahterahan atau kepuasan pribadi saat makan. Dia menemukan bahwa makan bersama orang lain yang memiliki kedekatan secara emosional memiliki perasaan yang lebih baik tentang diri sendiri. Selain itu, tingkat kepuasan hidup juga tinggi, dan memiliki jaringan sosial yang kuat.

       Saat ini, tren makan bersama masih seputar kencan makan siang bersama atau kencan makan malam. Robin pun menemukan bahwa makan merupakan sumber kebahagian bagi manusia. Dia menyarankan agar budaya makan bersama patut dipertimbangkan. Entah itu sekedar di kedai kopi, kantin, atau di meja makan bersama keluarga. 

          Selain itu ada penelitian lain dari sekelompok psikolog UCLA (Universitas California) menyebutkan bahwa makan dapat menumbuhkan ingatan. Sekelompok psikolog itu melihat adanya kekuatan ingatan pada orang yang sedang makan dengan orang yang sedang beraktivitas. Kedua subjek itu disuruh menonton film dahulu sebelumnya. Kemudian mereka disuruh untuk menceritakan film sambil makan, subyek yang lain menceritakan film sambil beraktivitas. Nah, ingatan yang paling tajam adalah mereka yang bercerita sambil makan.

    Bagi para psikolog, makan dapat menyehatkan mental. Namun, makan yang dimaksud di sini adalah mereka yang duduk dan menikmati makanan mereka tanpa berhadapan dengan tugas di kantor. Apalagi makan bersama dengan teman bicara.

    Meski kadang pengalaman makan sambil bicara dengan teman bisa jadi pengalaman buruk - karena sering kali membahas sebuah masalah. Namun, menurut para psikolog makan bersama teman atau kerabat merupakan kegiatan positif. Selain menyerap nutrisi dari makanan secara optimal juga memperkaya perasaan dan jiwa. (*)

    Di antara berbagai kepentingan tradisi makan bersama, fungsi sosialnya tampak lebih menonjol. Beberapa studi berikut ini memperlihatkan konsep berpikir masyarakat yang mengandalkan praktik makan bersama sebagai mekanisme membangun solidaritas yang menuju pada kohesi dan integrasi masyarakat. Oleh karena pemahaman masyarakat mengenai fungsinya itu, masyarakat terlibat dan dapat belajar memahami fungsinya, ketika terlibat dalam praktik itu. Selain berfungsi ke dalam masyarakat, praktik itu menjadi testimoni masyarakat kepada pihak lain mengenai konsekuensi dari stabilnya fungsi itu. 

    Dalam studi yang dilakukan oleh Robertson Smith, Jack Goody menyimpulkan bahwa “commensalism was seen as the great promoter of solidarity of community, the communion of brethren establishes and reinforces common ties”. 11 Makan bersama menjadi suatu tindakan sosial untuk mengikat persahabatan dan mutual obligation. Menurut Smith, hal itu terlihat juga dalam praktik ritual agama-agama kuno, semua fungsi keseharian dalam ritus diringkas dalam sacrifice meal. Selain penyatuan relasi manusia dengan Sang Transenden, siapa yang terlibat dalam makan dan minum bersama berarti telah menyatakan diri berada dalam relasi persaudaraan dan membawa serta padanya tanggung jawab persaudaraan. Makan bersama menjadi tindak-bersama (common act) yang menyiratkan ekspresi terhadap hal-hal di atas. 

    Radcliffe-Brown mengamati ritus mendapatkan makanan pada masyarakat Kepulauan Andaman di Semenanjung Bengal. Ia menafsir bahwa aktivitas sosial itu dianggap penting karena memiliki korelasi dengan pendidikan moral dalam masyarakat. Di sekitar makanan, sentimen sosial kemudian ditingkatkan. Konsep tabu, seremoni inisiasi dan praktiknya, memproses social being dari anggota komunitas untuk melihat masyarakatnya sebagai rujukan bagi hidupnya. Ia menyatakan bahwa nilai sosial dari makanan dibawa pulang ke rumah dan menjadi suatu bentuk “pendidikan moral” yang kemudian menjadi daya paksa dari tradisi itu.

    Studi lain dengan pendekatan antropologi dilakukan oleh Rut Benedict yang meneliti masyarakat Dobu Island di bagian selatan Papua Nugini. Ia menemukan bahwa makan bersama merupakan salah satu ritus intim yang diinstitusionalisasikan. Konsekuensi dari hal itu, acara memberi dan menerima makanan antara pengantin dan keluarga mertua dalam ritus pernikahan dianggap sudah pada tempatnya. Dalam format pertukaran, makan bersama berfungsi menjaga relasi intim antarkeluarga dan mereproduksi relasi sosial. 

    Gabriele Weichart melihat peristiwa-peristiwa sosial di Minahasa (Indonesia) yang sarat dengan acara makan dan minum bersama termasuk dalam tradisi makan bersama (commensality) sebagai upaya komunitas mendemonstrasikan rasa memiliki dan berbagi. Dengan moto umum “Makan dan Minum Bersama!” masyarakat hendak menyatakan atau membenarkan bahwa pertemuan sosial itu berfungsi sebagai mekanisme untuk mengikat masyarakat.

    Tradisi makan bersama juga dipraktikkan dalam kebudayaan masyarakat modern. Beberapa hasil studi memperlihatkan pola-pola produksi, distribusi dan konsumsi masyarakat yang berhubungan dengan budaya industri makan dalam konteks masyarakat global. Restoran menjadi salah satu simpul yang makin diminati. 


Regina, 2020, Pentingnya Makan Bareng Teman untuk Kesehatan Mental.
Gabriele Weichart, “Makan dan Minum Bersama: feasting commensality in Minahasa, Indonesia”. Anthropology of Food [Online], S3 | December 2007: 13.

0 komentar:

Posting Komentar