Jumat, 13 Mei 2022

PERILAKU MAGER DI ZAMAN 5.0

 

Essay Syarat Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Psikologi Lingkungan Semester Empat 2021/2022

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Rosita Permatahati NIM 20310410075

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

 

cr. kompasiana.com
(foto diri: Rosita Permatahati)

            Mager merupaka singkatann dari malas gerak, ungkapan ini sering dijumpai pada pada zaman yang sudah maju ini. Mager secara arti yaitu malas bergerak, tidak memiliki semangat untuk beraktivitas (Liputan6, 2020). Jika seseorang sudah mager berarti ia tidak akan beranjak dari tempat terakhir ia berada sampai semangatnya kembali. Di zaman yang sudah maju dan berdampingan dengan teknologi ini yang mana apa-apa sudah bisa dilakukan hanya melalui gadget, perilaku mager bukan suatu hal yang baru lagi. Zaman 5.0 merupakan kelanjutan dari zaman 4.0 yang ditandai dengan hadirnya AI dan robot, yang mana semakin mempermudah manusia dalam melakukan aktivitasnya (OnlinelearningBinus, 2021). akan tetapi semua itu juga memberikan dampak, baik dampak positif atau negatif. Dampak positifnya yaitu informasi cepat tersampaikan, sedangkan dampak negatifnya manusia semakin mager.

            Di zaman 5.0 manusia malas melakukan kegiatan sederhana seperti belanja (karena ada online shopping), menggunakan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan, serta mendaur ulang sampah. Akan tetapi di dalam sosial mereka mereka gencar meramaikan semangat pro lingkungan hidup. Perilaku pro lingkungan hidup yaitu perilaku yang seminimal mungkin merusak bumi tetapi akan memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan (Palupi&Sawitri, 2017). Jika demikian itu maka perilaku individu di kehidupan nyata tidak sama dengan yang ada di sosial media. Perilaku tersebut bisa terjadi karena (Palupi&Sawitri, 2017) :

a.       Suasana hati

Suasana hati sangat mempengaruhi perilaku kita, ketika suasana hati dengan kacau maka ketika melakukan suatu kegiatan juga tidak bersemangat.

b.      Tekanan sosial

Lingkungan sekitar memiliki tekanan sosial yang besar karena bersinggungan langsung dengan kita, bebeda dengan sosial media yang bisa saja antara satu sama lain tidak mengenal.

c.       Resiko

Semua kegiatan pasti ada resikonya baik di lingkungan sekitar atau sosial media.

d.      Waktu

Kegiatan yang dilakukan on spot memang lebih menguras waktu dan tenaga tetapi hasilnya akan tampak secara langsung.

Jadi persepsi individu tidak ada hubungannya dengan perilaku pro lingkungan hidup, semua kembali pada kesadaran diri. Jika hanya mager, maka semua tidak akan terselesaikan karena tidak semua hal bisa dilakukan lewat gadget misalnya membersihkan tempat tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Liputan6. (2020). Arti kata mager dan baper yang kekinian, anak muda wajib tau https://hot.liputan6.com/read/4354526/arti-kata-mager-dan-baper-yang-kekinian-anak-muda-wajib-tahu. Diakses pada tanggal 13 Mei 2022.

Onlinelearningbinus. (2021). Mengenal lebih jauh tentang society 5.0 https://onlinelearning.binus.ac.id/2021/04/19/mengenal-lebih-jauh-tentang-society-5-0/. diakses pada taggal 13 Mei 2022.

Palupi, T. & Sawitri D. R. (2017). Hubungan antara sikap dengan prilaku pro-lingkungan ditinjau dari perspektif theory of planned behavior, Procceding Biology Education Conference. 14(1). Oktober 214-217.

0 komentar:

Posting Komentar