Selasa, 28 November 2023

E5 Psi.Ling Belajar di TPST Randu Alas_AFIZAIN AZIDZAKI NAUFAL

 

PENGELOLAAN SAMPAH DI TPST RANDU ALAS

Psikologi Lingkungan Essay 5 Belajar di TPST Randu Alas

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A.

Disusun oleh :

Afizain Azidzaki Naufal

21310410186

Psikologi SJ

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA


Hari sabtu tanggal 4 November saya berkunjung ke TPST Randu Alas salah satu tempat pengelolaan sampah di Sleman Yogyakarta untuk mempelajari bagaiman cara manajemen pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat. Permasalahan muncul dari bau sampah yang kurang sedap dan menyebar ke pemukiman warga sekitar tempat pembuangan sampah dan takutnya menjadi sumber dari pencemaran lingkungan bagi warga sekitar jika dibiarkan terus menerus, akhirnya bersama pengurus kampung yaitu ketua RW juga RT setempat mengadakan rapat yang dimana lahan tersebut akan dijadikan sebagai inventarisasi untuk pembuatan TPST dan mengajukan proposal ke dinas kesehatan lingkungan, kebetulan tempat yang akan dijadikan sebagai TPS seharusnya berlokasi di kodya namun disana ada keterbatasan lahan dan randu alas mendapat limpahan dari kodya. TPS Randu Alas di bangun pada tahun 2015 dan selesai dibangun tahun 2016, lalu mulai beropersi pada tanggal 16 Februari 2016 dan mulai bergerak dengan memulai sosialisasi kepada warga sekitar.   TPS ini disosialisasikan dengan fungsi untuk mengolah sampah dari warga - warga yang mau di kelola sampahnya nanti di ambil oleh petugas pengangkut sampah untuk dibawa ke TPS, sampah - sampah itu dimabil setiap harinya oleh petugas. sampah itu tidak akan menumpuk jika tidak dalam keaadaan darurat karena setiap minggunya ada Dump Truck yang mengangkut sampah yang sudah dipilah di TPS untuk dibuang ke TPA di Piungan. Namun sekitar 3 bulan terakhir sejak september 2023 TPA piungan mengalami kendala sehingga terjadi penumpukan sampah di hanggar. Karena cara pengelolaan sampah di DIY yang belum tersistematis karena di TPA masih menggunakan sistem ditumpuk bukan dikelola, bila terus menerus ditumpuk nantinya menggunung dan mengalami overload yang dirasakan kurang lebih selama kurang dari satu tahun ini, bahwa dengan mengolah sampah yang ada dilingkungan itu membutuhkan tekonolgi dan aturan. Sampah itu sebenarnya adalah tanggung jawab semua orang karena manusia menghasilkan sampah dan membawa sampah dan itu menjadi tanggung jawab kita semua. Seharusnya pemerintah memberikan aturan yang mendukung pengelolaan sampah yang membutuhkan teknologi yang cepat agar sampah - sampah itu tidak menimbulkan dampak yang sangat serius dari pengelolaan yang tidak benar dan kurang baik.

Sampah yang diambil dari pelanggan dipilah dan diolah berdasarkan jenisnya yang bermacam - macam dan diklasifikasikan sesuai kriteria yang berjumlah sekitar 23, namun di TPS Randu alas yang tidak cukup SDM maka hanya dibagi menjadi beberapa saja, ketika sampah sudah terkumpul dan hanya di klasifikasikan menjadi dua saja yaitu Organik dan AnOrganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah terurai oleh alam seperti daun, sisa makanan, buah dan hasil dari tanaman warga, sedangkan AnOrganik adalah sampah yang berasal dari hasl pabrik seperti plastik, seng. Sampah AnOrganik yang ada di TPS diambil oleh beberapa pengepul rongsok yang nantinya di setor ke pabrik - pabrik. sampah organik yang ada sekitar 30% nya lalu diolah menjadi kompos / pupuk organik.

Dalam menglola sampah organik menjadi kompos TPS ini mmbuat sendiri bakteri yang bisa memfermentasi sampah yaitu MOL (Mikroba Organisme Lokal), MOL berfungsi memfermentasi sampah organik jika menggunakan MOL maka sekitar 40 hari sudah bisa dipanen, namun ada cara agar fermentasi bisa dipercepat dengan cara mencacah sampah organik menjadi partikel yang lebih kecil maka akan mempercepat pematangan organik itu dan setiap minggu dibalik. Dalam pembuatan kompos disini ada beberapa sistem yang digunakan seperti batang berongga yakni membuat bata yang ada rongganya disamping dan dimasukkan sampah dan disitu ada proses fermentasinya. kemudian menggunakan teknik windrow dengan ketebalan masing - masing 1 meter atas bawah. yang berfungsi mengeluarkan gas metan dengan cara anaerobik yang dimana gas metan dikeluarkan ke udara bebas dan terurai dengan sendirinya, jika gas metan yang memenuhi penimbunan sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kebakaran akibat ledakan dari gas metan itu, seperti yang terjadi di beberapa TPA akhir akhir ini. dan sistem ini sangat efisien karena dapat dipindah - pindah. dari organik yang sudah dibuat nanti menggunakan MOL( Fermentasi bakteri) setelah daun - daun dicacah disemprotkan dengan perbandingan 1:10 ke daun- daun, dan bebas mau menggunakan cara yang manapun untuk membuat komposnya.

Gambar Bata Berongga & Windrow

Adapun kompos yang sudah dipanen lalu ditawarkan kepada para petani petani disekitar jika ada yang mau memanfaatkan dan dijual denga harga Rp.1.000/ Kg, Kompos ini dugunakan oleh petani yang menanam cabai, tomat, terong, bayam, kangkung dan sebagainya, tetapi jika para petani tidak memesan maka lompos ini diserahkan ke dinas lingkungan hidup di sleman dengan harga Rp.1.250/Kg. Oleh dinas lingkungan hidup biasanya dimanfaatkan untuk memupuk tanaman - tanaman yang ada di kota sleman atau ada permohonan bantuan dari kekompok tani dan kelompok wanita tani yang mengajukan bantuan ke LH untuk kompos penanaman di lingkungan kelompok tani. da juga selalin kompos disini membuat POC ( Pupuk Organik Cair ) yang berasal dari sampah buah yang airnya bisa dimanfaatkan sebagai dasar dari POC yang menggunakan Drum atau buis beton. selain POC sampah buah juga dimanfatkan sebagai eco-enzym yang multifungsi bisa digunakan untuk membersihkan atau mensterilkan ruangan dan juga untuk keseatan. biasanya buah ini didapat dari limpahan toko buah yang buahnya sudah mau membusuk dan digunakan untuk eco-enzym. dari sampah buah juga bisa diolah untuk bio konversi dengan cara budi daya maggot. mafgot ini diberikan buah sebagai sumber pakan untuk mengurai sampah organik dengan termak magot ini bisa menjadi peluang usaha juga. magot adalah sejenis larva atau anak dari lalat BSF ( Black Soldier Fly), lalat ini tidak berbahaya karena tidak membawa penyakit pada manusia, dengan siklus selama 40 hari, fungsi magot bisa digunakan untuk pakan hewan ternak, lele, ayam ikan dan juga peliharaan rumah lainnya seperti burung, iguana, dan sebagainya. Maggot dapat menjadi pakan ternak yang bergizi tinggi, karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan ternak, terutama ternak unggas.

Nah jadi sampah jika kita kelola dengan benar maka akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan membantu mengurangi dampak negatif lingkungan. Dengan mengimplementasikan praktik-praktik ini, kita dapat mengubah sampah menjadi sumber daya yang bermanfaat dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Selain itu, pengelolaan sampah yang baik juga mendukung prinsip keberlanjutan dan membantu melindungi ekosistem kita.

0 komentar:

Posting Komentar