Senin, 27 November 2023

Essai 5 Belajar di TPST Randu Alas_Erina Agustin_22310410098_SJ

 

KUNJUNGAN KE TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH

“RANDU ALAS”

Psikologi Lingkungan Essay 5 Belajar di TPST Randu Alas

Dosen Pengampu : Dr.Dra. Arundanti Shinta MA

Erina Agustin

22310410098

Fakultas Psikologi

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2023





Pengolahan pada sampah memang harus gencar dilaksanakn, pengolahan sampah sebenaranya bisa dilakukan pada tahap rumah tangga. Sampah-sampah yang bisa diolah pad atahap rumah tangga yakni sampah-sampah organik sepeti dedaunan kering, sisa-sisa makanan dan sampah-sampah yang bisa diuraikan oleh alam dengan sendirinya. Namun ada juga sampah-sampah yang memang tidak bisa dikelola sendiri seperti sampah-sampah plastik, sampah kaca dan sampah anorganika lainya. Oleh karena itu adanya TPS (Tempat pengolahan sampah). Pada kesempatan kali ini saya dan beberapa mahasiswa dari fakultas psikologi beserta dosen pengampu, Ibu Arundanti Shita berkunjuang ke TPS Randu Alas yang beralamat di Dusun candikarang, sardonoharjono, ngaglik, sleman yogyakarta. Di TPS ini kita bertemu dengan kepala pengelola TPS yakni Bp.Sudjono. sejarah singkat tentang TPS ini, TPS ini berbentuk Pengelolan sampah model komunitas dan dibangun pada tahun 2015 dan mulai beroperasi pada 16 Februari 2016. TPS ini  berawal dari adanya kekosongan tanah yang akhirnya di fungsikan sebagai TPS. TPS ini mencakup 5 dukuhan dengan 170 KK, Pelanggan awal dari TPS ini sekitar 25-30 pelanggan yang berkembang sekarang menjadi 370 pelanggan TPS Randu Alas. Pada TPS ini tugas utama dalah pengelolaan sampah, di jogja saat ini sedang darurat sampah karena penanganan sampah di jogja yakni dengan cara ditimbun hal ini menjadi kendala tersendir bagi TPS ini, karena sudah berbulan-bulan tidak bisa membuag ke TPA Karena sedang ditutup. Pada TPS ini sampah yang tidak bisa dikelola dan tidak bisa dikirim ke TPA akan dibakar, namun karena proses pembakaran yang kurang bagus mengakibatkan protesnya warga sehingga akan dilakukan perbaikan pengolahan limbah asapa pada TPS ini. Saecara garis besar sampah di TPS ini dibagi menjadi 2 yakni oragnik dan anorganik, penangannya jika sampah organik akan terurai dgan sendirinya, jik sampah anorganik akan dikembalikan ke tempat dau ulang di pabrik pabrik. Setiap hari TPS Ini memilah sampah 2 viar sampah organik dan anorganik akan dipisah dan biasanya sampah anorganik di ambil oleh juragan rongsok. Sedangkan untuk sampah organik akan dikelola dan diolah menjadi kompos dengan bakteri/molekul organisme lokal dengan buatan sendiri untuk membantu fermentasi daun kurang lebih sekitar 40 hari sudah masak sebagai pupuk. Dalam pembuatan kompos ini menggunakan teknik Windro menggunakan bambu. Dengan teknik windro ini pembuatan kompos lebih praktis efisen tempat dan biaya dan yang paling cocok untuk TPS Randu Alas. Kompos kompos buatan TPS diserap oleh petani-petani sekitar TPS. Selain itu di serahkan ke kelompok-kelompok/ DLH untuk mempupuk teman-teman di daerah Sleman. Dalam operasionalnya terdapat 6 orang pekerja 3 orang untuk pengambilan dan 3 orang sebagai pemilah. Para pekerja ini secara gaji sudah mendapat gaji UMR Sleman dan sudah ditanggung BPJS. Karena sejatinya bekerja pada bidang ini merupakan bidang yang rawan akan terjangkitnya penyakit. Pemilahan sampah bisanya ditangani yang basah dulu, sampah dari warga biasanya sudah dipisah antara sampah basah dan kering sehingga sudah para pekerja pemilah sudah tau mana yang basah maa ayang kerng sehingga bisa ditangani lebih dahulu. Sampah basah disini dikelola untu biokonfeksi yakni sebagai pakan magot,untuk pakan lele dan pakan ayam dan pakan burung. Pengelolaan dan penelitian magot pada TPS ini sudah bekerja sama dengan UGM yang mana bereksperimen magot-magot ini dikeringkan kemudian dikemas dan diuji coba dijual di toko-toko untu pakan burung dan akuarium.  Kendala utama dari TPS Ini yakni adanya sosialisasi dan kesadaran dai warga tentang pemilahan sampah. Pihak TPS mengingingkan sampah-sampah yang di bawa ke TPS sudah dipulah dan memudahkan para pekerja dan agar sampah-sampah ini juga terjaga yan artinya sampah basah dan kering tidak tercampur agar sampah kering tidak ikut terkontaminasi sampah basah sehingga menjadi rusak. Kendala lainnya yakni dari SDM sangat sdah menarik orang untuk bisa bekerja di TPS dengan berbagaimacam faktor, sedangkan para pekerja yang ada di TPS Randu Alas ini sudah banyak yang tua dan sudah mendekati masa pensiun. Sudahnya menarik pekerja dalam bidang ini karena adanya presepsi bahwa tukang sampah itu kotor dan bau, naum dengan berkembangnya waktu dan teknologi pemerintah dan para lembaga sedang mengusahkan peraltan yang canggih untuk pengelolaan sampah ini sehingga nantinya kaum kaum muda akan banyak yang tertark untuk terjuan dalam pekerjaan bidang ini. Dari kunjungan ke TPS ini kita belajar banyak tentang pengelolan sampah, tempat pengelolaan yang ternyata tidak sekotor itu, sebenarnya jika sampah itu dikelola dengan baik dan benar denan adanya teknologi, inovasi dan sumber daya yang bagu maka sampah itu akan menjadi hal yang bernilai. Hal ini menjadi membukakan saya sebagai kaum muda untuk lebih aware lagi dengan sampah-sampah yang kita hasilkan dan lebih bertanggung jawb lagi dalam mengelolanya.

0 komentar:

Posting Komentar