Selasa, 28 November 2023

Essay 5 Psikologi Lingkungan "Berkunjung ke TPST Randu Alas" Novita Prabandari

 “Mengenal TPST Randu Alas”

Essay 5 Psikologi Lingkungan 

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA. 

Disusun Oleh:
Novita Prabandari
22310410039

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

 

TPST Randu Alas hadir sebagai solusi pengelolaan sampah berbasis konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Yogyakarta. Berlokasi di Candi Karang, Sleman, TPST ini berawal dari pemanfaatan tanah kas desa yang sebelumnya tidak digunakan dengan baik, menjadi tempat pembuangan sampah liar oleh warga sekitar. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah pencemaran lingkungan desa. Untuk mengatasi masalah ini, para pengurus desa mengajukan proposal pembuatan TPST kepada Dinas Lingkungan Hidup, yang akhirnya disetujui. TPST Randu Alas berdiri pada tahun 2015 dan mulai beroperasi pada 16 Februari 2016.

Di TPST Randu Alas, sampah organik yang berasal dari alam diolah menjadi berbagai produk, termasuk kompos dan produk turunannya. Sampah anorganik, seperti kertas, plastik, dan seng, disetorkan kepada pengepul sampah atau bisa juga ke pabrik-pabrik. Proses pembuatan kompos melibatkan beberapa metode, antara lain Metode Bata Berongga, Teknik Windro (bambu segitiga), dan Takakura (tas bahan rami atau bambu).

Pada TPST Randu Alas, pembuatan kompos melibatkan penggunaan Molekul Organisme Lokal (MOL). Prosesnya melibatkan cacahan daun yang diberi MOL dengan perbandingan 1:10, dengan pengecekan suhu setiap hari selama 30 hari. Kompos yang dihasilkan dijual kepada petani dengan harga Rp 1.000,- per kg untuk meningkatkan kesuburan tanaman holtikultura. Jika petani tidak membeli, kompos disetorkan ke Dinas Lingkungan Hidup dengan harga Rp 1.250,- per kg.

TPST Randu Alas ini juga membudidayakan magot bekerjasama dengan kampus UGM dan menghasilkan produk magot kering yang digunakan sebagai pakan burung kicau/ikan hias berprotein tinggi, sehingga meningkatkan kecerahan ikan hias.

Bapak Sujono, sebagai perwakilan TPST Randu Alas, menyoroti beberapa kendala yang dihadapi, termasuk sampah dari warga yang belum dipilah dan masalah Sumber Daya Manusia. Kendala lainnya adalah kurangnya mesin atau teknologi yang sesuai dengan kebutuhan di TPS.

Dari pengalaman TPST Randu Alas, tergambar bahwa pengelolaan sampah yang baik dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi jumlah sampah di Yogyakarta. Pentingnya kesadaran bahwa sampah dapat dikelola dengan benar dan menjadi sumber daya yang bermanfaat menjadi pelajaran berharga. Dalam konteks yang lebih luas, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan praktisi dianggap sebagai kunci untuk mencapai pengelolaan sampah yang optimal di Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar