Praktek
Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos dan Eco Enzyme
Psikologi
Lingkungan
Esai
4 – Eksperimen Tentang Sampah
Ike
Prasetyani - 22310420127
Puji
Astutik – 21310410164
Dosen
Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Penumpukan sampah organik menyebabkan berbagai permasalahan baru bagi masyarakat sekitar. Namun masyarakat masih abai karena beranggapan
sampah organik tidak berbahaya untuk lingkungan, padahal rembesan dari sampah
organik dapat mencemari air tanah. Selain itu sampah organik juga menghasilkan
pelepasan gas metana ke atmosfer yang berbahaya untuk makhluk hidup dan
lingkungan. Oleh karena itu pengelolaan sampah yang benar sangat diperlukan dalam upaya
mengurangi dampak pencemaran lingkungan ini.
Pada sabtu, 21 Oktober lalu kami mahasiswa psikologi kelas
SP Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
berkesempatan untuk belajar dan melakukan eksperimen sampah di kediaman
dosen kami, Ibu Arundati Shinta. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan
metode kreatif inovatif dalam pengelolaan sampah agar menjadi barang daur ulang
yang bermanfaat. Ada beberapa eksperimen yang kami lakukan diantaranya proses
pembuatan kompos, eco enzyme (produk yang dibuat ibu sudah SNI), dan
pembuatan tas parcel dari kertas bekas. Selain itu Ibu Shinta juga
memperkenalkan kami metode mengolah sisa jelantah minyak menjadi sabun cuci
piring.
Untuk kegiatan eksperimen yang pertama adalah pembuatan
kompos. Pupuk kompos adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses
penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme secara alami. Prosesnya
disebut pengomposan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kompos yaitu :
sampah dedaunan, tetes tebu (molase), kapur tani, dedak, EM4 makanan bakteri,
anti jamur, air, abu, cangkang telur yang ditumbuk lalu disaring dan sampah
dapur.
Untuk langkah pembuatan kompos
adalah sebagai berikut :
1. Bahan sampah dedaunan dirajang sampai
halus
2. Setelahnya dedaunan yang sudah halus dicampur
bahan kapur tani, dedak, abu, dan bubuk cangkang telur lalu dimasukkan ke wadah
besar dan diaduk hingga tercampur rata
3. Tambahkan molase, anti jamur, serta cairan EM4
dan air sesuai takaran lalu aduk rata kembali
4. Siapkan potongan kardus yang dibalut dengan
jaring yang sudah dianyam, kemudian bahan-bahan tadi dimasukkan ke dalamnya.
5. Tuangkan campuran kompos dan tutup rapat.
Untuk proses inkubasi sampai kompos
siap digunakan estimasinya sekitar 2 mingguan. Setelahnya kompos siap digunakan
untuk memupuk dan menyuburkan tanaman.
Gambar
: Merajang sampah dedaunan untuk kompos
Untuk kegiatan kedua adalah pembuatan eco enzyme. Eco
enzyme atau biasa disebut cairan serbaguna organik adalah cairan alami
hasil dari fermentasi limbah dapur organik. Sampah organik yang digunakan bisa
dari sisa sayuran atau buah ataupun kulitnya. Untuk menghasilkan eco enzyme
yang baik, sampah sayur ataupun buah yang digunakan haruslah sampah organik
yang masih segar. Untuk bahan yang digunakan adalah gula, ampas atau sisa
sampah sayur/buah dan air. Untuk hasil yang optimal air yang digunakan adalah
air matang. Perbandingan bahannya adalah
1:3:10. Untuk kegiatan eksperimen yang kami lakukan kami memakai takaran 90
gram gula : 270 gram ampas kulit buah (yang sudah diiris halus) : 900 gram air
matang.
Untuk proses pembutannya sendiri cukup mudah kita tinggal
menyiapkan wadah bersih untuk mencampur gula yang sudah direbus, irisan sampah
kulit buah (jeruk, apel, dsb) lalu ditambahkan air matang. Bahan-bahan tersebut
kita campur lalu kita masukkan ke wadah yang kedap udara dan diletakkan di
tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari selama kurang lebih 3 bulan.
Setelah 3 bulan eco enzyme ini bisa dipanen dan hasilnya berwarna
kecoklatan dan berbau asam khas fermentasi. Eco enzyme yang dipanen bisa
disaring untuk memisahkan air sari dan ampasnya. Setelahnya bisa digunakan
sebagai pembersih lantai, penghilang bau, campuran cairan cuci piring, pupuk tanaman dan masih banyak manfaat lainnya lagi.
Gambar : Proses
pembuatan eco enzyme
Dua kegiatan eksperimen di atas sungguh pengalaman yang
sangat berharga untuk kami. Berkesempatan belajar langsung dari Ibu Shinta yang
memang sudah lama bergelut dengan dunia
pengelolaan sampah. Bekal ilmu tentang pengelolaan sampah organik yang bisa kami sebarkan pada masyarakat sekitar. Pulangnya pun kami masih mendapat bonus buah tangan kompos dan
sabun cair dengan tas parcel buatan sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar