HUBUNGAN
ANTARA PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENGOLAAN SAMPAH TERHADAP
LINGKUNGAN
Psikologi Lingkungan
Essay Ujian Akhir Semester
Dosen Pengampu: Dr.,
Dra. Arundati Shinta MA
DESTI FITRIA SUCI
21310410157
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Undang-undang Nomor 18
Tahun 2008 menyebutkan bahwa definisi sampah sebagai sisa-sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat, sedangkan
pengelolaa sampah merupkan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Saat ini
hamper semua negara berkembang memiliki permasalahan dalam pengelolaan sampah
(Dortman, 2015) termasuk Indonesia. Yogyakarta dan banyak kota besar di
Indonesia saat ini sudah didirikan banyak TPA dan TPST oleh Pemerintah Daerah,
namun sampah tetap saja berlimpah-ruah karena sistem pengolahannya yang hanya
ditumpuk.
Partisipasi
masyarakat, Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa setiap orang
memiliki hak yang sama atas lingkunga, mendapat udara bersih, air sehat bersih,
memiliki pemukiman yang layak, dan bersedia untuk melakukan kerja sama dalam
pengelolaan sampah. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat
berupa pemilahan antara sampah organik atau melalui pembuatan kompos dalam
skala keluarga dan mengurangi penggunaan barang yang tidak 2011. Sikap dan
perilaku serta budaya: Beberapa faktor yang mempengaruh pada pengelolaan sampah
meliputi sikap, perilaku serta budaya yang ada di masyarakat. Pengelolaan
sampah yang berkesinambungan dengan sikap dan perilaku masyarakat sangat
penting untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan.
Apa
persepsi lingkungan hidup itu? Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah
cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya.
Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu mengaitkan objek
yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi objek, dan dengan
menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu. Penciptaan makna-makna
itu terkadang meluas, sesuai dengan kebutuhan individu (Fisher, Bell, &
Baum, 1984).
Bagaimana
cara menjelaskan persepsi dalam bentuk skema? Berikut adalah skema persepsi
yang dikemukakan oleh Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Sarwono, 1995).
Menurut
penelitian Wahdatunnisa, permasalahan sampah merupakan hal yang krusial (sulit
terselesaikan). Dapat diartikan sebagai masalah kultural atau kebiasaan karena
dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan sehingga keberadaan sampah perlu
adanya pengelolaan sampah yang benar (Wahdatunnisa, 2016). Sampah selalu timbul
menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang memiliki kepekaan terhadap
lingkungan. Ketidak disipilinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana
semrawut akibat timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan
muncul. Bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai penyakit
siap menghadang di depan mata. Tidak cuma itu, peluang pencemaran lingkungan
disertai penurunan kualitas estetikapun akan menjadi santapan sehari-hari bagi
masyarakat.
Pembangkangan masyarakat terhadap sampah lingkungan yang tidak mau memilah dan mengolah dapat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Salah satu alasan masyarakat belum memilah sampah adalah tidak mengetahui jenis-jenis sampah. Kepedulian lingkungan dapat mendorong individu untuk memilah dan mendaur ulang sampah. Peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan sejak usia dini, terutama di keluarga atau di pendidikan anak usia dini. Selain itu, pengelolaan sampah yang baik dapat mengurangi dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan, seperti pencemaran, banjir, dan longsor sampah.
Gambar 2. Piramida Carroll
Unilever
sangat berpengaruh dalam proses membatu Pemerintah dan masyarakat untuk peduli
sampah melalui pembinaan bank sampah. Dalam piramida Carrol tersebut, sama
halnya Unilever merupakan suatu wadah atau lembaga dalam pengembangan
masyarakat. Unilever Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mengurangi
penggunaan plastik, menggunakan plastik yang lebih baik, dan menghadirkan
inisiatif tanpa plastic. Pengumpulan dan pengolah sampah plastik. Kemudian
pengurangan penggunaan plastic. Membuat gerakan #GenerasiPilahPlastik untuk
menjadi lebih khususnya kemasan plastik, dengan cara memilah sampah dari rumah
dan menyetorkannya ke Bank Sampah.
Jadi,
peran Unilever Indonesia dalam pembinaan bank sampah di masyarakat dapat
dikaitkan dengan Piramida Carroll, yang merupakan kerangka kerja untuk tanggung
jawab sosial perusahaan. Piramida Carroll terdiri dari empat komponen, yaitu
tanggung jawab ekonomi, legal, etis, dan filantropi. Dalam hal ini, Unilever
Indonesia membina bank sampah sebagai bagian dari tanggung jawab etis dan
filantropi perusahaan. Melalui pembinaan bank sampah, Unilever Indonesia juga
mendukung pendekatan ekonomi sirkular yang dijalankan perusahaan.
Daftar
Pustaka
Dortmans
B., (2015). Valorisation of organic waste-Effect of the feeding regime on
process parameters in a continuous black soldier fly larvae composting system.
Theses. Department of Energy and Technology, Swedish University of Agricultural
Sciences, Swedish.
Fisher,
J. D., Bell, P. A. & Baum, A. (1984). Environmental psychology.
2nd ed. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Sarwono,
S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta:
Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.
Shinta,
A. (2013). Persepsi Terahadap Lingkungan. Kup45iana. Retrieved
on April 8, 2013 from
http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
Wahdatunnisa, M.
(2016) Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Lingkungan Hidup Dan
Kebersihan Lingkungan Pangandaran, Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 9(1),
pp. 1–5.
0 komentar:
Posting Komentar