UJIAN AKHIR SEMESTER
Prabawati Tresnaning Jati
21310410175
Psikologi SP
Mata
Kuliah : Psikologi Lingkungan
Dosen
Pengampu : Dr.,Dra.Arundati Shita,MA
Hubungan antara persepsi dan perilaku orang-orang yang
sering membangkang perintah UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan
Sampah. Persepsi dapat mempengaruhi
perilaku seseorang, termasuk perilaku mereka terkait pengolahan sampah. Dalam
konteks ini, orang-orang yang sering membangkang perintah UU No. 18 Tahun 2008
Tentang Pengolahan Sampah mungkin memiliki persepsi yang berbeda terkait
pengolahan sampah.
Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah hasil dari cara
individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Setiap
individu memiliki pengalaman, nilai-nilai, dan latar belakang budaya yang
memengaruhi cara mereka mempersepsikan lingkungan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara
persepsi dan perilaku seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya pengolahan
sampah. Kurangnya pengetahuan tentang cara yang benar dalam mengelola sampah,
orang-orang yang membangkang perintah undang-undang tersebut mungkin tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara yang benar dalam mengelola sampah
seperti tidak tahu bagaimana memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik,
atau mendaur ulang barang-barang yang dapat didaur ulang. Kesulitan untuk
mengamakses fasilitas pengolahan sampah,
seperti TPA atau TPST sehingga membuat mereka enggan untuk mengelola sampah dan
tentunya dapat mengurangi motivasi masyarakat untuk mematuhi perintah
undang-undang
Faktor lainnya
yang mempengaruhi perilaku orang-orang yang sering membangkang perintah UU
No.18 Tahun 2008 yaitu faktor sosial
budaya. Persepsi dan perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi oleh faktor
sosial budaya. Misalnya, jika dalam lingkungan sosial tertentu, pengolahan
sampah tidak dianggap sebagai prioritas atau tidak dianggap sebagai tanggung
jawab bersama, maka individu-individu dalam lingkungan tersebut mungkin cenderung
membangkang perintah undang-undang pengolahan sampah.
Selanjutnya mengenai peran Unilever dalam Pembinaan Bank
Sampah melalui Piramida Carroll. Seperti yang kita tahu , Piramida Carroll
adalah sebuah konsep yang menggambarkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam
berbagai aspek, termasuk aspek sosial budaya. Dalam konteks pembinaan bank
sampah, peran Unilever dapat dijelaskan melalui beberapa tingkatan dalam
Piramida Carroll.
Pertama adalah ekonomi, Unilever sebagai perusahaan
memiliki peran ekonomi dalam pembinaan bank sampah. Perusahaan ini dapat
memberikan dukungan finansial dan sumber daya untuk mendirikan dan
mengoperasikan bank sampah. Dukungan ini dapat meliputi pendanaan untuk
infrastruktur bank sampah, pelatihan bagi masyarakat terkait pengelolaan
sampah, dan pengembangan program-program pengolahan sampah yang berkelanjutan.
Melalui hal ini tentu akan menciptakan peluang ekonomi baru, terutama bagi
mereka yang terlibat dalam kegiatan bank sampah, seperti pengumpulan,
pemilahan, dan daur ulang sampah
Selain berperan dalam ekonomi, Unilever juga dapat
berperan dalam aspek hukum dalam pembinaan bank sampah. Perusahaan ini dapat
bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan adanya regulasi yang
mendukung pengelolaan sampah yang baik. Misalnya, Unilever dapat berpartisipasi
dalam penyusunan kebijakan terkait pengelolaan sampah dan mendukung
implementasinya. Unilever sebagai perusahaan juga dapat memainkan peran etis
dalam pembinaan bank sampah. Perusahaan Unilever juga sebaiknya tidak hanya
mengelola sampah secara efisien tetapi juga berkontribusi pada perubahan
perilaku masyarakat terkait pengelolaan sampah. Perusahaan ini dapat mendorong
masyarakat untuk peduli pada sampah melalui kampanye sosial dan edukasi.
Misalnya, Unilever dapat melakukan kampanye kesadaran tentang pentingnya
pengelolaan sampah yang baik dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Selain ketiga peran tersebut, Unilever juga dapat
berperan dalam aspek filantropi dalam pembinaan bank sampah. Perusahaan ini
dapat memberikan sumbangan atau bantuan kepada bank sampah yang ada, baik dalam
bentuk dana maupun dukungan teknis. Dukungan ini dapat membantu bank sampah dalam
meningkatkan kapasitas dan efektivitas operasional mereka serta menciptakan
dampak jangka panjang pada tingkat sosial dan lingkungan. Melalui peran-peran
ini dalam Piramida Carroll, Unilever dapat berkontribusi dalam pembinaan bank
sampah di masyarakat. Dengan dukungan finansial, kerjasama dengan pemerintah,
kampanye sosial, dan bantuan filantropi, Unilever dapat membantu meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan.
Unilever juga perlu melakukan evaluasi berkelanjutan yang
bertujuan untuk dapat mengoptimalkan program mereka dan memastikan bahwa setiap
langkah yang diambil dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat dan
lingkungan dengam mengukur dampak pembinaan bank sampah yang telah dilakukan.
Hal ini perlu dilakukan karena Unilever telah memainkan peran yang signifikan
dalam mengelola sampah secara berkelanjutan.
Daftar
Pustaka
Carroll A. B.,
1979, A Three Dimensional Conceptual Model of Corporate Performance, Academy
of Management Review, Vol. 4, 4, page 497-505.
Profil Kabupaten Tangerang, Peningkatan
tempat pembuangan akhir sampah dari sistem terbuka (open dumping), page
107-108.
Rafidatussalma,
Ms. (2021), Aktualisasi Budaya Cinta Lingkungan Sebagai Upaya Siaga Bencana
di Pesantren Alam Sayang Ibu Lombok Barat-NTB. Masters thesis, Universitas
Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
QANUN KABUPATEN
PIDIE JAYA NOMOR 3 TAHUN 2020, Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2019-2024.
0 komentar:
Posting Komentar