Selasa, 28 November 2023

Essay 5 Psikologi Lingkungan "Kunjungan Tpst Randu Alas" Bima Mahardika

 KUNJUNGAN KE TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH 

“RANDU ALAS”

Psikologi Lingkungan Essay 5 Belajar di TPST Randu Alas 

Dosen Pengampu : Dr.Dra. Arundanti Shinta MA

Disusun oleh :
Bima Mahardika
21310410189

Fakultas Psikologi

 UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

 

 

Sampah yang kita hasilkan biasanya kita buang ke tempat sampah dan kemudian kita bawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). TPS yaitu tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

TPST melakukan berbagai kegiatan pengolahan sampah seperti kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.



Dipagi yang sedikit mendung tidak membenamkan sinar semangat saya untuk mengikuti perkuliahan yang menarik dari Ibu dosen Dr.Dra. Arundanti Shinta MA. Dalam pertemuan kali ini Sabtu, 14 Novemeber 2023 kelas Psikologi SP melakukan kunjungan ke Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) Randu Alas yang berlokasi di Candi Karang, Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, didampingi dosen mata kuliah Psikologi Lingkungan. Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui tentang manajemen pengelolaan sampah di TPS tersebut.

Ketika sampai di TPST Randu Alas, kita diberikan beberapa penjelasan awal oleh beliau bapak Tujono yang menyampaikan bahwa TPS 3R Randu Alas untuk saat ini mencakup 5 pedukuhan dengan 170an KK dengan 370an pelanggaan untuk saat ini. TPST Randu Alas dibangun pada 2015 dan mulai beroperasi pada 16 Ferbruari 2016 . Latar belakang berdirinya TPS ini adalah adanya tanah kas desa yang tidak dimanfaatkan dan tidak dipelihara dengan baik tetapi malah dijadikan tempat pembuangan sampah sembarangan sehingga baunya tercemar. Mungkin dikarenakan lahan kosong dan dekat dengan kuburan membuat kesempatan untuk masyarakat yang tidak bertanggungjawab membuang sampahnya disitu. Melihat kondisi tersebut, pengurus RT dan RW yaitu Bapak Tujono dan Bapak JokoTri Waluyo tergerak untuk mengajukan proposal pembuatan TPS ke Dinas Lingkungan Hidup. Dari beberapa proses yang telah dilalui akhirnya disetujui oleh Dinas Lingkungan Hidup, untuk berdirinya TPST Randu Alas tersebut.

Dalam kunjungan kali ini beliau bapak Tujono menyampaikan bahwa Kegiatan pengelolaan sampah di TPS 3R Randu Alas dimulai dengan menyimpan dan mengumpulkan sampah, mengangkut sampah, menerima sampah, mengelompokkan sampah, mengolah sampah, menyimpan sampah dan mengangkut sampah, yang selanjutnya menyalurkan sampah ke TPA Piyungan. Kendala yang dialami dalam kegiatan pengelolaan sampah yaitu kurangnya sumber daya manusia di TPS 3R karena untuk yang kerja disana tidak ada yang muda untuk regenerasi yang menjadi hal menarik adalah gaji dari anggota TPST yaitu sudah UMR yang tergolong tinggi tetapi belum ada regenerasi kata beliau. Mungkin karena mindset bekerja di TPS adalah hal yang kotor ataupun kurang menarik untuk masyarakat yang belum menggelutinya. Kendala yang lain adalah masih belum berjalannya kegiatan pemilahan sampah dari sumbernya dalam artian masih campur-campur antara sampah organik dam anorganik.

TPS Randu Alas membagi sampah menjadi 2 kategori yaitu organik dan anorganik. Sampah organik akan dijadikan kompos dengan menggunakan bakteri mol, menggunakan teknik windrow menggunakan bambu segitiga, kompos untuk petani sekitar atau di setorkan di LH serta bakteri terdapat mol, ekolindi, ekoenzim. Sedangkan sampah anorganik yang berasal dari produksi pabrik kaleng, plastik, Kaca, dan sebagainya, penanganan nya disesuaikan dengan kelompoknya seperti botol dengan botol, tutup dengan tutup yang lain yang disesuaikan warnanya lalu di distribusikan lagi dirosokan untuk mendapatkan hasil penjualan juga dari sana.

Beliau juga menyampaikan untuk sampah yang tidak bisa dikirim ke TPA ataupun tidak dapat diolah lagi, biasanya dibakar beliau jiga juga menyebutkan bahwa sedang dalam pembuatan cerobong serta filter untuk pembakaran sampah tersebut agar asapnya tidak mengepul banyak atau mengganggu masyarakat sekitar. Di TPST randu alas dalam penanganan sampah organik juga memanfaatkan magot ataupun belatung yang dapat membantu menguraikan sampah organik, dan magot tersebuy juga dapat dimanfaatkan serta menghasilkan nilai jual seperti buat pakan unggas, ikan lele yang ada di TPST Randu Alas serta ada yang dijual di toko ikan untuk pakan ikan hias peliharaan sebagai tambahan asupan protein untuk hewan. Kita juga ditunjukan saat sedang memilah sampah yang datang, mengelompokkan, serta kita ditunjukan kandang ayam serta kolam lele yang dikembangkan TPST untuk sebagai sarana untuk mengurangi populasi magot dengan memberi makan ternak tersebut dengan magot.

Walaupun ditengah kampung akan tetapi TPST Randu Alas ini sangat terkenal karena sebagai sarana kunjungan beberapa mahasiswa dari beberapa universitas yang pernah melaksanakan kunjungan disini. Beliau bapak Tujono juga mengatakan bahwa ada beberapa pihak yang akan memberikan alat yang lebih modern untuk TPS tersebut yang mempermudah pekerja dalam mengelolanya, akan tetapi yang masih menjadi kendala adalah belum ada regenerasi untuk pengelolaan TPS mendatang dikarenakan beliau yang sudah bekerja disana banyak yang tua dan mendekati masa purna tugas. Mungkin dari perkembangan peralatan pendukung yang akan datang banyak sdm kawula muda yang tidak gengsi untuk berkecimpung dalam pengelolaan sampah yang sangat bermanfaat untuk banyak pihak.

Dari kunjungan tersebut kami mendapatkan banyak ilmu, tidak hanya tentang pengolahan sampah. Kami juga lebih terbuka pikirannya ketika membuang sampah pun harus sesuai kategorinya terlihat sederhana tetapi dari hal sederhana itu memberi manfaat untuk petugas yang berada di TPS. Kami juga semakin tau bahwa sampah di TPS pun bisa menjadi tidak bau dan tidak sekotor apa yang kita pikirkan, bahkan tergolong tertata dan rapi ketika kita berkunjung di TPS Randu Alas kala itu. Disaat kunjungan dan melihat lihat cara pengelolaannya saya sempat bertemu salah satu bapak yang bekerja disitu bahkan beliau adalah mantan ketua di TPS tersebut yang mengatakan bahwa beliau selalu ikhlas dalam melaksanakan pekerjaannya walaupun disampah didasari dengan rasa bangga dan keikhlasan. Beliau juga mengatakan walaupun bekerja di TPS tetapi anaknya bisa lolos jadi PNS di Ibu Kota, dari situ dijelaskan ketika kita ikhlas melaksanakan apapun itu dan mensyukurinya maka yang membalasnya bisa jadi tuhan dengan balasan yang tidak terduga seperti rejeki dan kelancaran anaknya dalam tes, kuliah dll. Intinya bukan hanya tentang sampah tetapi juga tenganh kesadaran tanggung jawab atas sampah itu. Jika menghargai hal yang kecil suatu saat hal yang besar akan menghampiri dengan sendirinya.

0 komentar:

Posting Komentar