Sabtu, 18 November 2023

Psi.Ling-E4 Melakukan Eksperimen Aisyah Zulaina & Novita Prabandari

DARI ZERO JADI HERO

EKSPERIMEN MENGELOLA SAMPAH ORGANIK

MENJADI KOMPOS & ECOENZYME

Psikologi Lingkungan Essay 4 Melakukan Eksperimen Tentang Sampah

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA



Ditulis oleh;

NOVITA PRABANDARI    22310410039

AISYAH ZULAINA             22310410067

Psikologi SJ

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta


Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai. Berdasarkan dari artikel Dinas Lingkungan Hidup sampah organik memiliki 2 jenis yaitu sampah organik basah dan kering. Sampah organik basah biasanya akan menimbulkan bau busuk contohnya seperti sisa sayur, sisa buah, kulit buah, kulit bawang dan jenis sisa-sisa makanan yang mengandung banyak air. Sedangkan sampah organik kering biasanya lebih sulit diolah kembali seperti sisa kayu, ranting pohon, dan daun-daun kering.

Beruntungnya di hari Minggu tanggal 22 Oktober 2023 pukul 09.00 WIB kemarin kami berkunjung ke rumah Ibu Dosen untuk belajar bagaimana cara mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna yakni membuat kompos, eco enzyme dan sabun cair serta membuat parcel. Mulanya kami disuguhkan banyak makanan baik dari Ibu maupun dari yang kami bawa sendiri. Ada buah-buahan seperti pisang, anggur, semangka, jambu dan jeruk, lalu ada kepalan nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan makanan yang dibungkus plastik tidak lupa juga es teh sebagai pelengkap pesta kebun kami. Sembari memakan makanan yang ada, kami juga diberikan informasi terkait dengan sampah itu sendiri. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa tujuan semata, karena dari pesta kebun kami yang meninggalkan banyak sampah tersebut digunakan untuk menjadi bahan utama dari eksperimen kami. Kami menghasilkan Sampah, mengumpulkan sampah, memilah sampah dan mendaur ulang sampah. Sampah plastik digunting menjadi lembaran dan dicuci lalu dikeringkan. Pilah-pilah sampah mana yang harus disatukan mana yang tidak sesuai dengan kategorinya. Dan sampah dari kulit-kulit buah seperti kulit semangka digunakan untuk bahan utama dari kompos dan eco enzyme. Dan eco enzyme digunakan sebagai salah satu bahan membuat sabun cair. Lalu bagaimana cara kami mengolahnya, simak dulu yuuu J



Kompos. Sampah organic yang telah mengalami pelapukan karena adanya interaksi antara bakteri pembusuk yang bekerja di dalamnya. Kompos bermanfaat untuk menjaga kesehatan akar serta membuat akar tanaman mudah tumbuh, kompos juga merupakan pupuk yang aman pada lingkungan karena dari sampah organic dengan proses mikroorganismenya. Cara kami membuat kompos bersama dosen sebagai berikut:

Siapkan adonan 1 yang terdiri dari Arang dan abu yang telah disaring, daun-daun yang sudah difermentasi, dan kulit telur. Setelah itu, campurkan dan aduk semua bahan adonan 1 dengan pennuh kecermatan.

Lalu siapkan adonan 2 meliputi kulit buah yang sudah diiris kecil-kecil dicampur dengan kompos lawas lalu diaduk dan tambahkan ampas kopi. Fermentasi kulit buah dengan tambahan eco enzyme tidak lupa tambah irisan daun sirih sebanyak 50 lembar yang dicampur Molase (tetes tebu, bakteri untuk menguraikan adonan), Ema untuk tanaman (6 tutup botol), trikoderma (anti jamur), dan campur dengan fermentasi daun bawang. Tambahkan, campur dan aduk bahan-bahan yang ada di adonan 2. Daun bawang digunakan untuk menghindarkan adonan dari serangga. Tidak lupa dalam adonan 2 juga dicampurkan dengan dedak, anfush dan garam sebagai pestisida alami. Campur semua bahan lalu tambahkan air sampai tidak terlalu kering. Jika adonan terlalu basah tampah dengan sampah daun kering yang sudah disetrika.

Setelah dirasa dalam mencapur adonan sudah cukup, siapkan gentong tanah liat yang diberi bantalan (potongan kardus) masukan campuran adonan 1 & 2 dan tambahkan kompos yang sudah jadi lalu tutup gentong selama 14 hari.

Beberapa dari kami mengalami kesulitan dalam mengukur kelembaban adonan. Ada yang terlalu basah, ada yang terlalu kering. Dosen, dengan penuh kesabaran, memberikan panduan individu untuk mengatasi masalah tersebut. Dosen memperkenalkan konsep gentong tanah liat dengan bantal dari potongan kardus. Dosen menjelaskan bahwa tanah liat memiliki pori-pori yang dapat mempercepat proses fermentasi. Kami pun dengan penuh semangat mengisi gentong dengan campuran kompos. Saat gentong-gentong tanah liat dipenuhi dengan campuran kompos. Dosen menjelaskan bahwa proses penyimpanan selama 14 hari ini akan memberikan efek kompos kering di atasnya untuk mempercepat pembentukan kompos yang efisien.


 

Ecoenzyme. Sekarang beralih ke proses pembuatan eco enzyme. Dalam membuat eco enzyme harus menggunakan perbandingan 1:3:10 dengan rincian perbandingan yaitu Gula merah 90 gr: Kulit Semangka 270 gr : Air 900 ml.

Langkah awal siapkan bahan-bahan yang digunakan sebagai perbandingan. Dimulai dari gula merah yang diiris kecil lalu dipanaskan bersama 450ml air diatas kompor. Sembari menunggu gula merah larut dengan air, kulit semangka dipotong menjadi bagian-bagian lebih kecil lagi agar lebih cepat dalam proses fermentasi nanti. Dan siapkan botol/wadah untuk tempat fermentasi. Saat gula merah sudah larut dengan air telah dingin, pertama kita tuang kedalam botol/wadah dari yang sudah disiapkan, lalu masukan potongan-potongan kecil kulit semangka tadi sesuai takaran, lalu tambahkan air 450ml. Kenapa 450ml air, bukan 900ml air? Karena 450ml air pertama sudah digabungkan bersama gula merah diawal sehingga tinggal ditambahkan sisanya. Tidak lupa kami beri 3 buah larak yang telah kami pisahkan dengan bijinya dan diiris kecil agar cepat terjadi fermentasi Jangan lupa tutup rapat botol/wadah dari bakal eco enzyme dan jangan lupa untuk beri tanggal dimulai sampai berakhirnya proses fermentasi. Pada pembuatan eco enzyme ini terdapat 2x masa fermentasi, yang pertama difermentasi selama 3bulan dan kedua difermentasi selama 1bulan.

Dalam eksperimen ini, kami juga diajarkan dalam memanen eco enzyme yang telah difermentasi dari bulan Februari. Wadah yang berisi eco enzyme dengan aromanya yang khas tersebut mulanya disaring, untuk memisahkan cairannya dengan ampas kulit buah. Ampas kulit buah yang telah disaring bisa digunakan sebagai bahan dari Kompos. Dan cairan dari eco enzyme yang telah difermentasi tahap pertama ini ditutup dan didiamkan kembali selama 1 bulan tidak lupa kami beri tanggal.

Eco enzyme sendiri merupakan hasil fermentasi sampah organic dapur khususnya buah dan sayuran. Eco enzyme memiliki manfaat yang multifungsi yang alami dan ramah lingkungan. Eco enzyme ini bisa digunakan seperti untuk tambahan membuat sabun cair, bahan kompos, bahan pembersih, filter air dan udara, herbisida dan pestisida alami.

Dari yang kami anggap bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak berguna lagi ternyata mampu memberikan manfaat yang begitu banyak ketika kami mampu mengolahnya dengan baik dan benar. Sayangnya masih banyak dari kami dan masyarakat lainnya, yang belum menerapkan prinsip 3R pada sampah. Sehingga sampah semakin berlimpah dan menjadi permasalahan tersendiri. Untuk itu sosialisasi pengolahan sampah perlu terus menerus dilakukan sehingga persoalan sampah lebih mudah diatasi.


0 komentar:

Posting Komentar