Selasa, 14 November 2023

Essay 4 Psikologi Lingkungan Eksperimen Sampah M Fakhri Wahyu S & Prasetya Ari Widodo

 PEMBUATAN KOMPOS DAN ECO ENZYME DARI PENGELOLAAN SAMPAH

Essay Psikologi Lingkungan Eksperimen

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A.

Disusun oleh :

Muhammad Fahkri Wahyu S (22310410029)

Prasetya Ari Widodo (22310410009)

Psikologi SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

 

Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sudah ada sejak lama. Kompos adalah bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut. 

Bahan organik yang dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak, serta bahan organik lainnya. Semua bahan organik tersebut akan mengalami pelapukan yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang tumbuh subur pada lingkungan lembap dan basah.

Sedangkan Eco enzyme adalah cairan alami hasil dari fermentasi limbah dapur organik semisal ampas buah dan sayuran, gula (gula cokelat, gula merah atau gula tebu), dan juga air yang memiliki banyak kegunaan. Eco enzyme menghasilkan produk yang ramah lingkungan, karena pada dasarnya, diolah dari bahan-bahan organik. Eco enzyme mudah terurai dan tidak berbahaya bagi lingkungan maupun manusia. Kandungan probiotik yang terdapat dalam eco enzyme, dinilai memberikan manfaat kesehatan bagi kulit manusia. Eco enzyme mudah untuk dibuat dan digunakan. Ia memiliki warna cokelat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang cukup kuat. Eco enzyme bisa menjadi cairan serbaguna dan pengaplikasinya meliputi rumah tangga, pertanian, atau untuk peternakan.

KOMPOS

Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk Kompos ini dilaksanakan di Kediaman Dosen kami di Jalan Candi Winangun RT002/011, Sardonoharjo, Ngaglik, Kab Sleman pada tanggal 22 Oktober 2023. Peserta kegiatan pelatihan pembuatan pupuk Kompos yaitu Mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Kelas SJ. Dalam Kegiatan ini kami diberi pengetahuan khusus tentang manfaat dari sampah daun-daun kering dan cara pengolahannya.

Langkah-langkah kegiatan pelatihan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1) menyiapkan pengadaan alat dan bahan pembuatan pupuk kompos.

2) memilah dan mengumpulkan bahan pembuatan pupuk kompos.

3) pelatihan dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos.

4) mengedukasi Mahasiswa untuk memanfaatkan limbah dari sampah daun-daun kering. Dan sisa bahan makanan seperti buah buahan.

Hasil dan Pembahasan Pelatihan pembuatan pupuk kompos merupakan Peserta pelatihan diikuti oleh Mahasisiwa Universitas Proklamasi 45. Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos ini dilakukan dengan memanfaatkan sampah daun-daun kering  serta sisa sampah sisa dari buah buahan yang diolah menjadi pupuk kompos.

Langkah awal yang dilakukan ialah mahasiswa diberi pemahan lagi tentang jenis-Jeis sampah dan cara pengolahannya karena sertiap jenis sampah berbeda-beda dalam proses pengolahannya . Tahap kedua dilakukan pemilahan sampah organik berupa daun kering dan sisa makanan serta plastik .Setelah melaksanakan pemilahan jenis jenis sampah kemudian sampah sisa bungkus makanan dan buah buahan dipotong potong kecil pemotongan ini Hal ini bertujuan agar pemasakan kompos dapat merata. Setelah dipotong kecil kecil potongan terssebut dituangkan dalam gentong dan dicampur dengan ampas kopi  kemudian ditambahkan dengan daun sisih sebanyak 50 lembar lalu diberi cairan yang mengandung mikroba yaitu EM4. EM4 yang berfungsi untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam daun (Laana, Hendrik, & Nitsae, 2020). EM4 mula-mula sudah dilarutkan menggunakan gula dan air.

Sampah daun yang sudah dicampurkan dengan EM4 kemudian di aduk hingga merata  sembari dengan ditambahkan dengan gerjen ( bubuk sisa pemotongan kayu) setelah dirasa tekstur kompos yang tidak basah dan tidak kering kemudian gentong ditutup rapat. Proses pemasakan pupuk kompos akan berhenti setelah mencapai kematangan yang sempurna yaitu dilakukan selama 14 hari. Selama proses dekomposisi, pupuk kompos mengalami perubahan terhadap bentuk fisiknya meliputi warna, bau, dan tekstur. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh pengaruh dari bahan yang dicampur kedalam kompos serta aktivitas mikroorganisme yang terkandung didalam bahan organik. Setelah 14 hari, pupuk kompos sudah mengalami pemasakan yaitu dapat diketahui dari sifat fisik kompos. Kompos daun kering yang dihasilkan memiliki karakteristik berwarna coklat kehitaman, teksturnya remah dan agak kasar, tidak berbau, berbentuk butiran gembur. Proses pemasakan pupuk kompos yang telah matang akan memiliki tekstur menggumpal ketika digenggam. Hal ini disebabkan karena kompos mengalami penyusutan bobot hingga mencapai 50% dari berat awal. Tekstur kompos yang baik adalah tetap lembab, remah, namun tidak menetes ketika diperas. Hasil pupuk kompos yang telah dilakukan fermentasi selama 14 hari .

Setelah 14 hari, pupuk kompos dikeluarkan dan dikeringkan kurang lebih 1 hari selanjutnya dimasukkan kembali ke dalam ember selama 1-2 hari. Setelah itu, pupuk kompos dapat digunakan.

ECO ENZYME

Langkah langkah pembuatan :

1) Siapkan alat bahan  yang dibutuhkan seperti limbah dapur seperti kulit buah dan sisa sayuran dll.

2) Potong kecil-kecil limbah dapur tersebut.

3) Timbang gula merah dan limbah dapur tersebut sehingga menghasilkan  perbandingan 1:3,

4) Siapkan pula  air hangat secukupnya sehingga membentuk perbandingan1 :3:10 antara   gula merah, limbah dapur, dan air.

5) Gula merah dilarutkan dengan  air hangat  dalam wadah plastik.

6) Masukan  limbah dapur ke dalam larutan gula merah yang telah dibuat,

7) Sisakan sedikit ruang pada wadah dan tutup wadah plastik dengan rapat sehingga tidak ada udara yang masuk.

8) Simpan wadah tersebut di tempat yang aman

Dalam prakteknya kami menggunakan sisa sayuran dan buah-buahan (sampah organik) yaitu dengan cara memasukkan sampah organik ke dalam wadah plastik dalam kemasan, kemudian diberi gula merah dan air dengan perbandingan yaitu 1:3:10. Contoh takaran 1 kg gula: 3 kg sampah organik: 10 kg air matang dirajang halus (direbus). Sama halnya dengan sabun, produk Eco Enzyme juga tidak bisa langsung digunakan langsung pada saat praktek pembuatan karena baru bisa dipanen setelah 3 bulan. Dalam kurun waktu 3 bulan tersebut setiap minggu buka tutup botol sekitar 10 detik untuk membuang gas karbon dioksida dan methana. Hal ini sesuai dengan yang pernah dilakukan oleh Bernadin (2017), lalu setelah 3 bulan disaring ampasnya. Ampas bisa jadi starter pembuatan selanjutnya dengan menambahkan seperti komposisi awal atau bisa juga dikomposkan. Setelah 90 hari (3 bulan ), ecoenzyme siap digunakan untuk membuat sabun.

KESIMPULAN

Pembuatan kompos melibatkan dekomposisi bahan-bahan organik menjadi pupuk alami melalui penumpukan lapisan bahan hijau dan coklat, pembalikan teratur, dan pengaturan kelembapan. Proses ini menghasilkan pupuk yang meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi sampah organik di tempat pembuangan sampah. Pembuatan eco enzyme melibatkan fermentasi bahan organik menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan cairan pembersih alami. Bahan alami seperti sisa buah dan sayuran dipilih untuk menghasilkan enzim pembuat sabun. Eco enzyme adalah alternatif ramah lingkungan dalam pembersihan, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya dan mendukung praktik berkelanjutan.

REFERENSI

Bernadin  Dwi  M,  Desmintari,  Yuhanijaya. (2017). “Pemberdayaan Masyarakat Desa Citeras Rangkasbitung melalui  Pengolahan  Sampah  dengan  Konsep  Eco-Enzyme dan Produk Kreatif yang Bernilai Ekonomi”. Sendimas Maranatha Vol. 2 No. 1.

Laana, A., Hendrik, A. C., & Nitsae, M. (2020). Pengaruh Pupuk Kompos Daun Sufmuti (Chromolaena odorata L) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L). Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 7(3), 115-125.

 

0 komentar:

Posting Komentar