Selasa, 21 November 2023

E4 Melakukan Eksperimen Mengelola Sampah - Sari Rizka & Rosita

 

Menciptakan Budaya Ramah Lingkungan: Membuat Parcel dari Kertas tak Terpakai Dan Membuat Kompos dari Sampah Organik

 

Psikologi Lingkungan Essay 4 Melakukan Eksperimen

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

 


Ditulis oleh:

Sari Rizka Yani   22310410001

Rosita                 22310410108

 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta


Pada tanggal 22 Oktober 2023 dimana eksperimen kreatif yang dilakukan di kediaman dosen kami Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA. selaku pengampu mata kuliah psikologi lingkungan, kegiatan yang dilakukan pada jam 09.00 tersebut menciptakan momen yang tidak hanya berkesan tetapi juga memberikan kontribusi positif pada upaya pengelolaan sampah dan pembuatan produk ramah lingkungan. Dalam eksperimen ini, fokus utama adalah mengubah kertas tak terpakai menjadi parcel yang kreatif dan membuat kompos dari sampah organik, membawa kesadaran akan pentingnya praktik berkelanjutan di tengah-tengah masyarakat. Pertumbuhan volume sampah terus meningkat, memberikan tekanan pada sistem pengelolaan sampah. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius. Oleh karena itu, mencari cara kreatif untuk mengelola sampah menjadi suatu kebutuhan mendesak. Kertas tak terpakai, seperti kalender, kardus bekas, seringkali diabaikan sebagai sampah padahal dapat dimanfaatkan kembali. Eksperimen ini bertujuan untuk menunjukkan potensi kreatif kertas tak terpakai dalam menciptakan sesuatu yang bermanfaat, yaitu parcel yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan.

Selain itu, eksperimen tersebut juga mencakup pembuatan kompos dari sampah organik. Sampah organik, yang sering diabaikan, dapat diubah menjadi pupuk alami yang berguna bagi tanaman. Proses ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada kesehatan tanah dan tanaman. Eksperimen ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi untuk mengajarkan masyarakat mengenai praktik berkelanjutan. Melakukan kegiatan kreatif seperti ini di rumah dosen memperkuat pesan bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan melalui tindakan sederhana namun bermakna. Tanggal 22 Oktober menjadi momentum awal untuk perubahan menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Parcel (paper bag). Masalah sampah kertas menjadi semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan populasi dan tingginya konsumsi produk berbahan kertas dalam masyarakat. Sampah kertas, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber polusi lingkungan yang serius. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengolah sampah kertas, salah satunya melalui transformasi menjadi paper bag yang dapat digunakan kembali. Dengan demikian, transformasi sampah kertas menjadi paper bag bukan hanya langkah menuju pengelolaan sampah yang lebih baik, tetapi juga kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam. Dalam pembuatan parcel atau paper bag ini, kami menggunkan kertas yang sudah tidak terpakai seperti kalender bekas tahun-tahun lalu.

Membuat paper bag dari kalender bekas adalah cara kreatif dan ramah lingkungan untuk mendaur ulang bahan yang sudah tidak terpakai. Berikut langkah-langkah sederhana untuk membuat paper bag dari kalender bekas:

Bahan-bahan yang Diperlukan:

1. Kalender bekas atau kertas tebal yang tidak terpakai

2. Gunting

3. Tali rami

4. Lem kertas

5. Perforator

6. Spidol

Langkah-Langkah: Satukan atau lem kalender bekas dengan sisi putih tanpa desain kalender berada pada sisi luar. Letakkan kertas kalender dengan sisi yang diinginkan menghadap ke bawah. Ukur setengah panjang kertas dan buat lipatan di tengah kertas. Lipat kedua sisi kertas menuju lipatan tengah. Untuk membentuk bagian bawah tas, Buka lipatan di bagian bawah kertas. Tekuk kedua sisi kertas ke dalam untuk membentuk bodem tas. Lipat kedua sisi ke dalam dan rekatkan atau lem ujungnya. Lipat kedua tepi atas tas ke dalam untuk memberikan kekuatan tambahan pada tepi tas. Rekatkan atau lem lipatan tersebut. Keringkan lem pada kertas terlebih dahulu sebelum membuat handle tas.

Setelah lem kering dan dirasa cukup kuat, lanjutkan dengan membuat handle pada tas dengan menggunakan perforator. Ikatkan tali rami pada lubang tas. Terakhir hiasi tas dengan gambar yang diinginkan menggunakan spidol.


Dengan mengubah sampah kertas menjadi paper bag tidak hanya mengurangi volume sampah kertas yang berakhir di tempat pembuangan sampah, tetapi juga memberikan solusi pengganti bagi produk kemasan sekali pakai yang umumnya terbuat dari bahan yang sulit terurai. Dengan mempelajari ini, kita dapat mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan proses daur ulang kertas tidak bisa diabaikan. Melalui transformasi sampah kertas menjadi produk yang dapat digunakan kembali, seperti paper bag, kita dapat menciptakan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah dan mendorong gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Transformasi sampah kertas menjadi paper bag bukan hanya langkah menuju pengelolaan sampah yang lebih baik, tetapi juga kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam.

Kompos. Sampah organik yang digunakan untuk eksperimen pembuatan kompos ini adalah sampah-sampah dari sisa makanan kami sendiri, seperti kulit pisang, kulit jeruk, kulit semangka, kulit kacang tanah, daun pisang pembungkus kue, dan lain-lain. Dan bahan-bahan pelengkap lainnya yang telah disediakan oleh ibu Shinta. seperti gentong tanah liat sebagai wadah kompos, gentong tanah liat karena tanah liat ada pori-porinya yang bisa mempercepat jadinya kompos. Arang yang sudah jadi abu, kompos lama, kulit telur, daun-daun yang sudah difermentasi, ampas kopi, daun sirih 50 lembar (petik di taman rumah), molase (tetes tebu), ema (untuk tanaman), trichoderma (anti jamur), kulit bawang merah dan bawang putih, dedak, anfush, garam, dan grajen (serbuk kayu).

Adapun langkah pembuatan kompos yaitu pertama ; sediakan baskom (ukuran besar) sebagai wadah adonan bahan-bahan kompos, kulit buah diiris kecil-kecil agar cepat memproses penguraian, dengan memperkecil ukuran, bakteri dan mikroorganisme akan lebih mudah mengurai bahan tersebut.



Kedua; masukkan bahan-bahan kedalam baskom yaitu kompos lama, abu arang disaring, kulit telur yang sudah dihancurkan, lalu di aduk sampai merata. kemudian masukkan irisan sampah organik tadi dan fermentasi kulit buah sisa dari ekoenzim, ampas kopi, irisan daun sirih, molase (molase ini bakteri untuk menguraikan adonan), ema sebanyak 6 tutup botol lalu diaduk sampai merata. kemudian masukkan campuran trichoderma, fermentasi kulit bawang merah dan bawang putih (untuk menghindari serangga), dedak, anfush, garam dan grajen, lalu diaduk sampai merata.



Tambahkan air, pastikan tumpukan kompos selalu lembab, tetapi tidak terlalu basah. Jika terlalu kering, tambahkan air. Jika terlalu basah, tambahkan bahan kering seperti daun. Langkah terakhir yaitu memasukkan kompos dalam gentong tanah liat yang telah diberi bantal dari potongan kardus, lalu ditutup selama 14 hari. Proses penguraian kompos akan memakan waktu. Dalam beberapa minggu atau bulan untuk menjadi pupuk matang, tergantung pada kondisi dan bahan yang digunakan, kompos akan menjadi bahan organik yang subur. Biarkan waktu untuk proses penguraian. Setelah kompos menjadi matang, Kita dapat menggunakannya sebagai pupuk untuk tanaman. Pupuk kompos ini kaya akan nutrisi dan membantu meningkatkan struktur tanah. Selama proses ini, penting untuk diingat bahwa kesabaran dan konsistensi sangat diperlukan. Apalagi sebagai pemula atau pertama kali membuat kompos. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kita dapat membuat kompos yang baik untuk kebun atau tanaman kita.

Kegiatan ini bukan hanya sekadar upaya mengelola sampah organik, tetapi juga merupakan kontribusi nyata terhadap keberlanjutan lingkungan dan pertanian. Proses komposasi tidak hanya mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah, melainkan juga menghasilkan pupuk organik yang kaya nutrisi. Membuat kompos juga mengembalikan siklus alamiah bahan organik ke dalam tanah. Pada dasarnya, komposasi adalah simulasi dari proses alamiah dekomposisi, tetapi dalam kondisi yang dikontrol. Dengan demikian, kita turut berkontribusi pada pemulihan dan pelestarian keberlanjutan siklus hidup alam. Proses pembuatan kompos bukan hanya melibatkan tindakan fisik, tetapi juga melibatkan penyampaian pesan edukasi. Dengan melakukan eksperimen ini, kita dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah organik, konsep daur ulang, dan manfaat lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan seperti ini. Dengan demikian, membuat kompos bukan hanya sekadar tindakan praktis, tetapi merupakan langkah nyata menuju pengelolaan sampah yang berkelanjutan, pemulihan ekosistem, dan pembentukan pola pikir yang lebih peduli terhadap lingkungan.

0 komentar:

Posting Komentar