Menciptakan
Budaya Ramah Lingkungan: Membuat
Parcel dari Kertas tak Terpakai Dan Membuat Kompos dari Sampah Organik
Psikologi Lingkungan Essay 4
Melakukan Eksperimen
Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI
SHINTA MA
Ditulis oleh:
Sari Rizka Yani 22310410001
Rosita 22310410108
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pada tanggal 22 Oktober 2023 dimana eksperimen kreatif yang dilakukan di kediaman dosen kami Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA. selaku pengampu mata kuliah psikologi lingkungan, kegiatan yang dilakukan pada jam 09.00 tersebut menciptakan momen yang tidak hanya berkesan tetapi juga memberikan kontribusi positif pada upaya pengelolaan sampah dan pembuatan produk ramah lingkungan. Dalam eksperimen ini, fokus utama adalah mengubah kertas tak terpakai menjadi parcel yang kreatif dan membuat kompos dari sampah organik, membawa kesadaran akan pentingnya praktik berkelanjutan di tengah-tengah masyarakat. Pertumbuhan volume sampah terus meningkat, memberikan tekanan pada sistem pengelolaan sampah. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius. Oleh karena itu, mencari cara kreatif untuk mengelola sampah menjadi suatu kebutuhan mendesak. Kertas tak terpakai, seperti kalender, kardus bekas, seringkali diabaikan sebagai sampah padahal dapat dimanfaatkan kembali. Eksperimen ini bertujuan untuk menunjukkan potensi kreatif kertas tak terpakai dalam menciptakan sesuatu yang bermanfaat, yaitu parcel yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
Selain itu, eksperimen tersebut juga mencakup pembuatan kompos dari sampah organik. Sampah organik, yang sering diabaikan, dapat diubah menjadi pupuk alami yang berguna bagi tanaman. Proses ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada kesehatan tanah dan tanaman. Eksperimen ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi untuk mengajarkan masyarakat mengenai praktik berkelanjutan. Melakukan kegiatan kreatif seperti ini di rumah dosen memperkuat pesan bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan melalui tindakan sederhana namun bermakna. Tanggal 22 Oktober menjadi momentum awal untuk perubahan menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Parcel (paper bag). Masalah sampah kertas menjadi semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan populasi dan tingginya konsumsi produk berbahan kertas dalam masyarakat. Sampah kertas, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber polusi lingkungan yang serius. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengolah sampah kertas, salah satunya melalui transformasi menjadi paper bag yang dapat digunakan kembali. Dengan demikian, transformasi sampah kertas menjadi paper bag bukan hanya langkah menuju pengelolaan sampah yang lebih baik, tetapi juga kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam. Dalam pembuatan parcel atau paper bag ini, kami menggunkan kertas yang sudah tidak terpakai seperti kalender bekas tahun-tahun lalu.
Membuat paper bag dari kalender bekas
adalah cara kreatif dan ramah lingkungan untuk mendaur ulang bahan yang sudah
tidak terpakai. Berikut langkah-langkah sederhana untuk membuat paper bag dari
kalender bekas:
Bahan-bahan yang Diperlukan:
1. Kalender bekas atau kertas tebal
yang tidak terpakai
2. Gunting
3. Tali rami
4. Lem kertas
5. Perforator
6. Spidol
Langkah-Langkah: Satukan atau lem kalender bekas dengan sisi putih tanpa desain kalender berada pada sisi luar. Letakkan kertas kalender dengan sisi yang diinginkan menghadap ke bawah. Ukur setengah panjang kertas dan buat lipatan di tengah kertas. Lipat kedua sisi kertas menuju lipatan tengah. Untuk membentuk bagian bawah tas, Buka lipatan di bagian bawah kertas. Tekuk kedua sisi kertas ke dalam untuk membentuk bodem tas. Lipat kedua sisi ke dalam dan rekatkan atau lem ujungnya. Lipat kedua tepi atas tas ke dalam untuk memberikan kekuatan tambahan pada tepi tas. Rekatkan atau lem lipatan tersebut. Keringkan lem pada kertas terlebih dahulu sebelum membuat handle tas.
Setelah lem kering dan dirasa cukup
kuat, lanjutkan dengan membuat handle pada tas dengan menggunakan perforator.
Ikatkan tali rami pada lubang tas. Terakhir hiasi tas dengan gambar yang
diinginkan menggunakan spidol.
Dengan mengubah sampah kertas menjadi
paper bag tidak hanya mengurangi volume sampah kertas yang berakhir di tempat
pembuangan sampah, tetapi juga memberikan solusi pengganti bagi produk kemasan
sekali pakai yang umumnya terbuat dari bahan yang sulit terurai. Dengan
mempelajari ini, kita dapat mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan proses
daur ulang kertas tidak bisa diabaikan. Melalui transformasi sampah kertas
menjadi produk yang dapat digunakan kembali, seperti paper bag, kita dapat
menciptakan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah dan mendorong gaya
hidup yang lebih berkelanjutan. Transformasi sampah kertas menjadi paper bag
bukan hanya langkah menuju pengelolaan sampah yang lebih baik, tetapi juga
kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya
alam.
Kompos. Sampah organik yang digunakan untuk eksperimen pembuatan kompos ini adalah sampah-sampah dari sisa makanan kami sendiri, seperti kulit pisang, kulit jeruk, kulit semangka, kulit kacang tanah, daun pisang pembungkus kue, dan lain-lain. Dan bahan-bahan pelengkap lainnya yang telah disediakan oleh ibu Shinta. seperti gentong tanah liat sebagai wadah kompos, gentong tanah liat karena tanah liat ada pori-porinya yang bisa mempercepat jadinya kompos. Arang yang sudah jadi abu, kompos lama, kulit telur, daun-daun yang sudah difermentasi, ampas kopi, daun sirih 50 lembar (petik di taman rumah), molase (tetes tebu), ema (untuk tanaman), trichoderma (anti jamur), kulit bawang merah dan bawang putih, dedak, anfush, garam, dan grajen (serbuk kayu).
Adapun langkah pembuatan kompos yaitu pertama ; sediakan
baskom (ukuran besar) sebagai wadah adonan bahan-bahan kompos, kulit buah
diiris kecil-kecil agar cepat memproses penguraian, dengan memperkecil ukuran,
bakteri dan mikroorganisme akan lebih mudah mengurai bahan tersebut.
Kedua; masukkan bahan-bahan kedalam baskom yaitu kompos
lama, abu arang disaring, kulit telur yang sudah dihancurkan, lalu di aduk
sampai merata. kemudian masukkan irisan sampah organik tadi dan fermentasi
kulit buah sisa dari ekoenzim, ampas kopi, irisan daun sirih, molase (molase
ini bakteri untuk menguraikan adonan), ema sebanyak 6 tutup botol lalu diaduk
sampai merata. kemudian masukkan campuran trichoderma, fermentasi kulit bawang
merah dan bawang putih (untuk menghindari serangga), dedak, anfush, garam dan
grajen, lalu diaduk sampai merata.
Tambahkan air, pastikan tumpukan kompos selalu lembab, tetapi tidak terlalu basah. Jika terlalu kering, tambahkan air. Jika terlalu basah, tambahkan bahan kering seperti daun. Langkah terakhir yaitu memasukkan kompos dalam gentong tanah liat yang telah diberi bantal dari potongan kardus, lalu ditutup selama 14 hari. Proses penguraian kompos akan memakan waktu. Dalam beberapa minggu atau bulan untuk menjadi pupuk matang, tergantung pada kondisi dan bahan yang digunakan, kompos akan menjadi bahan organik yang subur. Biarkan waktu untuk proses penguraian. Setelah kompos menjadi matang, Kita dapat menggunakannya sebagai pupuk untuk tanaman. Pupuk kompos ini kaya akan nutrisi dan membantu meningkatkan struktur tanah. Selama proses ini, penting untuk diingat bahwa kesabaran dan konsistensi sangat diperlukan. Apalagi sebagai pemula atau pertama kali membuat kompos. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kita dapat membuat kompos yang baik untuk kebun atau tanaman kita.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar upaya mengelola sampah
organik, tetapi juga merupakan kontribusi nyata terhadap keberlanjutan
lingkungan dan pertanian. Proses komposasi tidak hanya mengurangi volume sampah
yang berakhir di tempat pembuangan sampah, melainkan juga menghasilkan pupuk
organik yang kaya nutrisi. Membuat kompos juga mengembalikan siklus alamiah bahan
organik ke dalam tanah. Pada dasarnya, komposasi adalah simulasi dari proses
alamiah dekomposisi, tetapi dalam kondisi yang dikontrol. Dengan demikian, kita
turut berkontribusi pada pemulihan dan pelestarian keberlanjutan siklus hidup
alam. Proses pembuatan kompos bukan hanya melibatkan tindakan fisik, tetapi
juga melibatkan penyampaian pesan edukasi. Dengan
melakukan eksperimen ini, kita dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
mengelola sampah organik, konsep daur ulang, dan manfaat lingkungan yang
dihasilkan dari kegiatan seperti ini. Dengan demikian, membuat kompos bukan hanya sekadar tindakan
praktis, tetapi merupakan langkah nyata menuju pengelolaan sampah yang
berkelanjutan, pemulihan ekosistem, dan pembentukan pola pikir yang lebih
peduli terhadap lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar