Rabu, 27 Desember 2023

Esai UAS Psikologi Lingkungan Thoriq Safrizal (22310410084)

 

 Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sampah di Indonesia: Tantangan dan Peran Unilever dalam Pembinaan Bank Sampah

Esai Ujian Akhir Semester

Thoriq Safrizal

NIM : 22310410084




    Indonesia, termasuk Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya, menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan sampah. Meskipun pemerintah telah mendirikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), jumlah sampah yang terus bertambah dan sistem pengolahan yang belum optimal masih menyebabkan permasalahan lingkungan yang signifikan. Meskipun sudah ada undang-undang yang mengatur pengelolaan sampah, implementasinya masih menemui hambatan, terutama dalam hal partisipasi masyarakat.

Aspek sosial budaya menjadi kunci dalam memahami mengapa masyarakat sering kali "membangkang" terhadap perintah undang-undang terkait pengolahan sampah. Persepsi masyarakat terhadap sampah sering kali menjadi faktor penentu dalam perilaku mereka terhadap pengelolaan sampah. Untuk memahami hubungan antara persepsi dan perilaku, kita dapat melihat studi kasus tentang bagaimana masyarakat di suatu wilayah mengatasi masalah lingkungan, seperti yang terjadi di Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur.

Dalam kasus Bangsring pada tahun 1970-an, terumbu karang mengalami kerusakan parah karena praktik penangkapan ikan yang merusak lingkungan. Seorang nelayan di kawasan tersebut memiliki persepsi yang berbeda dari kebanyakan. Ia melihat terumbu karang sebagai kunci untuk meningkatkan pendapatan dan menjaga lingkungan dengan cara menanam kembali terumbu karang. Meskipun masyarakat sekitar memiliki persepsi yang beragam tentang kondisi lingkungan, perbedaan persepsi ini membawa pada perilaku yang berbeda pula. Ada yang pro lingkungan, seperti nelayan yang berusaha melestarikan terumbu karang, dan ada yang merusak lingkungan karena melihatnya sebagai hambatan atau pekerjaan yang memakan waktu.

Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah hasil dari cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Setiap individu memiliki pengalaman, nilai-nilai, dan latar belakang budaya yang memengaruhi cara mereka mempersepsikan lingkungan. Dalam konteks pengelolaan sampah di Indonesia, persepsi terhadap sampah juga dapat dipahami melalui lensa ini.

Perilaku masyarakat terhadap sampah mencerminkan dinamika antara persepsi, nilai-nilai budaya, dan kebutuhan ekonomi. Banyak orang melihat sampah sebagai masalah yang mengganggu, dan pengolahan sampah dianggap sebagai tugas yang merepotkan. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, kebanyakan masyarakat lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar mereka daripada pada upaya pelestarian lingkungan.

Namun, untuk mengatasi masalah ini, langkah konkret perlu diambil. Salah satu contoh perusahaan yang berperan aktif dalam mengubah paradigma masyarakat terhadap sampah di Indonesia adalah Unilever. Perusahaan ini tidak hanya melibatkan diri dalam mematuhi peraturan terkait lingkungan, tetapi juga terlibat dalam pembinaan bank sampah sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mereka.

Unilever dan Peran Mereka dalam Pembinaan Bank Sampah

Piramida Carroll adalah sebuah model yang dapat digunakan untuk memahami dan mengevaluasi tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Model ini mencakup empat tingkatan tanggung jawab: ekonomi, hukum, etika, dan filantropi. Dalam konteks Unilever dan pembinaan bank sampah, mari kita lihat bagaimana perusahaan ini berperan dalam masing-masing tingkatan.

·       Tanggung Jawab Ekonomi: Unilever, sebagai perusahaan multinasional, memiliki tanggung jawab ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja, membayar pajak, dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian negara. Dengan terlibat dalam pembinaan bank sampah, Unilever menciptakan peluang ekonomi baru untuk masyarakat setempat. Bank sampah dapat menjadi sumber pendapatan bagi warga yang terlibat dalam kegiatan pengumpulan dan pengolahan sampah.

·       Tanggung Jawab Hukum: Unilever tunduk pada berbagai regulasi dan undang-undang terkait lingkungan dan pengelolaan sampah. Dengan membina bank sampah, Unilever tidak hanya memenuhi kewajiban hukumnya tetapi juga menciptakan inisiatif yang mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi masalah sampah.

·       Tanggung Jawab Etika: Unilever memiliki tanggung jawab etika untuk bertindak secara adil dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, perusahaan tersebut tidak hanya memproses produk secara etis tetapi juga terlibat dalam kegiatan yang mendukung pemulihan dan pelestarian lingkungan. Membantu masyarakat setempat membina bank sampah adalah langkah etis untuk mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan.

·       Tanggung Jawab Filantropi: Di tingkat filantropi, Unilever berkontribusi pada pembinaan bank sampah sebagai bentuk dukungan sosial. Mereka tidak hanya memberikan bantuan finansial tetapi juga berbagi pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan bank sampah.

Manfaat Pembinaan Bank Sampah oleh Unilever

·       Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Dengan membina bank sampah, Unilever membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah. Masyarakat menjadi lebih teredukasi tentang cara memilah sampah, mendaur ulang, dan menjaga lingkungan.

·       Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal: Pembinaan bank sampah menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal. Warga yang terlibat dalam kegiatan ini dapat mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan barang daur ulang.

2. Peran Unilever dalam Pembinaan Bank Sampah: Analisis Melalui Piramida Carroll

Piramida Carroll adalah kerangka kerja etika bisnis yang mengidentifikasi dan mengukur tanggung jawab sosial perusahaan dalam lima tingkatan: ekonomi, hukum, etika, kegiatan sukarela, dan tanggung jawab filantropi. Dalam konteks peran Unilever dalam pembinaan bank sampah, kita dapat menganalisis kontribusi perusahaan ini melalui setiap tingkatan dalam Piramida Carroll.

1. Tanggung Jawab Ekonomi:

Tanggung jawab ekonomi mengacu pada kewajiban perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Unilever, sebagai perusahaan konsumen global, memiliki peran signifikan dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memberikan kontribusi pada ekonomi Indonesia.

Dalam konteks pembinaan bank sampah, Unilever melibatkan masyarakat lokal untuk menjadi bagian dari rantai nilai ekonomi melalui pengelolaan sampah. Ini menciptakan peluang ekonomi baru, terutama bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan bank sampah, seperti pengumpulan, pemilahan, dan daur ulang sampah.

2. Tanggung Jawab Hukum:

Tanggung jawab hukum mencakup kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku. Unilever telah berperan aktif dalam mematuhi peraturan terkait lingkungan dan pengelolaan sampah di Indonesia. Kolaborasi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait menjadi bagian integral dari upaya mereka untuk beroperasi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Penting untuk dicatat bahwa dalam konteks tanggung jawab hukum, Unilever juga berfokus pada mengurangi dampak lingkungan dan memastikan bahwa kegiatan mereka sejalan dengan regulasi lingkungan yang ada. Mereka mungkin terlibat dalam inisiatif penurunan emisi karbon, penggunaan bahan baku yang berkelanjutan, dan langkah-langkah lain untuk meminimalkan jejak lingkungan.

3. Tanggung Jawab Etika:

Tanggung jawab etika mencakup keputusan dan tindakan perusahaan yang mencerminkan norma-norma moral dan prinsip etika. Unilever, melalui pembinaan bank sampah, dapat dianggap memenuhi kriteria tanggung jawab etika ini. Mereka tidak hanya mengelola sampah secara efisien tetapi juga berkontribusi pada perubahan perilaku masyarakat terkait pengelolaan sampah.

Pentingnya pendekatan berkelanjutan dan peduli lingkungan dalam kegiatan Unilever menunjukkan komitmen perusahaan terhadap etika bisnis yang lebih tinggi. Pengelolaan sampah yang bertanggung jawab adalah cermin dari nilai-nilai perusahaan terkait keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang.

4. Tanggung Jawab Kegiatan Sukarela:

Tanggung jawab kegiatan sukarela mencakup inisiatif yang dilakukan di luar kewajiban hukum dan ekonomi. Unilever, melalui pembinaan bank sampah, dapat dilihat sebagai pelaku utama dalam kegiatan sukarela yang memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan.

Contoh konkret dari kegiatan sukarela ini adalah investasi Unilever dalam pendidikan dan pelatihan terkait pengelolaan sampah. Pelatihan ini dapat mencakup teknik pengelolaan sampah, aspek kebersihan lingkungan, dan kemampuan lain yang diperlukan untuk mengelola bank sampah dengan efektif. Langkah ini melampaui kebutuhan dasar bisnis dan menciptakan nilai tambah untuk masyarakat setempat.

5. Tanggung Jawab Filantropi:

Tanggung jawab filantropi adalah kontribusi perusahaan untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan tanpa mengharapkan imbalan finansial. Dalam hal ini, Unilever, melalui pembinaan bank sampah, dapat dianggap sebagai filantropis karena memberikan dukungan dan sumber daya untuk kegiatan yang melebihi kewajiban bisnis mereka.

Dukungan finansial dan non-finansial Unilever terhadap bank sampah menciptakan dampak jangka panjang pada tingkat sosial dan lingkungan. Ini mencakup pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah.

Tantangan dan Peluang untuk Masa Depan:

Meskipun kontribusi positif Unilever dalam pembinaan bank sampah, tantangan yang muncul tidak dapat diabaikan. Perubahan regulasi, keberlanjutan keuangan, dan resistensi sosial budaya dapat menjadi hambatan dalam mencapai tujuan pembinaan bank sampah.

Untuk mengatasi tantangan ini, Unilever dapat mengambil pendekatan holistik. Ini melibatkan kemitraan yang lebih erat dengan pemerintah untuk membentuk kebijakan yang mendukung, inovasi dalam model bisnis untuk memastikan keberlanjutan finansial, dan upaya berkelanjutan untuk membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat.

Pentingnya evaluasi berkelanjutan dalam mengukur dampak pembinaan bank sampah juga perlu diperhatikan. Evaluasi ini dapat membantu Unilever memperbaiki dan mengoptimalkan program mereka, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan lingkungan.

Kesimpulan:

Unilever, melalui pembinaan bank sampah, telah memainkan peran yang signifikan dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Dengan memerhatikan setiap tingkatan dalam Piramida Carroll, perusahaan ini tidak hanya memenuhi kewajiban ekonomi dan hukum tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap etika bisnis, kegiatan sukarela, dan tanggung jawab filantropi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related Posts:

  • BEGITU BERHARGANYA KAMU SAHABAT Begitu Berharganya Kamu SAHABATTulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas UTS psikologi sosial Dosen Pengampu Dr.Arundati Shinta, M.AOleh WENING RAHMAWATI20310410003KELAS REGULER AUNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAK… Read More
  • WALAU BERAKHIR BERPISAH JAUH, PERSAHABATAN INI ADALAH HAL YANG PALING TERINDAH  Tulisan ini untuk Ujian Mid Psikologi Sosial II Semester Tiga Rosita Permatahati, 20310410075, Psikologi Kelas A Dosen Pengampu : DR. Arundati Shinta, M.A. FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA &n… Read More
  • Arti Sebuah PersahabatTulisan ini untuk memenuhi Ujian Tengah Semester GanjilPsikologi Sosial IIDosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, M.AOleh:Destyara Zulfa Ramadhani20310410054Kelas AFakultas PsikologiUniversitas Proklamasi 45 Yogyakarta … Read More
  • PERAN SAHABAT DARI SISI PSIKOLOGI SOSIAL  v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} Normal 0 false false false false EN-U… Read More
  • BERSAHABATLAH SAMPAI SEMESTA MEMISAHKAN KITA Bersahabatlah Sampai Semesta Memisahkan Kita Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial IINama  Siti Harnisa Taonu / 20310410016Prodi Psikologi Regular Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta&n… Read More

0 komentar:

Posting Komentar