Kegiatan Before-After
Essay 3
Psikologi Lingkungan
Septi Iing Hijjriyah
22310410132
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Ruang publik biasanya cenderung kotor karena banyak sampah yang
berserakan dan bersifat kumuh, terutama di Indonesia. Baik itu sungai, pantai, gunung,
terminal, dan di beberapa titik tempat umum lainnya. Hal tersebut disebabkan
karena padatnya lalu-lalang masyarakat di sekitaran wilayah tersebut hingga
berpeluang lebih banyak mengalami penumpukan sampah, pencemaran lingkungan, dan
ditambah lagi kurangnya rasa aware di tengah-tengah masyarakat kita terhadap
lingkungan sekitar. Boleh dibilang, hal ini terjadi pada salah satu lokasi yang
saya jadikan sebagai target pembersihan sampah berikut.
Beberapa pekan lalu saya melakukan aksi pembersihan pada Minggu, 1
Oktober 2023 di wilayah Timoho. Kegiatan pembersihan saya lakukan kiranya pukul
12.15 WIB dan berakhir pada pukul 15.00 WIB menjelang waktu Ashar. Lokasi pembersihan
yang saya lakukan ini bertempat di wilayah Timoho, Jalan Muja-Muju, Yogyakarta.
Gambaran wilayah ini bisa dibilang memprihatinkan karena penampakannya bisa
terekspos langsung oleh mata saat melintas di jalanan tersebut. Lokasinya yang
tepat berada di pinggir jalan yang lumayan ramai kendaraan, membuat bau
menyengat yang berasal dari sampah-sampahnya dapat tercium jelas dan pekat. Penampakan
areanya saat sebelum dibersihkan dapat dilihat dari gambar di bawah ini.
Tampak dari gambar tersebut, sampah yang berserakan didominasi oleh
sampah plastik dengan corak warna yang beragam. Bisa dilihat pula di beberapa
spot-nya ada bekas-bekas pembakaran (berwarna hitam bekas pembakaran sampah).
Selain sampah plastik dan sampah bekas makanan, saya juga menemukan
sampah styrofoam bekas yang tergeletak tak jauh dari area tersebut.
Sebenarnya, jika ditilik dari wujud lokasinya, sepertinya area ini
bukan tempat pembuangan resmi layaknya TPS pada umumnya. Penilaian sementara
tersebut lahir di benak saya karena dilihat dari bagaimana penataan dan letak
lokasinya. Ada sekitar dua bangunan (saung) dari bambu yang terbengkalai
begitu saja tak jauh dari area tersebut. Diduga dua bangunan tadi bekas seperti
kedai atau warung yang sudah tak terpakai. Selain itu, banyak sekali berserakan
sampah yang terkesan tak terurus, itu artinya berpeluang tidak adanya petugas
yang rutin membersihkan area tadi dan membawa sampah-sampahnya ke TPA. Diduga sampah
tersebut berasal dari warga setempat dan beberapa orang yang melintas di
jalanan sekitar lokasi.
Setelah proses pembersihan yang berjalan kurang lebih tiga jam,
hasil dan perbedaannya pun mulai terlihat. Saya rasa, dalam proses pembersihan
berlangsung tidak ada hambatan yang terlalu berpengaruh. Hanya saja cuaca yang
sangat panas dan menyengat yang membuat kulit sedikit gosong pasca membersihkan
tempat tersebut.
Hasil sampah yang terkumpul tadi saya masukkan ke dalam kantong
hitam berukuran lumayan besar, sebelum akhirnya saya bawa untuk diserahkan pada
petugas kebersihan di lokasi TPS terdekat. Berikut penampakan lokasinya pasca
dilakukan pembersihan.
Meski bekas pembakaran di beberapa titiknya belum menghilang,
setidaknya sampah-sampah yang mengganggu dan memberi kesan kumuh tadi sudah
diungsikan di tempat yang seharusnya. Kebetulan saat hendak meletakkan hasil
pengumpulan sampah tadi di TPS, saya bertemu dengan mobil armada yang sedang
bertugas. Jadi, sampah-sampah hasil pengumpulan tadi langsung dibawa mobil
armada menuju TPA.
Selepas kegiatan ini, harapannya hanya satu meski tidak mudah, semoga karakter aware tadi dapat terbangun dalam tiap-tiap sendi kehidupan masyarakat. Agar lingkungan tidak mengalami sikap pembengkalaian seperti tadi. Karakter tersebut dapat diwujudkan dengan cara sosialisasi, mulai dari kepekaan insting untuk membuang sampah pada tempatnya, memilah, mengolah, hingga akhirnya sampai pada tahap menyulap sampah menjadi sesuatu yang punya nilai dan berharga.
0 komentar:
Posting Komentar