Essay 4 Ujian tengah semester (UTS) psikologi lingkungan hubungan persepsi dan perilaku manusia mengenai sampah 
Nama : Yoni R. Tamim 
Nim : 22310410092
Kelas : reguler A1
Dosen pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Pendahuluan
Kita menyadari bahwa sampah akan terus diproduksi dan tidak akan berhenti selama manusia tetap ada, pertumbuhan penduduk dan gaya hidup masyarakat kita yang semakin modem merupakan salah satu pemicu permasalahan sampah.Sampah umumnya dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia sehari -hari. Dan hingga saat ini, sampah telah menjadi masalah yang cukup berbahaya bagi kehidupan. Dan walaupun petugas kebersihan telah menjalankan tugasnya dengan optimal, namun bila perilaku masyarakat tidak mendukung penanganan sampah secara baik dan benar, maka lingkungan tetap tidak terjaga. Atas dasar itu, timbul pertanyaan serta pemikiran mengenai perilaku masyarakat terhadap sampah sebenarnya dan faktor apa yang mempengaruhi perilaku masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran perilaku masyarakat akan sampah beserta pengelolaannya serta mengidentifikasi faktor -faktor yang menjadi penyebab serta berpengaruh terhadap belum pedulinya masyarakat akan keberadaan sampah.
Pembahasan
Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah dipengaruhi oleh be-berapa faktor di antaranya adalah faktor pemungkin salah satunya adalah pengetahuan masyarakat belum mengetahui tentang sumber-sumber sampah, cara memilah sampah dan manfaat dari pengelolaan sampah yang baik. Faktor pendukung lain yang mempengaruhi adalah kurangnya fasilitas untuk mengelola sampah seperti tidak tersedianya tempat sampah pada setiap rumah tangga, tidak tersedianya tempat pembuangan sampah sementara, tidak ada petugas pengangkut sampah, dan tidak adanya kendaraan pengangkut sampah.
Menurut Notoatmodjo pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pendidikan, informasi dan budaya. Tingkat Pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal–hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal–hal baru tersebut, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah berdampak pada perilaku masyarakat dalam mengelola sampah yang kurang baik. Perilaku mengelola sampah yang baik akan terwujud apabila masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik serta kesadaran untuk mengelola sampah dengan baik. Dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan jumlah produksi sampah yang semakin tinggi, dengan karakteristik yang semakin banyak menuntut masyarakat berperilaku yang baik dalam mengelola sampah agar lingkungan tetap bersih, aman dan nyaman bagi kehidupan.
Persepsi masyarakat terhadap lingkungan yang sehat dan bersih berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2005) menunjukkan bahwa semakin baik persepsi ibu-ibu rumah tangga terhadap kebersihan lingkungan, maka semakin baik partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan. Penelitian Manurung (2008) juga menunjukkan hasil yang sama, siswa yang memiliki persepsi bahwa lingkungan bersih merupakan hal yang penting akan cenderung berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Hapsari (2012) mengenai persepsi dan partisipasi menunjukkan bahwa persepsi memiliki hubungan langsung dengan tingkat partisipasi masyarakat.
Talcott Parsons (Sosiolog asal amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sistem sosial adalah suatu pola interaksi sosial yang terdiri dari komponen-komponen sosial yang teratur dan melembaga. Wujud dari sistem sosial yang berkembang di masyarakat adalah terbangunnya struktur masyarakat yang saling membutuhkan, saling ketergantungan, saling berhubungan dan saling melengkapi. Keteraturan merupakan norma dari sistem yang ada. Akan tetapi bila dalam sistem sosial terjadi penyelewengan atau penyimpangan dari norma, maka sistem akan menyesuaikan diri dan mencoba untuk kembali ke keadaan semula. Sehingga dengan demikian dari hasil kajian ini ditemukan bahwa ternyata terdapat hubungan antar persepsi dan perilaku, sehingga kajian ini dapat memperkuat terori terori sosial, antara lain: konsep fenomenologi Weber bahwa makna (sinn) membedakan tindakan manusia dengan perilaku reaktif; Konsep ini membuka analisis terhadap pemahaman interpretatif dalam sosiologi, bahwa setiap perilaku manusia didasarkan atas pemahaman/persepsinya tentang sesuatu; kemudian Proposisi Nilai, dari Romans dan Peter Blau yang menjelaskan bahwa semakin bermanfaat hasil tindakan seseorang bagi dirinya maka akan semakin besar kemungkinan tindakan tersebut diulangi; dan mendukung teori Perilaku Sosial dari B.F. Skinner bahwa perilaku masyarakat lahir juga akibat adanya pengaruh dari mana masyarakat itu berada atau bernaung artinya faktor eksternal atau faktor lingkungan menimbulkan perubahan tingkah laku.
Kesimpulan
walaupun secara sosial persepsi masyarakat terhadap sampah sudah mulai bergeser pada kesadaran pentingnya pengolahan sampah, namun peran dan fungsi tokoh masyarakat dan tokoh agama dan pendampingan pemerintah yang selama ini sudah berjalan dengan baik hendaknya tetap dipelihara sebagai upaya untuk terus menerus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan mempertahankan kesedaran kolektif akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan demikian, implikasi praktis yang dapat diambil dalam kajian ini adalah bahwa perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus, sehingga dapat membentuk persepsi dan perilaku yang positif dalam masyarakat.
Daftar pustaka : 
Agustinus A. Manengkey, K. S. (2014, maret 1). Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Tentang Sampah Di Kota Manado. Jurnal Realitas, VOL 1 NO 1, 1-15.
 
0 komentar:
Posting Komentar