Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Klinik Psikologi

Kamis, 17 Oktober 2024

FORMAT E6- MENULIS TIPS-TIPS: Dorongan Berprestasi dan Kewirausahaan: Dua Kunci Menuju Kesuksesan_ Sari Rizka Yani_22310410001_SJ

Dorongan Berprestasi dan Kewirausahaan: Dua Kunci Menuju Kesuksesan

PSIKOLOGI INOVASI

E6-MENULIS TIPS-TIPS TENTANG RESILIENSI/DORONGAN BEPRESTASI/KETANGGUHAN,ENTREPRENEURSHIP/KETEKUNAN/PEKA TERHADAP PERUBAHAN/PERENCANAAN TERHADAP PERUBAHAN/MENJADI SURI TAULADAN

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

Nama : Sari Rizka Yani

Nim : 22310410001


Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi

2024




Dalam dunia yang semakin kompetitif, dorongan untuk berprestasi dan semangat kewirausahaan menjadi dua elemen kunci yang saling terkait dalam mencapai kesuksesan. Kedua aspek ini tidak hanya penting bagi individu yang ingin mencapai tujuan pribadi, tetapi juga bagi mereka yang bercita-cita untuk membangun bisnis yang sukses. Tulisan ini akan membahas dua tips yang berhubungan: menetapkan tujuan yang jelas dan mengembangkan mindset inovatif.

Menetapkan tujuan yang jelas adalah langkah pertama yang krusial dalam proses mencapai prestasi tinggi. Tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan waktu terbatas (SMART) memberikan arah dan fokus bagi individu. Dalam konteks kewirausahaan, memiliki tujuan yang jelas membantu pengusaha memahami visi dan misi bisnis mereka. Misalnya, seorang wirausahawan yang ingin meluncurkan produk baru harus menetapkan tujuan terkait dengan target pasar, strategi pemasaran, dan waktu peluncuran. Dengan menetapkan tujuan yang jelas, individu dapat memecah proses besar menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dikelola. Hal ini tidak hanya meningkatkan motivasi tetapi juga memberikan rasa pencapaian saat setiap langkah berhasil dilalui. Dalam dunia kewirausahaan, pencapaian kecil ini bisa menjadi pendorong untuk terus maju meskipun menghadapi tantangan.

Sementara menetapkan tujuan adalah langkah awal, mengembangkan mindset inovatif adalah kunci untuk menghadapi tantangan dan menciptakan peluang baru. Mindset inovatif memungkinkan individu untuk berpikir kreatif dan menemukan solusi baru untuk masalah yang ada. Dalam konteks kewirausahaan, kemampuan untuk berinovasi sangat penting untuk tetap relevan di pasar yang terus berubah. Seorang wirausahawan dengan mindset inovatif tidak hanya melihat masalah sebagai hambatan tetapi juga sebagai peluang untuk berkembang. Misalnya, ketika menghadapi persaingan ketat, seorang pengusaha dapat mencari cara baru untuk meningkatkan produk atau layanan mereka agar lebih menarik bagi pelanggan. Inovasi tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang sepenuhnya baru; sering kali itu adalah tentang memperbaiki apa yang sudah ada. Menetapkan tujuan yang jelas dan mengembangkan mindset inovatif saling melengkapi satu sama lain. Tanpa tujuan yang jelas, inovasi bisa menjadi tidak terarah dan kehilangan fokus. Sebaliknya, tanpa inovasi, tujuan yang ditetapkan mungkin tidak dapat dicapai karena kurangnya adaptasi terhadap perubahan pasar.

Dorongan berprestasi sering kali datang dari rasa ingin tahu yang kuat dan keinginan untuk terus belajar. Seorang entrepreneur yang sukses selalu mencari pengetahuan baru untuk meningkatkan bisnisnya. Mereka rajin membaca buku, mengikuti pelatihan, atau berdiskusi dengan mentor yang berpengalaman. Pengusaha yang berprestasi juga sadar bahwa dunia bisnis selalu berubah, dan mereka harus selalu mengikuti tren serta perkembangan baru untuk tetap relevan. Mengembangkan diri tidak hanya terbatas pada belajar dari teori, tetapi juga melalui pengalaman praktis. Setiap tantangan dan kesalahan adalah pelajaran berharga yang dapat memperbaiki cara berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, jangan takut untuk mencoba hal-hal baru dan keluar dari zona nyaman, karena ini adalah cara yang efektif untuk belajar dan tumbuh.

Dorongan berprestasi dan semangat kewirausahaan adalah dua aspek penting dalam mencapai kesuksesan. Dengan menetapkan tujuan yang jelas dan mengembangkan mindset inovatif, individu dapat meningkatkan peluang mereka untuk berhasil dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua tips ini saling mendukung dan menciptakan fondasi kuat bagi siapa saja yang ingin meraih prestasi tinggi dan membangun usaha yang sukses. Dalam dunia yang terus berubah ini, kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi adalah kunci utama menuju keberhasilan jangka panjang.

 

Daftar Pustaka

Kewirausahaan: Suatu Alternatif Lain Menuju Kesuksesan. Achmad, Nur. Diakses dari: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/16092/Langkah-Awal-Membangun-Kewirausahaan.html

Motivasi Berprestasi. Universitas Medan Area. Diakses dari: https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/1837/5/121804068_file%205.pdf

 


E2 Psikologi Inovasi_Wawancara tentang Disonansi kognitif_Thoriq Safrizal_22310410084_SP


Psikologi Inovasi

Esai 2 - Wawancara tentang Disonansi kognitif

Dosepengampu: DR.,Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 

 

 Thoriq Safrizal

22310410084

FakultaPsikologi

UniversitaProklamasi 45 Yogyakarta

Oktober 2024


Berikut adalah contoh wawancara tentang disonansi kognitif:

PertanyaanDapatkah Anda menjelaskan apa itu disonansi kognitif dan memberikan contoh bagaimana hal itu dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari?

JawabanDisonansi kognitif adalah ketidaknyamanan psikologis yang terjadi ketika seseorang memegang dua atau lebih kepercayaan, nilai, atau informasi yang saling bertentangan. Ini adalah fenomena yang pertama kali ditemukan oleh psikolog sosial Leon Festinger pada tahun 1950-an. Contoh umum dari disonansi kognitif adalah ketika seseorang percaya pada pentingnya menjaga lingkungan tetapi juga memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan. Situasi ini menciptakan ketegangan internal karena tindakan individu tidak sejalan dengan keyakinannya. Untuk mengurangi disonansi ini, individu dapat mengubah salah satu kepercayaan atau nilai mereka, menambahkan kecuali baru, atau mengurangi pentingnya salah satu elemen yang salinbertentanganMisalnya, seseorang mungkin memutuskan untuk mengurangi pentingnya kebiasaan membuang sampah sembarangan atau mencari cara untuk mengintegrasikan kebiasaan keyakinannya terhadap lingkungan.

E2 Psikologi Inovasi_WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF_NAZARUDIN LATIF_22310410082_SP

“PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP KONDISI EMOSIONAL MAUPUN KOGNITIF”

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 

NAZARUDIN LATIF

22310410082 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

OKTOBER/2024

Dalam sebuah wawancara dengan Yudi (inisial), seorang pakar kesehatan masyarakat berusia 34 tahun yang juga merupakan konsultan di lembaga kesehatan swasta, diskusi menarik mengenai perilaku merokok di kalangan profesional muda terungkap. Yudi memiliki pemahaman mendalam tentang dampak kesehatan dari merokok, tetapi secara pribadi ia tidak pernah terlibat dalam kebiasaan tersebut. Pertemuan berlangsung di sebuah kafe modern di pusat kota, lingkungan yang dipilih oleh Yudi sendiri karena suasana yang santai, jauh dari kebisingan tempat kerja sehari-hari.

Selama percakapan, Yudi membahas kasus seperti yang dialami Candra (inisial), seorang desainer grafis yang telah merokok selama lebih dari satu dekade. "Banyak yang tahu bahayanya, tetapi sulit bagi mereka untuk benar-benar berhenti karena merokok bukan hanya masalah fisik, tetapi emosional," jelasnya. Yudi menambahkan bahwa banyak perokok terjebak dalam disonansi kognitif, di mana mereka sepenuhnya sadar akan dampak buruk rokok, tetapi tetap melakukannya karena dorongan emosional.

Yudi menjelaskan tentang bagaimana banyak perokok menggunakan defense mechanism untuk membenarkan perilaku mereka. "Orang-orang seperti Candra sering menggunakan rasionalisasi untuk mempertahankan kebiasaan buruk ini," ujarnya. Menurut Yudi, Candra merasa bahwa merokok adalah cara efektif untuk menghadapi tekanan, meskipun secara rasional ia sadar bahwa rokok bukanlah solusi jangka panjang. "Ada rasa tenang yang muncul setelah merokok, meskipun itu sementara. Perasaan ini membuat mereka terus mengulang kebiasaan tersebut meski tahu dampaknya buruk."

Yudi kemudian menjelaskan tentang inovasi terbaru dalam psikologi dan kesehatan yang bisa membantu orang seperti Candra. Ia menyebut teknik-teknik seperti meditasi, olahraga, dan terapi kognitif sebagai metode yang dapat menggantikan kebiasaan merokok dalam menghadapi tekanan emosional. "Inovasi di bidang ini penting, tetapi keberhasilan akhirnya tergantung pada komitmen individu. Tanpa itu, semua metode modern tidak akan berhasil," ungkapnya sambil mengakui tantangan terbesar yang sering dihadapi para perokok.

Yudi juga menekankan peran teknologi dalam mendukung proses berhenti merokok. "Aplikasi penghenti rokok bisa sangat membantu. Teknologi ini memberi tantangan harian, penghargaan kecil, dan dukungan emosional yang diperlukan untuk tetap termotivasi. Ini bisa menjadi alat yang ampuh, terutama bagi generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi," lanjutnya. Aplikasi ini menurutnya menjadi inovasi penting dalam menghadapi ketergantungan rokok di zaman modern.

Wawancara ini menunjukkan betapa rumitnya hubungan antara pengetahuan dan praktik. Meskipun Yudi memiliki pandangan kritis terhadap merokok dan berhubungan dengan banyak kasus serupa, ia mengakui bahwa tantangan terbesar bagi perokok adalah mengatasi ketergantungan emosional yang telah terbentuk selama bertahun-tahun. "Menghentikan kebiasaan merokok bukan hanya soal fisik, tetapi soal mental. Ini tentang menemukan cara lain untuk merasa tenang di tengah tekanan hidup," tutup Yudi, menggemakan kalimat Altif yang menyebut bahwa solusi jangka panjang untuk merokok harus melibatkan perubahan dalam cara seseorang menangani stres dan kecemasan mereka.

E2 Psikologi Inovasi_WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIFRODA YONI MANGGALA_22310410086_SP

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF : KEBIASAAN MEROKOK PADAHAL SUDAH TAU ITU BERBAHAYA : WAWANCARA DENGAN SEORANG PEROKOK AKTIF YANG SUDAH TAU MEROKOK BERBAHAYA TETAPI TETAP MEROKOK SETIAP HARI


KEBIASAAN MEROKOK PADAHAL SUDAH TAU MEROKOK BERBAHAY

PSIKOLOGI INOVASI

ESSA1 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU : DR.,Dra. ARUNDATI SHINTA, MA. 

 

RODA YONI MANGGALA

22310410086

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER / 2024


Saya bekerja di lingkungan yang 80% pegawai laki-lakinya perokok aktif, saya sendiri paling anti sebenarnya dengan asap rokok, saya mencoba mewawancari rekan kerja saya panggil saja Fafu (nama samaran) dia bisa habis satu hingga dua bungkus rokok setiap harinya, duduk sebentar kalau tidak merokok rasanya pahit katanya, saya mencoba bertanya dengannya awal mulanya dia kecanduan merokok itu bagaimana dan dia menceritakan kalo awalnya hanya untuk bisa bersosialisasi dengan teman-teman dan rasanya juga bisa santai ketika merokok, saya lanjut bertanya apa dia tau kalau merokok itu berbahaya buat kesehatan tubuhnya, dia menjawab Saya tahu itu berbahaya, tapi ada disonansi kognitif di sini. Di satu sisi, saya sadar akan risiko kesehatan, tapi di sisi lain, merokok membantu saya mengatasi stres. Jadi, saya membenarkan tindakan saya. Ini tentang konflik antara pengetahuan dan tindakan. Saya tahu merokok itu buruk, tapi saya juga merasa sangat terikat dengan kebiasaan ini. Untuk mengurangi ketidaknyamanan itu, saya meyakinkan diri bahwa “saya bisa berhenti kapan saja” atau “ini hanya kebiasaan. Saya melanjutkan pertanyaan saya apa dia pernah berusaha untuk berhenti merokok, dan dia menjawab, sering. Tapi ketika saya merasa stres atau cemas, merokok terasa seperti solusi yang cepat. Saya jadi ragu untuk mencoba berhenti, Ada rasa bersalah dan ketakutan juga, tetapi pada saat yang sama, saya merasa nyaman dengan rokok di tangan. Jadi, saya terus mencari alasan untuk melanjutkan, meskipun saya tahu itu salah. Saya kembali bertanya apakah ada pesan untuk perokok lain diluar sana, dia Cuma berpesan Merokok mungkin telah menjadi bagian dari hidup Anda, tetapi saatnya untuk merenungkan dampaknya. Anda mungkin tahu bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang terdekat, Berhenti merokok bukanlah hal yang mudah, tetapi itu adalah langkah yang bisa menyelamatkan hidup Anda. Demikian sedikit wawancara yang saya lakukan dengan rekan kerja saya sebagai narasumbernya.

E2 Psikologi Inovasi_WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF_KEN GELIS WIDIAHAPSARI_22310410063_SP

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF : KEBIASAAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN : WAWANCARA DENGAN SEORANG TERCIDUK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN_KEN GELIS WIDIAHAPSARI_22310410063


KEBIASAAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN

PSIKOLOGI INOVASI

ESSA1 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU : DR.,Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.



KEN GELIS WIDIAHAPSARI

22310410063

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER / 2024


Bisa di bilang desa di dekat tempat tinggal saya masih dikelilingi sungai yang menghubungkan antara sungai sungai kecil lainnya ke sungai besar di lain desa namun banyak sekali sampah yang mengapung di bantaran sungai mulai sampah rumah tangga, kotoran sapi atau sampah dari limbah pabrik tau dikawasan tersebut, kali ini saya mewawancarai dengan seorang bapak berusia sekitar 49 tahun yang berinisial  SK, Beliau merupakan asli warga sekitar bantaran sungai di dekat daerah tempat tinggal saya yang tidak sengaja saya temui, Bapak SK merupakan satu contoh buruk yang termasuk kedalam disonansi kognitif bahwa ada banyak alasan yang melarang kita semua untuk membuang sampah sembarangan karena dapat menyebabkan dampak seperti air meluap yang dapat menyebabkan banjir, pemcemaran air yang menyebabkan bau tak sedap maupun habitat seperti ikan dan udang yang hidup di sungai menjadi terancam.

Wawancara ini di buat dengan bertujuan untuk memenuhi tugas Psikologi Inovasi yang masih berkaitan dengan Psikologi Lingkungan untuk mendalami perilaku disonansi kognitif.

Dari wawancara yang diambil pada tanggal 28 September 2024 sekitar jam 15.40 wib,mendapatkan informasi bahwa SK menyadari dan mengakui perbuatan itu salah yang bisa menyebabkan dampak yang buruk bagi lingkungan dan kawasan bantaran sungai namun dengan dalih terpaksa membuang sampah di sungai lebih hemat biaya dan lebih praktis. “ Saya terpaksa membuang sampah di sini,dan bukan hanya saya banyak kok yang membuang sampah di sini,kalau mengenai dampak banjir atau pencemaran ya di doakan saja tidak, selagi itu tidak terjadi ya tidak apa apa” Ungkapnya, kemudian SK menjawab pertanyaan saya yang mulai bimbang “Ya saya tau kalau berdampak banjir atau malah penyumbatan air dan bisa menjadi sarang nyamuk demam berdarah tapi sudah kebiasaan saya di sini, yam au gimana lagi, kalau baung sampah harus di dekat pasar dan itu jauh apalagi harus membayar tiap bulannya”.

Dalam wawancara di atas SK menggunakan defense mechanis atau mekanis pertahanan Denial yang artinya menyangkalan fakta yang berada di hadapannnya. Hal ini juga diperkuat oleh keadaan lingkungan sekitar yang menormalisasikan membuang sampah di bantaran sungai sampai sekarang ini belum ada tindakan dari Lembaga terkait untuk menanggulagi masalah tersebut, selama sudut mata memandang sudah ada beberapa benner yang terpasang dengan tulisan “ Jangan Membuang Sampah Disini Atau Rejeki Kalian Akan Terganggu “ nampaknya usaha yang di keluarkan bagi warga sekitar yang masih peduli akan lingkungan sia sia. Tidak hanya itu sudah ada beberapa warga yang di larikan ke rumah sakit akibat terjangkit demam berdarah, namun itu semua tidak bisa menyadarkan perilaku masyarakat, Masalah ini terjadi bukan hanya masalah factor lingkungan yang berkebiasaan buruk namun juga faktor  ekonomi maupun pemerintahan/ hukum didaerah tersebut.

Dari masalah ini dapat di simpulkan bahwasanya yang memiliki pengetahuan atau pengalaman buruk membuang sampah di sekitar bantaran sungai tidak cukup jera untuk berhenti membuang sampah di sungai, Pemerintahan di desa tersebut harusnya menggerakan komunitas atau peraturan yang bisa menjerakan para pelaku pembuangan sampah serta dukungan dari desa sekitar untuk menciptakan lingkungan yang bersih bebas demam berdarah.

E6-MENULIS 2 TIPS: HAK DAN KEWAJIBAN_DWITA ASTRIA BAGRE_21310410014_PSIKOLOGI INOVASI


HAK DAN KEWAJIBAN

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 6

   Membuat 1 tulisan dengan 2 tips yang saling berhubungan

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.



Dwita Astria Bagre 

21310410014


 FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA  

OKTOBER 2024

 

 

Dalam kehidupan kita Sehari-hari ada dua hal yang saling berkaitan yaitu Hak dan kewajiban. Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian hak  adalah bentuk kebenaran, kepemilikan, kewenangan, kekuasaan, derajat, dan wewenang menurut hukum. Sedangkan pengertian kewajiban dalam KBBI adalah sesuatu yang diwajibkan atau sesuatu yang harus dilaksanakan.

Dua  hal ini tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berkaitan dan saling melengkapi satu sama lain.  Hak dan kewajiban juga erat kaitannya dengan kehidupan manusia dimana manusia menjalani kewajiban dan mendapatkan hak yang dapat mereka  nikmati setiap harinya.

Hak dan Kewajiban memiliki hubungan sebab-akibat, Hak akan timbul jika seseorang telah memenuhi kewajibannya. Contohnya, Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan, namun wajib membayar pajak. Hak sendiri adalah sesuatu yang bisa kita nikmati dan sudah semestinya kita terima, bahkan hak sudah kita dapatkan dari lahir yaitu hak untuk hidup, sedangkan Kewajiban adalah sebuah beban yang memberikan suatu hal yang sudah asal diberikan oleh pihak tertentu dan sifatnya memaksa. Dari pengertiannya dapat diketahui bahwa hak dan kewajiban diperoleh dengan cara yang berbeda dan waktunya pun tidak bersamaan namun keduanya tetap saling berkaitan.

Dalam  Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 hingga pasal 34. Dimana berisi tentang Hak dan Kewajiban warga negara Indonesia salah satunya adalah menjamin HAM (Hak Asasi Manusia) bagi setiap warga negara. HAM sendiri adalah hak yang melekat pada diri kita sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, untuk kewajiban salah satunya adalah setiap warga wajib ikut serta dalam pembelaan negara ini merupakan bentuk warga negara untuk menjaga pengawasan dan keutuhan negara.

Pengertian hak menurut Prof. Dr. Notonegoro, hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Sedangkan Kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.

Pada kehidupan masyarakat, hak dan kewajiban menjadi landasan penting untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan sejahtera karena memiliki kesadaran untuk selalu menjalankan kewajiban yang ada agar dapat memiliki hak yang sepantasnya sehingga akan lebih mudah untuk hidup bersama dan saling tolenransi satu sama lain. Kesimpulannya hak dan kewajiban seperti pasangan yang tidak dapat dipisahkan, dua konsep ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap masyarakat, Maka dari itu penting untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

 

 

 

Daftar Pustaka:

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet II, Jakarta: Kencana, 2008.

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003.

Tjandra Yoga Aditama, Covid-19 dalam Tulisan Prof. Tjandra, Lembaga

Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2020.

https://www.detik.com/jogja/kota-pelajar/d-7474544/6-pengertian-hak-dan-kewajiban-warga-negara-menurut-para-ahli-apa-saja?utm_source=copy_url&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&utm_content=jogja