ESAI 6- DUA TIPS YANG SALING BERKAITAN
DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Resiliensi Keluarga Menghadapi Keterpurukan Ekonomi: Tips Menjadi Tangguh dan Menjadi Keluarga Pebisnis Pasca Pandemi
Diana Widiastuti
NIM 22310410034
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Oktober 2024
Pandemi adalah kondisi di mana terjadi
penyebaran penyakit secara global yang ditandai dengan cakupan geografis yang
luas. Dampak yang ditimbulkan pun tidak hanya pada kondisi ekonomi dan
kesehatan, namun juga berdampak pada kondisi psikologi masyarakat dan tatanan
sosial. Oleh karena itu, bertahan dan bangkit dari segala keterpurukan akibat
pandemi menjadi penentu apakah individu, keluarga, komunitas, dan bahkan negara
mampu resilien atau tidak.
Dampak ekonomi dari suatu wabah dalam
jangka panjang akan mengganggu kondisi sosial masyarakat, seperti pemutusan
hubungan kerja, sulitnya mencari pekerjaan, proses pendidikan, dan pembatasan
dalam interaksi sosial. Kondisi pandemi Covid-19 memiliki dampak psikologis
yang berbeda bagi setiap orang tergantung dari kemampuannya beradaptasi dan
bangkit dari masalah yang dirasakan. Individu yang mampu untuk bangkit kembali
dan beradaptasi terhadap masalah yang dirasakan disebut dengan individu yang
resilien. Resiliensi menjadi penting di tengah pandemi Covid-19 yang telah
mempengaruhi sejumlah aspek kehidupan. Resiliensi terbentuk dari interaksi
faktor internal dan eksternal individu yang menentukan bagaimana ia merespon
suatu masalah dalam hidup.
Walsh dalam Nashori (2021) menjelaskan
bahwa resiliensi keluarga adalah kemampuan keluarga dalam menggunakan
potensinya untuk pulih, memperbaiki, dan bertumbuh dalam menghadapi
permasalahan yang serius. Baiknya resiliensi keluarga ditandai dengan banyaknya
potensi dan penguatan dari anggota keluarga.
Pembatasan interaksi sosial dengan istilah
lockdown di seluruh wilayah telah menghantam berbagai aspek kehidupan. Kehilangan
pekerjaan dan kesulitan finansial selama penurunan ekonomi global juga
dikaitkan dengan penurunan kesehatan mental yang berkepanjangan. Mariyati dalam
artikelnya yang berjudul Resiliensi Keluarga : Menjadi Tanggung Bersama-sama
Menghadapi Pandemi Corona, mengatakan bahwa penelitian menemukan bahwa keluarga
banyak menemukan hal-hal yang tidak terduga di tengah pandemi seperti tekanan
keuangan, perawatan anak, dan beban pengasuhan tambahan. Oleh karena itu,
keluarga perlu memiliki resiliensi untuk menghadapi tantangan yang ada selama
pandemi. Berikut tips yang diberikan :
1. Melihat
pandemi sebagai peluang, bukan ancaman
Memiliki sudut pandang yang positif terhadap situasi
pandemi dapat menjadi kesempatan bagi kita untuk bertumbuh bersama keluarga dan
memperkuat keluarga untuk mengatasi krisis bersama.
2. Menerima
apa yang tidak bisa kita ubah dan melakukan apa yang bisa diubah
Pandemi terjadi di luar kendali kita sebagai manusia.
Yang bisa kita lakukan hanyalah mengubah respon dan perilaku kita terhadap
pandemi.
3. Memanfaatkan
sumber spiritual atau transenden
Pandemi COVID-19 dapat membawa hikmah bagi kita untuk lebih meningkatkan hubungan spiritual kita dengan Tuhan.
4. Membuat
makna dari krisis yang ada
Keluarga yang berfungsi tinggi menghargai hubungan
yang kuat dan menghadapi kesulitan sebagai tantangan bersama yang memberikan
dampak positif bagi keluarga.
5. Berfokus
pada “apa yang bisa dilakukan?” daripada “bagaimana ini bisa terjadi?”
Dengan berfokus pada pemecahan masalah, kita dapat
pulih dari krisis lebih cepat sehingga kita tidak membuang energi terhadap
pikiran-pikiran yang akan membuat kita menyalahkan situasi atau orang
lain.
6. Menumbuhkan
harapan dan keyakinan
Menumbuhkan harapan akan membantu keluarga untuk bisa
memiliki keyakinan terhadap sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk bisa
berhasil pulih dari krisis.
7. Saling
berbagi keberanian dan dorongan semangat
Berbagi keberanian dan semangat akan membantu keluarga
untuk menemukan kekuatan dan potensi serta sumber daya yang bisa dimanfaatkan
keluarga untuk bisa pulih dari krisis.
8. Berpikir
kreatif dan saling berbagi inspirasi untuk tetap produktif
Mengubah rutinitas harian, mencari inspirasi kegiatan
produktif, atau membayangkan kemungkinan baru terhadap segala keterbatasan yang
ada selama pandemi dapat merangsang kreativitas kita bersama keluarga.
9. Saling
mendukung, berkolaborasi, dan mencari koneksi atau hubungan dengan pihak-pihak
atau komunitas yang bisa menambah dukungan sosial.
Menjalin koneksi dengan orang lain akan membantu Anda
tetap terhubung dengan “dunia luar” dan ini bisa menjadi sumber dukungan baru
bagi kita dan keluarga kita.
10. Membangun
pola yang terbuka dan sehat satu sama lain
Komunikasi yang sehat dan terbuka dapat dilakukan dengan menciptakan konsistensi dan kejelasan pesan yang disampaikan (kata-kata dan tindakan konsisten dan jelas); mencari kebenaran atas informasi-informasi yang ambigu, termasuk menyikapi informasi/berita hoaks; menyediakan kesempatan bagi seluruh anggota keluarga untuk mengekspresikan emosi dan pikiran secara terbuka; saling berempati dan toleransi terhadap perbedaan; menumbuhkan humor; dan memfokuskan komunikasi pada tujuan pemecahan masalah, resolusi konflik atau pengambilan keputusan bersama dalam keluarga (Maryati, 2021).
Resiliensi dibutuhkan dalam masa pandemi
Covid-19 untuk menjaga kesejahteraan psikologis dan mampu berdaya di tengah
keterbatasan yang ada. Mampu tidaknya individu menjadi resilien ditentukan dari
sejauh mana kemampuan dan kemauan dalam menghadapi masalah yang ada, seperti
kemampuan melakukan penyelesaian masalah yang efektif, mengelola emosi dan
stres, perasaan optimis dan berpikir positif, mampu mencari hikmah di tengah
situasi sulit, dan yakin atas kemampuan diri sendiri. Selain itu, karakteristik
kepribadian individu juga menentukan seberapa kuat daya lenting atau resiliensi
dalam mengadapi suatu tekanan. Mengingat dampak dan masa pemulihan pandemi
Covid-19 yang berlangsung tidak sebentar sehingga diperlukan faktor dari dalam
diri untuk menjaga kestabilan psikologis.
Resiliensi akan semakin kuat ketika
individu mendapatkan dukungan sosial, terutama dukungan keluarga. Jika individu
tidak berada atau tidak mendapatkan dukungan dari lingkungannya, maka akan
menghambat individu tersebut untuk menjadi resilien. Merasa berjuang sendiri
tentu lebih sulit jika dibandingkan dengan berjuang dan bangkit secara
bersama-sama. Oleh karena itu, masa pandemi Covid-19 jika mendapatkan dukungan
dan dihadapi secara bersama dalam lingkungan keluarga akan menguatkan
psikologis satu sama lain dan bangkit dari keterpurukan ekonomi. Kehilangan
pekerjaan, sulitnya mencari pekerjaan, berkurangnya daya beli masyarakat adalah
beberapa dampak ekonomi akibat pandemi. Saat pandemi dan pasca pandemi
ketangguhan dan kepekaan kita dalam menangkap peluang diuji. Jika kita dan
keluarga mau melihat pandemi sebagai suatu peluang usaha, maka kita bisa mulai
menjadi keluarga pebisnis. Misalnya ketika orang enggan keluar rumah, bersama
keluarga kita bisa membuka layanan pesan antar makanan rumahan, melayani home
sevice untuk perawatan kecantikan, memberikan bimbingan belajar dari rumah
ke rumah, dan peluang usaha lainnya.
Dalam memulai usaha, tentu saja tidak
asal-asalan. Ikuti tips berikut ini agar usahamu bisa bertahan dan memberikan
penghasilan bagi keluarga.
1. Susun
rencana usaha dengan jelas
Saat pandemi, saatnya kita banyak di rumah bersama
keluarga. Manfaatkan momen ini untuk banyak berkomunikasi dan berdiskusi dengan
keluarga. Susunlah renacana usaha dengan jelas dan melibatkan semua anggota
keluarga.
2. Bangun
komunikasi yang sehat
Memulai usaha dengan keluarga, sama saja dengan
membuka usaha dengan orang lain. Jika ingin berhasil, kita harus mampu
membangun komunikasi yang sehat.
3. Identifikasi
kelebihan dan kekurangan
Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari bisnis
keluarga punya peran vital sebagai bentuk evaluasi kemampuan internal dan
eksternal dari bisnis yang kamu jalani. Mengetahui kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki akan membantumu memahami hal-hal apa saja yang bisa dilakukan dan
menjadi keunggulan dari bisnis jenis ini.
4. Identifikasi
peluang dan memanfaatkannya
Setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari
bisnis, selanjutnya keluarga perlu memaksimalkan peluang yang muncul dari hasil
identifikasi tersebut. Beberapa bentuk peluang yang bisa menjadi bahan
pertimbangan yaitu dengan memaksimalkan tren pasar, segmen pelanggan baru, dan
kemajuan teknologi.
5. Buat
struktur tata kelola dan manajerial
Sebagai bisnis yang dijalankan oleh keluarga, perlu untuk mendefinisikan peran dan tanggung jawab dari tiap anggota keluarga, ini dilakukan untuk memastikan bahwa mereka bertanggung jawab atas tindakan dan kinerjanya. Perlu ditekankan bahwa pembagian peran ini juga harus dipertimbangkan secara proporsional, yaitu dengan memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan masing-masing orang.
6. Perencanaan
finansial
Pastikan bahwa manajemen keuangan dijalankan secara
tepat, di antaranya yaitu dengan mengelola anggaran, akuntansi, dan perencanaan
keuangan untuk menjamin kesehatan keuangan bisnis.
7. Optimalkan
sumber daya manusia
Dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, suatu
bisnis keluarga dapat memastikan bahwa tiap anggota keluarga dapat bekerja pada
potensi tertinggi mereka.
8. Membangun
dan menjaga nama baik
Menjaga nama baik akan membangun kepercayaan dan
kredibilitas bisnis keluarga di mata pelanggan, mitra, dan investor. Selalu
bijak dalam bertindak dan mengutarakan sesuatu.
9. Tingkatkan
kemampuan diri dan minta bimbingan eksternal
Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan seperti
mengikuti workshop, seminar, membaca buku, hingga memaksimalkan penggunaan
internet untuk belajar.
(Yusuf, 2024)
Meskipun masa pandemi telah berlalu, namun
dampaknya masih terasa hingga saat ini. Hal ini saya dan keluarga rasakan
sendiri. Memulai kembali bisnis yang pernah pupus, membutuhkan effort yang luar
biasa, namun lagi-lagi kita membutuhkan kehadiran keluarga. Resiliensi keluarga
mampu membangkitkan kembali perekonomian keluarga yang pernah terpuruk.
Kedua tips diatas bisa juga disimak berupa
video di Tiktok dengan link sebagai berikut
https://vt.tiktok.com/ZSjeQ7yNY/
https://vt.tiktok.com/ZSje4c1SJ/
Pustaka :
Nashori,
F.&Saputro, S. (2021). Psikologi Resiliensi. Universitas Islam
Indonesia.
Maryati, P.
(2021). Resiliensi Keluarga : Menjadi Tanggung Bersama-sama Menghadapi
Pandemi Corona. Lembar Harapan. https://lembarharapan.id/artikel/resiliensi-keluarga-menjadi-tangguh-bersama-sama-menghadapi-pandemi-corona/
Yusuf, A. (2024). 10
Tips Memulai Bisnis Keluarga, Kamu Harus Tahu. Mofi.id. https://mofi.id/artikel/bisnis-keluarga
0 komentar:
Posting Komentar