Senin, 21 Oktober 2024

 

ESAI 6- DUA TIPS YANG SALING BERKAITAN

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 

Resiliensi Keluarga Menghadapi Keterpurukan Ekonomi: Tips Menjadi Tangguh dan Menjadi Keluarga Pebisnis Pasca Pandemi

Diana Widiastuti

NIM 22310410034

 

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

Oktober 2024

 

Pandemi adalah kondisi di mana terjadi penyebaran penyakit secara global yang ditandai dengan cakupan geografis yang luas. Dampak yang ditimbulkan pun tidak hanya pada kondisi ekonomi dan kesehatan, namun juga berdampak pada kondisi psikologi masyarakat dan tatanan sosial. Oleh karena itu, bertahan dan bangkit dari segala keterpurukan akibat pandemi menjadi penentu apakah individu, keluarga, komunitas, dan bahkan negara mampu resilien atau tidak.

Dampak ekonomi dari suatu wabah dalam jangka panjang akan mengganggu kondisi sosial masyarakat, seperti pemutusan hubungan kerja, sulitnya mencari pekerjaan, proses pendidikan, dan pembatasan dalam interaksi sosial. Kondisi pandemi Covid-19 memiliki dampak psikologis yang berbeda bagi setiap orang tergantung dari kemampuannya beradaptasi dan bangkit dari masalah yang dirasakan. Individu yang mampu untuk bangkit kembali dan beradaptasi terhadap masalah yang dirasakan disebut dengan individu yang resilien. Resiliensi menjadi penting di tengah pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi sejumlah aspek kehidupan. Resiliensi terbentuk dari interaksi faktor internal dan eksternal individu yang menentukan bagaimana ia merespon suatu masalah dalam hidup.

Walsh dalam Nashori (2021) menjelaskan bahwa resiliensi keluarga adalah kemampuan keluarga dalam menggunakan potensinya untuk pulih, memperbaiki, dan bertumbuh dalam menghadapi permasalahan yang serius. Baiknya resiliensi keluarga ditandai dengan banyaknya potensi dan penguatan dari anggota keluarga.

Pembatasan interaksi sosial dengan istilah lockdown di seluruh wilayah telah menghantam berbagai aspek kehidupan. Kehilangan pekerjaan dan kesulitan finansial selama penurunan ekonomi global juga dikaitkan dengan penurunan kesehatan mental yang berkepanjangan. Mariyati dalam artikelnya yang berjudul Resiliensi Keluarga : Menjadi Tanggung Bersama-sama Menghadapi Pandemi Corona, mengatakan bahwa penelitian menemukan bahwa keluarga banyak menemukan hal-hal yang tidak terduga di tengah pandemi seperti tekanan keuangan, perawatan anak, dan beban pengasuhan tambahan. Oleh karena itu, keluarga perlu memiliki resiliensi untuk menghadapi tantangan yang ada selama pandemi.  Berikut tips yang diberikan :

1.       Melihat pandemi sebagai peluang, bukan ancaman

Memiliki sudut pandang yang positif terhadap situasi pandemi dapat menjadi kesempatan bagi kita untuk bertumbuh bersama keluarga dan memperkuat keluarga untuk mengatasi krisis bersama.

2.       Menerima apa yang tidak bisa kita ubah dan melakukan apa yang bisa diubah

Pandemi terjadi di luar kendali kita sebagai manusia. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengubah respon dan perilaku kita terhadap pandemi.

3.       Memanfaatkan sumber spiritual atau transenden

Pandemi COVID-19 dapat membawa hikmah bagi kita untuk lebih meningkatkan hubungan spiritual kita dengan Tuhan.  

4.       Membuat makna dari krisis yang ada

Keluarga yang berfungsi tinggi menghargai hubungan yang kuat dan menghadapi kesulitan sebagai tantangan bersama yang memberikan dampak positif bagi keluarga.

5.       Berfokus pada “apa yang bisa dilakukan?” daripada “bagaimana ini bisa terjadi?”

Dengan berfokus pada pemecahan masalah, kita dapat pulih dari krisis lebih cepat sehingga kita tidak membuang energi terhadap pikiran-pikiran yang akan membuat kita menyalahkan situasi atau orang lain. 

6.       Menumbuhkan harapan dan keyakinan

Menumbuhkan harapan akan membantu keluarga untuk bisa memiliki keyakinan terhadap sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk bisa berhasil pulih dari krisis. 

7.       Saling berbagi keberanian dan dorongan semangat

Berbagi keberanian dan semangat akan membantu keluarga untuk menemukan kekuatan dan potensi serta sumber daya yang bisa dimanfaatkan keluarga untuk bisa pulih dari krisis.

8.       Berpikir kreatif dan saling berbagi inspirasi untuk tetap produktif

Mengubah rutinitas harian, mencari inspirasi kegiatan produktif, atau membayangkan kemungkinan baru terhadap segala keterbatasan yang ada selama pandemi dapat merangsang kreativitas kita bersama keluarga.

9.       Saling mendukung, berkolaborasi, dan mencari koneksi atau hubungan dengan pihak-pihak atau komunitas yang bisa menambah dukungan sosial.

Menjalin koneksi dengan orang lain akan membantu Anda tetap terhubung dengan “dunia luar” dan ini bisa menjadi sumber dukungan baru bagi kita dan keluarga kita.

10.    Membangun pola yang terbuka dan sehat satu sama lain

Komunikasi yang sehat dan terbuka dapat dilakukan dengan menciptakan konsistensi dan kejelasan pesan yang disampaikan (kata-kata dan tindakan konsisten dan jelas); mencari kebenaran atas informasi-informasi yang ambigu, termasuk menyikapi informasi/berita hoaks; menyediakan kesempatan bagi seluruh anggota keluarga untuk mengekspresikan emosi dan pikiran secara terbuka; saling berempati dan toleransi terhadap perbedaan; menumbuhkan humor; dan memfokuskan komunikasi pada tujuan pemecahan masalah, resolusi konflik atau pengambilan keputusan bersama dalam keluarga (Maryati, 2021).

Resiliensi dibutuhkan dalam masa pandemi Covid-19 untuk menjaga kesejahteraan psikologis dan mampu berdaya di tengah keterbatasan yang ada. Mampu tidaknya individu menjadi resilien ditentukan dari sejauh mana kemampuan dan kemauan dalam menghadapi masalah yang ada, seperti kemampuan melakukan penyelesaian masalah yang efektif, mengelola emosi dan stres, perasaan optimis dan berpikir positif, mampu mencari hikmah di tengah situasi sulit, dan yakin atas kemampuan diri sendiri. Selain itu, karakteristik kepribadian individu juga menentukan seberapa kuat daya lenting atau resiliensi dalam mengadapi suatu tekanan. Mengingat dampak dan masa pemulihan pandemi Covid-19 yang berlangsung tidak sebentar sehingga diperlukan faktor dari dalam diri untuk menjaga kestabilan psikologis.

Resiliensi akan semakin kuat ketika individu mendapatkan dukungan sosial, terutama dukungan keluarga. Jika individu tidak berada atau tidak mendapatkan dukungan dari lingkungannya, maka akan menghambat individu tersebut untuk menjadi resilien. Merasa berjuang sendiri tentu lebih sulit jika dibandingkan dengan berjuang dan bangkit secara bersama-sama. Oleh karena itu, masa pandemi Covid-19 jika mendapatkan dukungan dan dihadapi secara bersama dalam lingkungan keluarga akan menguatkan psikologis satu sama lain dan bangkit dari keterpurukan ekonomi. Kehilangan pekerjaan, sulitnya mencari pekerjaan, berkurangnya daya beli masyarakat adalah beberapa dampak ekonomi akibat pandemi. Saat pandemi dan pasca pandemi ketangguhan dan kepekaan kita dalam menangkap peluang diuji. Jika kita dan keluarga mau melihat pandemi sebagai suatu peluang usaha, maka kita bisa mulai menjadi keluarga pebisnis. Misalnya ketika orang enggan keluar rumah, bersama keluarga kita bisa membuka layanan pesan antar makanan rumahan, melayani home sevice untuk perawatan kecantikan, memberikan bimbingan belajar dari rumah ke rumah, dan peluang usaha lainnya.

Dalam memulai usaha, tentu saja tidak asal-asalan. Ikuti tips berikut ini agar usahamu bisa bertahan dan memberikan penghasilan bagi keluarga.

1.   Susun rencana usaha dengan jelas

Saat pandemi, saatnya kita banyak di rumah bersama keluarga. Manfaatkan momen ini untuk banyak berkomunikasi dan berdiskusi dengan keluarga. Susunlah renacana usaha dengan jelas dan melibatkan semua anggota keluarga.

2.   Bangun komunikasi yang sehat

Memulai usaha dengan keluarga, sama saja dengan membuka usaha dengan orang lain. Jika ingin berhasil, kita harus mampu membangun komunikasi yang sehat.

3.   Identifikasi kelebihan dan kekurangan

Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari bisnis keluarga punya peran vital sebagai bentuk evaluasi kemampuan internal dan eksternal dari bisnis yang kamu jalani. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki akan membantumu memahami hal-hal apa saja yang bisa dilakukan dan menjadi keunggulan dari bisnis jenis ini.

4.   Identifikasi peluang dan memanfaatkannya

Setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari bisnis, selanjutnya keluarga perlu memaksimalkan peluang yang muncul dari hasil identifikasi tersebut. Beberapa bentuk peluang yang bisa menjadi bahan pertimbangan yaitu dengan memaksimalkan tren pasar, segmen pelanggan baru, dan kemajuan teknologi.

5.   Buat struktur  tata kelola dan manajerial

Sebagai bisnis yang dijalankan oleh keluarga, perlu untuk mendefinisikan peran dan tanggung jawab dari tiap anggota keluarga, ini dilakukan untuk memastikan bahwa mereka bertanggung jawab atas tindakan dan kinerjanya. Perlu ditekankan bahwa pembagian peran ini juga harus dipertimbangkan secara proporsional, yaitu dengan memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan masing-masing orang.  

6.   Perencanaan finansial

Pastikan bahwa manajemen keuangan dijalankan secara tepat, di antaranya yaitu dengan mengelola anggaran, akuntansi, dan perencanaan keuangan untuk menjamin kesehatan keuangan bisnis.

7.   Optimalkan sumber daya manusia

Dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, suatu bisnis keluarga dapat memastikan bahwa tiap anggota keluarga dapat bekerja pada potensi tertinggi mereka.

8.   Membangun dan  menjaga nama baik

Menjaga nama baik akan membangun kepercayaan dan kredibilitas bisnis keluarga di mata pelanggan, mitra, dan investor. Selalu bijak dalam bertindak dan mengutarakan sesuatu.

9.   Tingkatkan kemampuan diri dan minta bimbingan eksternal

Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan seperti mengikuti workshop, seminar, membaca buku, hingga memaksimalkan penggunaan internet untuk belajar.

(Yusuf, 2024)

Meskipun masa pandemi telah berlalu, namun dampaknya masih terasa hingga saat ini. Hal ini saya dan keluarga rasakan sendiri. Memulai kembali bisnis yang pernah pupus, membutuhkan effort yang luar biasa, namun lagi-lagi kita membutuhkan kehadiran keluarga. Resiliensi keluarga mampu membangkitkan kembali perekonomian keluarga yang pernah terpuruk.

Kedua tips diatas bisa juga disimak berupa video di Tiktok dengan link sebagai berikut

https://vt.tiktok.com/ZSjeQ7yNY/

https://vt.tiktok.com/ZSje4c1SJ/

Pustaka :

Nashori, F.&Saputro, S. (2021). Psikologi Resiliensi. Universitas Islam Indonesia.

 

Maryati, P. (2021). Resiliensi Keluarga : Menjadi Tanggung Bersama-sama Menghadapi Pandemi Corona. Lembar Harapan. https://lembarharapan.id/artikel/resiliensi-keluarga-menjadi-tangguh-bersama-sama-menghadapi-pandemi-corona/

 

Yusuf, A. (2024). 10 Tips Memulai Bisnis Keluarga, Kamu Harus Tahu. Mofi.id. https://mofi.id/artikel/bisnis-keluarga




0 komentar:

Posting Komentar