Coping Stress Dan Berolahraga
Untuk Menjaga Kesehatan Mental Pada Pekerja
Psikologi Inovasi
E6-Menulis Tips-Tips Tentang Resiliensi/Dorongan
Berprestasi/Ketaguhan, Entrepreneurship/Ketekunan/Peka Terhadap
Perubahan/Perencanaan Terhadap Perubahan/Menjadi Suri Tauladan
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A
Nama: Oktaviana Wahyuningtyas
Nim: 22310410106
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Oktober 2024
Kesehatan mental menurut WHO adalah kondisi kesejahteraan (well-being) seorang individu yang
menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal,
mampu bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi pada
komunitasnya.
Kesehatan mental pekerja sangat diperlukan untuk keamanan dan kenyamanan
para pekerja di lingkungan kerja. Sebuah perusahaan yang peduli terhadap
kesehatan mental pekerjanya akan membuat para pekrja merasa lebih aman dan
nyaman saat bekerja. Para pekerja senderung lebih berani untuk berpendapat,
berfikir dan berasional lebih baik, memiliki focus kerja yang lebih baik, dan
lebih berani untuk mengambil keputusan (Min, Lee&Lee, 2014). Ada beberapa
cara untuk menjaga kesehatan mental pekerja seperti coping stress dan
berolahraga.
1.
Coping
stress
Coping merupakan sebuah respon dari perilaku dan
pikiran terhadap penggunaan sumber yang dimiliki dari dalam diri maupun
lingkungan sekitarnya. Tujuan dari coping sendiri yaitu untuk mengurangi atau
mengatur masalah-masalah yang di timbulkan dari dalam diri pribadi maupun luar
dirinya (internal or external conflict)
sehingga mampu meningkatkan kehidupan yang jauh lebih baik (Maryam, 2017).
Secara garis besar Lazarus & Folkman, (1984)
membagi strategi coping menjadi dua yakitu problem
focused coping and emotional focused coping. Problem focused coping yaitu
suatu tindakan yang dapat diarahkan untuk memecahkan masalah. Individu akan
melakuakn perilaku ini di saat dirinya sedang mendapat masalah dan merasa masih
bisa dikontrol dan dapat diselesaikan.
Emotional
focused coping adalah melakukan
berbagai upaya yang memilki tujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa
melakukan usaha dalam menguba masalah secara langsung. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan memilih strategi coping yaitu:
a.
Konsep
diri
Individu
yang mempunyai konsep diri positif, akan melihat suatu masalah dengan sikap
lebih positif yang artinya individu memiliki kesadaran bahwa dari setiap
masalah dapat diselesaikan dengan cara yang lebih baik.
b.
Status
sosial ekonomi
Individu
yang mempunyai status sosial rendah resiko mengalami stress lebih tinggi karena
penanganan masalah ekonomi, apabila dibandingkan dengan individu yang memiliki
status ekonomi tinggi (Li et al., 2017).
c.
Dukungan
sosial
Pemenuhan
emosi dan informasi dalam diri individu yang diberikan oleh lingkungan sekitar
seperti, orang tua, anggota keluarga, teman, saudara, atau sahabat.
d.
Pengalaman
Pengalaman
yang diperoleh individu dapat menentukan setiap tindakan individu dalam
menghadapi pada permasalahan yang akan dihadapi.
e.
Ketrampilan
sosial
Ketrampilan
sosial merupakan kemampuan individu dalam berkomunikasi dan bertingkah laku
dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat
sekitar.
f.
Karakteristik
kepribadian
Karakteristik
kepribadian adalah model karakteristik kepribadian individu yang berbeda-beda
dan mempunyai coping yang pasti akan berbeda juga.
2.
Berolahraga
Olahraga merupakan aktifitas fisik maupun psikis
seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kulitas kesehatan
individu. Saat ini banyak orang yang sudah melupakan pentingnya olahraga untuk
tubuh. Berolahraga merupakan salah satu cara untuk tetap sehat dengan biaya
yang paling murah dan mendapatkan hasil yang sangat mengagumkan untuk kebugaran
badan.
WHO juga menyarankan untuk melakukan olahraga 60 menit/
hari aktivitas fisik dengan intensitas sedang-kuat untuk usia 6-17 tahun dan 75
menit/minggu aktifitas fisik dengan intensitas sedang atau 150 menit/minggu
untuk dewasa dan lanjut usia dengan volume 2-3 kali seminggu dengan jenis
latihan otot dan tulang (WHO, 2020 dalam Karim.
N. N. F., & Hambali. B. (2024).
Manfaat berolahraga dalam menjaga kesehatan mental menurut Mahindru, Patil, dan
Agrawal (2023) yaitu:
a.
Mengurangi
gejala depresi
b.
Menurunkan
tingkat kecemasan
c.
Mengurangi
gejala skizofrenia
d.
Meningkatkan
hormone endorphin atau dikenal dengan
“hormone kebahagiaan” (Mikkelsen et al. 2017)
Kesimpulannya jika kita dapat melakukan coping stress yang benar dan
berolahraga secara teratur dapat berpengaruh pada kesehatan mental pekerja juga
dapat meningkatkan kinerja kerja.
Link Tiktok:
Ø https://vt.tiktok.com/ZSj27NVGf/
Ø https://vt.tiktok.com/ZSj2WEkQk/
Daftar pustaka:
Ayuningtyas, D.,
Misnaniarti, M., & Rayhani, M. (2018). Analisis situasi kesehatan mental
pada masyarakat di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Jurnal ilmu kesehatan masyarakat 9(1),
1-10.
Min, J. A., Lee,
C. U., & Lee, C. (2013). Mental health promotion and illness prevention: A
challenge for psychiatrists. In Psychiatry
Investigation (Vol. 10, Issua 4 pp. 307-316).
Ompusunggu, F.,
Theresia, T., Arkianti, M. M. Y., Manihuruk, G. A. M., Togatorop, L. B., &
Rahawarin, V. H.P. (2023). Pekerja sehat produktivitas kerja meningkat: edukasi
kesehatan mental di lingkungan kerja. Prosiding
PKM-CSR 6, 1-8.
Hardiyanti, R.,
& Permana, I. (2019). Strategi coping stress kerja pada perawat di rumah
sakit: Literatir review. Jurnal
keperawatan Muhammadiyah, 73-81.
Karim.
N. N. F., & Hambali. B. (2024). Systematic literature riview: Peningkatan
kesehatan mental melalui olahraga. Jurnal
olahraga dan kesehatan Indonesia, 4(2), 110-120.
Festiawan.
R., Kusuma. I. J., Ngadiman. N., & Widanita. N. (2021). Upaya peningkatan
pengetahuan tentang kebugaran jasmani dan kesehatan mental di era pandemic
covid-19 melalui workshop home-based training program barbasis virtual
conference. Journal berkarya 3(2),
78-85.
0 komentar:
Posting Komentar