Kamis, 31 Oktober 2024

Coping Stress Dan Berolahraga Untuk Menjaga Kesehatan Mental Pada Pekerja Psikologi Inovasi

 

Coping Stress Dan Berolahraga

Untuk Menjaga Kesehatan Mental Pada Pekerja

Psikologi Inovasi

E6-Menulis Tips-Tips Tentang Resiliensi/Dorongan Berprestasi/Ketaguhan, Entrepreneurship/Ketekunan/Peka Terhadap Perubahan/Perencanaan Terhadap Perubahan/Menjadi Suri Tauladan

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A



Nama: Oktaviana Wahyuningtyas

Nim: 22310410106

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Oktober 2024

 

Kesehatan mental menurut WHO adalah kondisi kesejahteraan (well-being) seorang individu yang menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, mampu bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

Kesehatan mental pekerja sangat diperlukan untuk keamanan dan kenyamanan para pekerja di lingkungan kerja. Sebuah perusahaan yang peduli terhadap kesehatan mental pekerjanya akan membuat para pekrja merasa lebih aman dan nyaman saat bekerja. Para pekerja senderung lebih berani untuk berpendapat, berfikir dan berasional lebih baik, memiliki focus kerja yang lebih baik, dan lebih berani untuk mengambil keputusan (Min, Lee&Lee, 2014). Ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan mental pekerja seperti coping stress dan berolahraga.

1.     Coping stress

Coping merupakan sebuah respon dari perilaku dan pikiran terhadap penggunaan sumber yang dimiliki dari dalam diri maupun lingkungan sekitarnya. Tujuan dari coping sendiri yaitu untuk mengurangi atau mengatur masalah-masalah yang di timbulkan dari dalam diri pribadi maupun luar dirinya (internal or external conflict) sehingga mampu meningkatkan kehidupan yang jauh lebih baik (Maryam, 2017).

Secara garis besar Lazarus & Folkman, (1984) membagi strategi coping menjadi dua yakitu problem focused coping and emotional focused coping. Problem focused coping yaitu suatu tindakan yang dapat diarahkan untuk memecahkan masalah. Individu akan melakuakn perilaku ini di saat dirinya sedang mendapat masalah dan merasa masih bisa dikontrol dan dapat diselesaikan.

Emotional focused coping adalah melakukan berbagai upaya yang memilki tujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan usaha dalam menguba masalah secara langsung. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan memilih strategi coping yaitu:

a.     Konsep diri

Individu yang mempunyai konsep diri positif, akan melihat suatu masalah dengan sikap lebih positif yang artinya individu memiliki kesadaran bahwa dari setiap masalah dapat diselesaikan dengan cara yang lebih baik.

b.     Status sosial ekonomi

Individu yang mempunyai status sosial rendah resiko mengalami stress lebih tinggi karena penanganan masalah ekonomi, apabila dibandingkan dengan individu yang memiliki status ekonomi tinggi (Li et al., 2017).

c.      Dukungan sosial

Pemenuhan emosi dan informasi dalam diri individu yang diberikan oleh lingkungan sekitar seperti, orang tua, anggota keluarga, teman, saudara, atau sahabat.

d.     Pengalaman

Pengalaman yang diperoleh individu dapat menentukan setiap tindakan individu dalam menghadapi pada permasalahan yang akan dihadapi.

e.      Ketrampilan sosial

Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu dalam berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat sekitar.

f.       Karakteristik kepribadian

Karakteristik kepribadian adalah model karakteristik kepribadian individu yang berbeda-beda dan mempunyai coping yang pasti akan berbeda juga.

 

2.     Berolahraga

Olahraga merupakan aktifitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kulitas kesehatan individu. Saat ini banyak orang yang sudah melupakan pentingnya olahraga untuk tubuh. Berolahraga merupakan salah satu cara untuk tetap sehat dengan biaya yang paling murah dan mendapatkan hasil yang sangat mengagumkan untuk kebugaran badan.

WHO juga menyarankan untuk melakukan olahraga 60 menit/ hari aktivitas fisik dengan intensitas sedang-kuat untuk usia 6-17 tahun dan 75 menit/minggu aktifitas fisik dengan intensitas sedang atau 150 menit/minggu untuk dewasa dan lanjut usia dengan volume 2-3 kali seminggu dengan jenis latihan otot dan tulang (WHO, 2020 dalam Karim. N. N. F., & Hambali. B. (2024). Manfaat berolahraga dalam menjaga kesehatan mental menurut Mahindru, Patil, dan Agrawal (2023) yaitu:

a.     Mengurangi gejala depresi

b.     Menurunkan tingkat kecemasan

c.      Mengurangi gejala skizofrenia

d.     Meningkatkan hormone endorphin atau dikenal dengan “hormone kebahagiaan” (Mikkelsen et al. 2017)

Kesimpulannya jika kita dapat melakukan coping stress yang benar dan berolahraga secara teratur dapat berpengaruh pada kesehatan mental pekerja juga dapat meningkatkan kinerja kerja.

 

Link Tiktok:

Ø https://vt.tiktok.com/ZSj27NVGf/

Ø https://vt.tiktok.com/ZSj2WEkQk/

 

Daftar pustaka:

Ayuningtyas, D., Misnaniarti, M., & Rayhani, M. (2018). Analisis situasi kesehatan mental pada masyarakat di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Jurnal ilmu kesehatan masyarakat 9(1), 1-10.

Min, J. A., Lee, C. U., & Lee, C. (2013). Mental health promotion and illness prevention: A challenge for psychiatrists. In Psychiatry Investigation (Vol. 10, Issua 4 pp. 307-316).

Ompusunggu, F., Theresia, T., Arkianti, M. M. Y., Manihuruk, G. A. M., Togatorop, L. B., & Rahawarin, V. H.P. (2023). Pekerja sehat produktivitas kerja meningkat: edukasi kesehatan mental di lingkungan kerja. Prosiding PKM-CSR 6, 1-8.

Hardiyanti, R., & Permana, I. (2019). Strategi coping stress kerja pada perawat di rumah sakit: Literatir review. Jurnal keperawatan Muhammadiyah, 73-81.

Karim. N. N. F., & Hambali. B. (2024). Systematic literature riview: Peningkatan kesehatan mental melalui olahraga. Jurnal olahraga dan kesehatan Indonesia, 4(2), 110-120.

Festiawan. R., Kusuma. I. J., Ngadiman. N., & Widanita. N. (2021). Upaya peningkatan pengetahuan tentang kebugaran jasmani dan kesehatan mental di era pandemic covid-19 melalui workshop home-based training program barbasis virtual conference. Journal berkarya 3(2), 78-85.

 

 


0 komentar:

Posting Komentar