ADA LUCK YANG DI KASIH, ADA JUGA LUCK YANG DI JEMPUT
(PSIKOLOGI INOVASI - ESSAY KE 6)
DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
FINDA PENSIUNA WATI
22310410189
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
OKTOBER – 2024
Dalam hidup ini, kita sering sekali mendengar istilah "LUCK" atau keberuntungan. Namun, tidak semua keberuntungan datang secara tiba-tiba. Ada kalanya, keberuntungan adalah hasil dari persiapan, sikap, peluang, dan tindakan yang kita ambil. Keberuntungan sering sekali dipandang sebagai sesuatu yang misterius,bahkan ada sebagian orang menganggap keajaiban, ada juga yang menganggapnya sebagai hasil dari nasib baik, sementara yang lain percaya bahwa keberuntungan dapat diciptakan. Dalam konteks ini, kita dapat menggunakan formula sederhana: Preparation (persiapan diri) + Attitude (sikap dan pola pikir) + Opportunity (peluang) + Action (apa yang kamu lakukan) = LUCK. Ini menunjukkan bahwa keberuntungan bukan sekadar kebetulan, melainkan hasil dari kombinasi usaha dan sikap kita.
Preparation:
Persiapan Diri
Persiapan adalah langkah pertama yang penting dalam menciptakan keberuntungan. Tanpa persiapan yang matang, peluang yang muncul mungkin tidak dapat dimanfaatkan. Sebuah studi oleh Miller dan Kahn (2016) menunjukkan bahwa individu yang mempersiapkan diri dengan baik memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil dalam bidang yang mereka pilih. Pendidikan, keterampilan, dan pengalaman adalah fondasi yang perlu dibangun untuk menarik peluang yang lebih besar.
Attitude: Sikap
dan Pola Pikir
Sikap dan pola pikir sangat memengaruhi cara kita melihat dan merespons situasi. Memiliki sikap positif dan terbuka terhadap perubahan dapat membantu kita melihat peluang yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain. Menurut Dweck (2006) dalam penelitiannya tentang "growth mindset," individu yang percaya bahwa kemampuan mereka dapat berkembang cenderung lebih sukses karena mereka tidak takut untuk mencoba dan gagal. Sikap optimis juga berkontribusi pada daya tarik keberuntungan, sebagaimana dijelaskan oleh Wiseman (2003) dalam bukunya "The Luck Factor."
Opportunity:
Peluang
Peluang sering kali muncul secara tidak terduga, tetapi tidak akan berarti banyak jika kita tidak siap untuk menghadapinya. Untuk menciptakan keberuntungan, kita perlu aktif mencari dan menciptakan peluang. Menjalin hubungan sosial yang luas dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dapat membuka pintu untuk peluang yang lebih baik. Gouldner (1957) dalam teori timbal balik sosialnya menyatakan bahwa relasi sosial yang saling menguntungkan dapat menciptakan peluang baru yang tidak terduga.
Action:
Tindakan
Semua persiapan dan sikap positif tidak ada artinya tanpa tindakan. Keberuntungan tidak akan datang jika kita hanya menunggu. Tindakan berani, seperti melamar pekerjaan atau mencoba bisnis baru, adalah kunci untuk menarik keberuntungan. Bandura (1997) menekankan pentingnya self-efficacy, atau keyakinan pada kemampuan diri, dalam mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Menciptakan
Privilese
Dalam perjalanan
menciptakan keberuntungan, tidak semua orang memiliki privilese yang sama.
Namun, jika kita merasa terjebak dalam lingkungan yang tidak mendukung, kita
memiliki pilihan untuk mencari cara agar bisa keluar. Hal ini bisa berarti
mengejar pendidikan yang lebih baik, membangun jaringan dengan orang-orang yang
lebih positif, atau bahkan berpindah tempat tinggal. Bourdieu (1986) dalam
teori modal sosialnya menjelaskan bahwa individu dapat menciptakan modal sosial
baru melalui usaha dan interaksi yang aktif.
Keberuntungan
bukanlah sesuatu yang hanya diberikan oleh Nasib seseorang. Dengan memahami dan
menerapkan formula Preparation + Attitude + Opportunity + Action, kita
dapat lebih proaktif dalam menciptakan keberuntungan dalam hidup kita. Meskipun
tidak semua orang memiliki privilese yang sama, kita memiliki kekuatan untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik dan meraih peluang yang ada. Ingatlah, the
choice is yours. Setiap langkah yang kita ambil menuju perubahan adalah langkah
menuju versi terbaik dari diri kita sendiri.
So, semua ini
tinggal mana yang akan kamu pilih, menerima “LUCK” atau menjemput “LUCK”.
Semoga pilihanmu akan membawamu ke keberuntungan yang lebih baik, jangan lupa
bahagia.
Referensi
1. Bandura, A.
(1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman.
2. Bourdieu, P.
(1986). The forms of capital. In J. Richardson (Ed.), Handbook of theory and
research for the sociology of education
(pp. 241-258). New York: Greenwood.
3. Dweck, C. S.
(2006). Mindset: The new psychology of success. New York: Random House.
4. Gouldner, A.
W. (1957). Civic education and the socialization of the young. American
Sociological Review, 22(2), 155-165.
5. Miller, J.
& Kahn, A. (2016). The role of preparation in success: A systematic review.
Journal of Career Development, 43(2), 95-108.
6. Wiseman, R.
(2003). The Luck Factor: The Four Essential Principles. London: Random House.
Link Video:
1.
Video
Pertama: https://youtu.be/HHSeycAl2bI?t=1&feature=shared
2. Video Kedua: https://youtu.be/5dKlBCzYoSI?feature=shared
0 komentar:
Posting Komentar