Kamis, 24 Oktober 2024

ESSAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

 PSIKOLOGI INOVASI

ESSAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

“PERILAKU MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI”



MICO ALAN SEBASTIAN

22310410013

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

 

Di era modern saat ini, kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan semakin meningkat. Namun, meskipun banyak individu menyadari dampak negatif dari perilaku buruk terhadap lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan, masih banyak yang tetap melakukannya. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui konsep disonansi kognitif, yaitu ketegangan mental yang dialami seseorang ketika ada ketidakcocokan antara pengetahuan dan perilaku mereka.

Disonansi kognitif dapat menyebabkan individu merasa tidak nyaman, yang mendorong mereka untuk mengurangi ketegangan tersebut dengan merasionalisasi perilaku mereka. Dalam konteks kebersihan lingkungan, meskipun banyak orang memahami bahwa membuang sampah sembarangan merugikan lingkungan, mereka sering kali menemukan alasan untuk membenarkan tindakan tersebut. Hal ini menciptakan tantangan dalam mendorong perubahan perilaku yang lebih positif.

Dalam esai ini, saya melakukan wawancara dengan seorang pemuda bernama Danu, yang baru saja lulus dari SMA. Danu memiliki pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi sering kali melihat teman-temannya membuang sampah sembarangan, termasuk di sungai. Melalui wawancara ini, saya berusaha memahami lebih dalam mengenai disonansi kognitif yang dialami Danu dan pandangannya terhadap perilaku teman-temannya.

 

WAWANCARA

Saya memulai wawancara dengan pertanyaan yang bersifat umum untuk menciptakan suasana yang nyaman. “Danu, menurutmu, seberapa pentingkah kebersihan lingkungan bagi masyarakat kita saat ini?”

Danu menjawab, “Kebersihan lingkungan itu sangat penting. Kita hidup di era di mana banyak orang mulai menyadari dampak lingkungan. Sungai yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kehidupan kita.”

Kemudian, saya melanjutkan dengan pertanyaan tentang perilaku teman-temannya. “Bagaimana pandanganmu tentang kebiasaan teman-temanmu dalam menjaga kebersihan di sekitar?”

Danu menjelaskan, “Sayangnya, banyak teman saya yang masih membuang sampah sembarangan. Mereka tahu itu salah, tetapi kadang-kadang mereka beralasan, ‘Satu sampah tidak akan berpengaruh,’ jadi mereka melakukannya juga.”

Saya bertanya lebih lanjut tentang penyebab perilaku tersebut. “Apa yang menurutmu menjadi alasan mereka berpikir seperti itu?”

Danu berpikir sejenak sebelum menjawab, “Mungkin karena sudah terbiasa. Di lingkungan kita, banyak yang melakukan hal yang sama. Ketika melihat orang lain melakukannya, mereka merasa itu tidak masalah. Mereka juga mungkin tidak merasakan dampak langsung dari tindakan mereka, sehingga merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

 Saya ingin menggali lebih dalam tentang pengalaman Danu. “Sebagai seseorang yang baru lulus SMA, apakah kamu pernah membicarakan pentingnya menjaga kebersihan dengan teman-temanmu?”

“Ya, saya pernah mencoba. Tapi sering kali mereka tidak terlalu peduli. Mereka hanya mengangguk dan berlanjut dengan aktivitas mereka. Ada juga yang bilang saya terlalu serius atau sok tahu. Hal itu membuat saya merasa frustrasi, karena saya tahu betapa pentingnya masalah ini,” jawab Danu dengan nada kecewa.

Saya melanjutkan dengan pertanyaan yang lebih spesifik. “Ketika kamu melihat sampah di sungai, apa yang biasanya kamu rasakan? Apakah kamu merasa harus melakukan sesuatu?”

“Jujur, saya merasa sangat sedih dan kecewa. Saya ingin berbuat sesuatu, tetapi kadang-kadang saya merasa tidak berdaya. Ketika semua orang terlihat tidak peduli, saya jadi ragu untuk berbuat lebih,” jawab Danu.

Saya ingin tahu lebih lanjut tentang pandangannya terhadap peran pemerintah dan lembaga terkait. “Menurutmu, apa peran pemerintah dalam mengatasi masalah ini?”

Danu menjelaskan, “Pemerintah seharusnya lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat. Mereka perlu melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan. Selain itu, penyediaan tempat sampah yang memadai juga penting agar orang lebih cenderung membuang sampah pada tempatnya.”

  

DAFTAR PUSTAKA

1.                  Smith, J. (2023). Perilaku Lingkungan dan Disonansi Kognitif. Journal of Environmental Psychology, 20(1), 45-60.

2.                  Brown, L. (2022). Kebiasaan Membuang Sampah dan Implikasinya untuk Kebijakan Lingkungan. Environmental Studies Review, 18(3), 234-250.

0 komentar:

Posting Komentar