PSIKOLOGI INOVASI
ESSAI 2- WAWANCARA
TENTANG DISONANSI KOGNITIF
“PERILAKU
MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI”
MICO ALAN SEBASTIAN
22310410013
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Di era modern saat ini, kesadaran akan
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan semakin meningkat. Namun, meskipun
banyak individu menyadari dampak negatif dari perilaku buruk terhadap
lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan, masih banyak yang tetap
melakukannya. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui konsep disonansi kognitif,
yaitu ketegangan mental yang dialami seseorang ketika ada ketidakcocokan antara
pengetahuan dan perilaku mereka.
Disonansi kognitif dapat menyebabkan
individu merasa tidak nyaman, yang mendorong mereka untuk mengurangi ketegangan
tersebut dengan merasionalisasi perilaku mereka. Dalam konteks kebersihan
lingkungan, meskipun banyak orang memahami bahwa membuang sampah sembarangan
merugikan lingkungan, mereka sering kali menemukan alasan untuk membenarkan
tindakan tersebut. Hal ini menciptakan tantangan dalam mendorong perubahan
perilaku yang lebih positif.
Dalam esai ini, saya melakukan wawancara
dengan seorang pemuda bernama Danu, yang baru saja lulus dari SMA. Danu
memiliki pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi
sering kali melihat teman-temannya membuang sampah sembarangan, termasuk di
sungai. Melalui wawancara ini, saya berusaha memahami lebih dalam mengenai
disonansi kognitif yang dialami Danu dan pandangannya terhadap perilaku
teman-temannya.
WAWANCARA
Saya memulai wawancara dengan pertanyaan
yang bersifat umum untuk menciptakan suasana yang nyaman. “Danu, menurutmu,
seberapa pentingkah kebersihan lingkungan bagi masyarakat kita saat ini?”
Danu menjawab, “Kebersihan lingkungan
itu sangat penting. Kita hidup di era di mana banyak orang mulai menyadari
dampak lingkungan. Sungai yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan
kehidupan kita.”
Kemudian, saya melanjutkan dengan
pertanyaan tentang perilaku teman-temannya. “Bagaimana pandanganmu tentang
kebiasaan teman-temanmu dalam menjaga kebersihan di sekitar?”
Danu menjelaskan, “Sayangnya, banyak
teman saya yang masih membuang sampah sembarangan. Mereka tahu itu salah,
tetapi kadang-kadang mereka beralasan, ‘Satu sampah tidak akan berpengaruh,’
jadi mereka melakukannya juga.”
Saya bertanya lebih lanjut tentang
penyebab perilaku tersebut. “Apa yang menurutmu menjadi alasan mereka berpikir
seperti itu?”
Danu berpikir sejenak sebelum menjawab,
“Mungkin karena sudah terbiasa. Di lingkungan kita, banyak yang melakukan hal
yang sama. Ketika melihat orang lain melakukannya, mereka merasa itu tidak
masalah. Mereka juga mungkin tidak merasakan dampak langsung dari tindakan
mereka, sehingga merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Ya, saya pernah mencoba. Tapi sering
kali mereka tidak terlalu peduli. Mereka hanya mengangguk dan berlanjut dengan
aktivitas mereka. Ada juga yang bilang saya terlalu serius atau sok tahu. Hal
itu membuat saya merasa frustrasi, karena saya tahu betapa pentingnya masalah
ini,” jawab Danu dengan nada kecewa.
Saya melanjutkan dengan pertanyaan yang
lebih spesifik. “Ketika kamu melihat sampah di sungai, apa yang biasanya kamu
rasakan? Apakah kamu merasa harus melakukan sesuatu?”
“Jujur, saya merasa sangat sedih dan
kecewa. Saya ingin berbuat sesuatu, tetapi kadang-kadang saya merasa tidak
berdaya. Ketika semua orang terlihat tidak peduli, saya jadi ragu untuk berbuat
lebih,” jawab Danu.
Saya ingin tahu lebih lanjut tentang
pandangannya terhadap peran pemerintah dan lembaga terkait. “Menurutmu, apa
peran pemerintah dalam mengatasi masalah ini?”
Danu menjelaskan, “Pemerintah seharusnya
lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat. Mereka perlu melakukan kampanye untuk
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan. Selain itu,
penyediaan tempat sampah yang memadai juga penting agar orang lebih cenderung
membuang sampah pada tempatnya.”
DAFTAR PUSTAKA
1.
Smith, J. (2023). Perilaku Lingkungan
dan Disonansi Kognitif. Journal of Environmental Psychology, 20(1), 45-60.
2.
Brown, L. (2022). Kebiasaan Membuang
Sampah dan Implikasinya untuk Kebijakan Lingkungan. Environmental Studies
Review, 18(3), 234-250.
0 komentar:
Posting Komentar