Rabu, 30 Oktober 2024

Essai 2 : Wawancara Tentang Disonansi Kognitif (Faiz Iqbal Fauzi_24310420038)

 TUGAS ESSAI 2

PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.


Faiz Iqbal Fauzi

24310420038

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2024



Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman yang muncul ketika seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinannya atau memiliki pendapat yang bertentangan dengan apa yang diketahui. Dalam wawancara tanggal 29 Oktober 2024 bersama dengan saudara Imam 24 tahun dengan pekerjaan di dunia malam (barista), asal dari Purwokerto, Jawa Tengah, Imam sudah merantau ke Jogja pada tahun 2016 sampai sekarang dari hasil wawancara tersebut saya mendapatkan perilaku disonansi kognitif dari saudara Imam yang dimana perilaku tersebut ialah penggunaan obat-obatan terlarang. Imam mengetahui obat-obatan tersbeut karena pergaulan bebas dan dikenalkannya obat-oabtan murahan.

Awal mula imam mengkonsumsi obat-obatan tersebut dari tahun 2014 waktu dia masih duduk dibangku sekolah SMK kelas 2 walaupun saat itu ia mengkonsumsi tidak terlalu konstan atau terlalu sering sampai di tahun 2022 Imam memutuskan tidak memakai atau mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Banyak yang berubah ketika Imam mengkonsumsi obat-obatan tersebut seperti kondisi awal ketika Imam memakai dia merasa senang, have fun, sampai ketergantungan yang menyebabkan badan sampai kurus, keuangan juga terkuras karena untuk membeli barang tersebut yang nominalnya juga tidak kecil rata-rata diangka Rp 100.000-an. Hingga pertemanan atau sosialnya kacau dan sempat masuk penjara di tahun 2021 akhir tetapi hanya dipenjara 3 hari 2 malam dikarenakan orang tua menebus dengan biaya Rp 50.000.000. Dengan melihat kondisi keluarga yang saat itu sangat terpuruk, kaget, shock akan apa yang Imam alami pada akhirnya di tahun 2022 di bulan Februari Imam memutuskan untuk menghentikan konsumsi barang tersebut dan melakukan rehabilitasi dengan bantuan orang tau dan menghindari pertemanan yang dahulu mengenalkan obat-obatan tersebut dan sekarang dengan kondisi fisik Imam yang berangsur mulai membaik, mental juga membaik dan keungan juga membaik.

Penggunaan obat-obatan tersebut tidak hanya berhenti disitu saja, sejak pemakaiannya di tahun 2014 Imam juga pernah menjadi pengedar barang tersebut dari yang awalnya hanya pengguna sampai akhirnya menjadi pengedar barang tersebut. Pada dasarnya Imam tidak mengetahui apa barang tersebut sampai akhirnya dia dikenalkan obat-obatan dari pergaulannya yang menyebabkan Imam menjadi kecanduan barang tersebut. Lambat laun Imam menyadari kalau apa yang di lakukan itu salah apa yang dia konsumsi itu berbahaya bagi mental dan kesehatannya namum karena Imam ingin mencari sensasi baru dalam artian ingin havefun, nge-fly, sampai menjadi pelarian dan akhirnya pengedar karena uang yang dia dapatkan ketika menjual barang tersebut tidak kecil nominalnya.

Dalam kehidupan sehari-harinya ketika Imam memakai barang tersebut banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, dari sosial dia mulai merasa takut akan keramaian dan ketika dia tidak membawa obat-obatan tersebut di dalam dompet atau tasnya Imam sudah panic seperti orang gila yang membutuhkan obat tersebut, sampai emosi yang tidak kekontrol karena Imam pada tahap sehari tidak memakai bagi Imam itu sudah bencana atau hidupnya tidak baik-baik saja. Diakhir wawancara ada nasehat dari Imam yang mungkin bisa membuat orang-orang diluar sana yang masih memakai atau akan memakai untuk berpikir dua kali dan berhenti menggunakannya karena apa yang kamu konsumsi saat itu adalah apa yang kamu rusak di masa depanmu dan itu tidak akan bisa berubah hanya membalikan telapak tangan.

0 komentar:

Posting Komentar